Al-Hadharat al-Khams Menurut Sudut Pandang Ibn Arabi

Maqam ahadiyyah
Abul Qasim Qushairi, salah satu tokoh irfan (mistik) terkemuka dalam “Risalah Qushairiyah” menegaskan bahwa kaum urafa sengaja melontarkan pernyataan misterius dan menggunakan istilah-istilah yang penuh dengan teka-teki. Yang demikian itu mereka lakukan karena mereka tidak ingin, bahwa orang-orang lain (yang tidak tahu-menahu urusan mereka) mengetahui keadaan, tujuan dan perkembangan mereka. Istilah-istilah irfan itu cukup banyak. Sebagian terkait dengan irfan teoritis. Istilah-istilah ini menyerupai istilah-istilah filsafat. Muhyiddin Ibn ‘Arabi, bapak sufi kesohor adalah salah satu orang yang sering menggunakan istilah-istilah seperti ini dan tentu saja pemahamannya begitu sulit. Istilah-istilah yang dimaksud seperti, faidh aqdas, faidh muqaddas, wujud munbasith, maqam ahadiyyat, maqam wahidyyat, maqam ghayb al ghuyub dan yang menjadi sorotan tulisan kali ini adalah “Hadharat Khams”.
حضرات (hadharat) secara linguistic berasal dari kata dasar “hadhara yahdhuru hudhuran wa hadratan” yang berarti hadir dan berada. Hadharat adalah bentuk jamak dari hadhrah (tempat kehadiran), sebagaimana kata jalsat yang bentuk tunggalnya adalah jalsah. Sedangkan Khams berarti lima. Maksudnya Tuhan ber-tajalli, yakni hadir dan mewujud pada lima tingkatan. Hadrah dalam istilah urafa sama dengan mazhar (manifestasi/penampakan). Yakni sesuatu yang menjadi tempat kehadiran dan penampakan al Haqq (Allah) dan Keindahan (Jamal) dan Kesempurnaan (Kamal)-Nya. Dan karena urafa menilai, bahwa seluruh maujud (makhluk) dunia merupakan pengejawantahan dari al Haqq maka menurut mereka segala sesuatu dalam pandangan mereka disebut “hadharat”, karena menjadi tempat kehadiran dan tajalli (manifestasi/cermin) Allah SWT.
Ibn Arabi, hadharat dan alam-alam yang terkait dengannya dipandangnya sebagai dua alam dimana eksistensi dan alam ketiga berasal darinya. Hadhrah (alam) yang pertama adalah hadhrah ghayb dimana ia memiliki alam yang disebut ‘alam al-ghayb dan hadhrah kedua adalah adalah hadhrah al-hiss wa as-syahadah dimana alam yang terkait dengannya disebut ‘alam as-syahadah. Alam ini bisa dijangkau dengan bashar (mata fisik) sedangkan alam al-ghayb hanya digapai dengan bashirah (mata metafisik).
Sesuatu yang disebut oleh kalangan urafa dengan istilah Hadharat Khams (حضرات خمس) maksudnya adalah alam-alam (‘awalim) masing-masing saling hadir/menyaksikan. Dengan kata lain, setiap alam hadir di alam yang lain (meskipun mengalami modifikasi yang disesuaikan dengan alam yang bersangkutan). Misalnya, dalam alam besar (yaitu alam jiwa yang merupakan alam besar), sesuatu yang ada pada alam materi persis seperti itu (tidak kurang dan tidak lebih) juga ada pada alam mitsal, namun tentu saja keberadaannya (di alam mitsal itu) lebih halus dan lebih tinggi (penyesuaian dengan alam tersebut). Demikian juga sesuatu yang ada pada alam mitsal pun sama juga terdapat pada alam yang lebih tinggi darinya (misalnya, Alam Akal). Hanya saja, eksistensinya lebih tinggi dan lebih halus.
Penjelasan demikian ini tidak pernah dikupas oleh kalangan filosof, kecuali dalam pernyataan Mulla Shadra yang akarnya berasal dari keterangan kaum urafa. Yakni, masalah “Hadharah Khams” (kehadiran satu alam pada alam yang lain dan ada keharmonisan antara satu alam dengan alam yang lain) disarikan dari penjelasan kaum urafa.
Wujud khariji, wujud mitsali, wujud hissi, wujud dzihni adalah istilah-istilah yang dipakai dalam konteks filsafat-mistik. Dan karena seluruh wujud tersebut memanifesati dalam satu hakikat maka dinamakan dengan “Hadharat Khams”.
Hadharat khams atau alam universal Ilahi ialah adalah lima tataran universal atau tingkatan ontologis (maratib al wujud), atau alam-alam (‘awalim), yaitu:
1-Hadhrah (alam) ghayb mutlaq, yakni alam a’yan tsabitah. Sebutan lain alam ini adalah hadrah ahadiyyah.
2-Hadrah syahadah mutlaq, yakni alam mulk atau hiss.
3-Hadhrah ghayb mudhaf yang dekat dengan alam ghayb mutlaq dan alam ini biasa disebut dengan alam roh jabaruti (disebut alam jabarut karena saking kuatnya) dan malakuti, yaitu alam Akal dan nafs mujjard (jiwa nonmateri).
4-Hadhrah ghayb mudhaf yang dekat dengan alam syahadh yaitu alam mitsal.
5-Hadrah kaun jami’, yaitu alam holistic yang mencakup empat alam sebelumnya dan ini biasa disebut dengan alam insan (alam insan kamil).
Alam yang pertama merupakan manifestasi ahadiyyah Tuhan. Alam kedua adalah alam mulk dan manifestasi malakut. Alam ketiga adalah alam jabarut atau a’yan tsabitah. Alam keempat adalah alam mitsal mutlaq atau malakut yang merupakan manifestasi dari alam jabarut dan kelima adalah alam wahidyyat dan asma-asma Ilahi. Tingkatan-tingkatan alam tersebut sesuai dengan pandangan Qaishari dalam mukadimah Fushush.
Kelima alam (hadharat) tersebut dapat disingkat menjadi ghayb mutlak, syahadat mutlak, ghayb mudhaf, syahadat mudhaf, dan insane kamil (kaun jami’). Ghayb mutlak berlawanan dengan syahadat mutlak. Ghayb mudhaf adalah alam roh/arwah yang mereka sebut dengan alam akal, dimana bila dibandingkan dengan alam di bawahnya maka ia ghaib (tersembunyi) namun ia zahir (nyata) bila dibandingkan dengan alam di atasnya. Dan yang dimaksud dengan syahadat mudhaf adalah alam mitsal, dimana bila dibandingkan dengan alam akal maka ia zahir namun bila dibandingkan dengan alam maddah/materi (syahadat mutlak) maka ia ghaib.
Maqam Ahadiyyat sebutan lainnya adalah Maqam Dzat dan pada maqam ini tidak ada tajalli (manifestasi). Maka, pada maqam ini tidak bisa disebut alam. Karena alam adalah tanda dan alamat bagi sesuatu. Jadi, selain Allah SWT layak disebut alam, karena merupakan tanda dan alamat bagi Dzat Yang Maha Suci, namun Allah sendiri tidak pernah menjadi tanda dan alamat bagi sesuatu, sehingga dengan demikian Ia bukan alam. Dengan demikian Allah berada pada maqam ghayb al ghuyub dan ghayb mutlaq. Meminjam istilah Gaishari dalam mukadimah syarah Fushush, al-‘alam (alam) karena berasal dari al-’alamah (tanda) yang dalam bahasa berarti sesuatu yang dengannya sesuatu diketahui, dan secara istilah bermakna sesuatu selain Allah karena dengannya Allah diketahui (dikenal) dari sisi asma-asma dan sifat-sifat-Nya. Karena setiap individu alam dikenal sebagai asma dari asma-asma Ilahi karena ia merupakan manifestasi dari nama khusus-Nya.
Bersambung…