Hakikat Quran (Bagian 1)
Alquran adalah Nikmat Terbaik Allah Swt
Allah Swt di dalam surah Arrahman menyebutkan beberapa ciptaan dan sejumlah nikmat-Nya baik materi maupun immateri; nikmat terkait dunia maupun akhirat, manusia, malaikat dan jin, perjalanan kesempurnaannya, tentang surga dan kebahagiaan abadi juga nikmat-nikmat lahir dan batin…
الرَّحْمنُ عَلَّمَ الْقُرْآنَ خَلَقَ الْإِنْسانَ عَلَّمَهُ الْبَيانَ
Di urutan pertama dari nikmat-nikmat tersebut setelah menegaskan sifat kasih sayang-Nya, Allah menyebutkan tentang nikmat diajarkannya Alquran. Dzat Yang Maha Pengasih. Telah mengajarkan Alquran, mencipta manusia dan mengajarkannya Albayan.[1] Ayat-ayat mulia ini menegaskan bahwa Alquran adalah nikmat Allah pertama, terpenting dan paling bernilai; karena manusia tanpa ajaran dan bimbingan Allah berupa Alquran tidak akan mungkin sampai kepada kesempurnaan finalnya, tanpa Alquran tidak ada seorang pun yang mampu singgah di posisi kemanusiaannya yang semestinya.
Nikmat terbaik Allah yang tidak lain adalah Alquran juga merupakan Ahsanul hadis / kalam terbaik. Dia merupakan ucapan terindah baik dari segi lafaz, ungkapan, kefasihan dan balaghah. Sebagaimana ia juga kalam terbaik dari segi kekayaan kandungan dan nilai-nilai kemanusiaan.
Jika ada kalam yang lebih baik darinya pastilah akan diturunkan oleh Allah kepada Nabi terakhir Muhammad Saw. Jika tidak dilakukan-Nya bisa jadi karena tiga hal; ketidaktahuan, ketidakmampuan dan kebakhilan. Tiga hal ini yang merupakan sifat-sifat Salbiah yang tidak mungkin disandang Alah dan pasti ternafikan dari sisi-Nya.
Pertama, wujud Allah adalah ilmu itu sendiri dan sama sekali tidak ada hal yang luput dari pengetahuan dan ilmu-Nya, Ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Kedua, tentang ketidakmampuan sebagai penyebab asumsi ini pun juga tidak benar, mengingat Allah zat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Ketiga, Allah juga merupakan zat yang tidak kikir mengingat Dia adalah Dzat yang kesempurnaannya tidak terbatas.
Alquran Tajalli / Jelmaan Dzat Allah
Dalam menggambarkan keagungan Alquran, Allah Swt menegaskan:
لَوْ أَنْزَلْنا هذَا الْقُرْآنَ عَلى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خاشِعاً مُتَصَدِّعاً مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَ تِلْكَ الْأَمْثالُ نَضْرِبُها لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan- perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.”[2] Ketidakmampuan gunung dan hancurnya makhluk yang kokoh ini tidak lain karena Alquran adalah tajjali dan jelmaan wujud Allah Swt sendiri.
Dalam kisah Nabi Musa as ketika beliau didesak oleh kaum Bani Israel untuk memperlihatkan wujud asli Allah Swt, jawaban Allah datang dengan menegaskan:
وَ لَمَّا جاءَ مُوسى لِميقاتِنا وَ كَلَّمَهُ رَبُّهُ قالَ رَبِّ أَرِني أَنْظُرْ إِلَيْكَ قالَ لَنْ تَراني وَ لكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكانَهُ فَسَوْفَ تَراني فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَ خَرَّ مُوسى صَعِقًا.
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa:” Ya Tuhanku, tampakkanlah ( diri Engkau ) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman:” Kamu sekali- kali tidak sanggup melihat- Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya ( sebagai sediakala ) niscaya kamu dapat melihat- Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan”. [3]
Kendati gunung begitu perkasa dan kuat; perutnya mampu menahan panasnya lava dan puncaknya mampu bertahan dari terpaan dinginnya cuaca ekstrem angin atau bahkan salju, lembah dan lerengnya mampu menahan terjangan banjir bandang. Di mana menurut ungkapan Quran وَ الْجِبالَ أَوْتاداً gunung-gunung adalah pasak dan paku bagi bumi.[4] Akan tetapi, gunung yang perkasa dan mengagumkan ini tak sanggup menahan beban wahyu istimewa Allah dan bobot berat yang dimiliki oleh Alquran. إِنَّا سَنُلْقي عَلَيْكَ قَوْلاً ثَقيلاً Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.[5]
Dalam hal ini Imam Ali as bersabda: Maka Allah menjelma dalam kitab-Nya tanpa “mampu” mereka melihat-Nya. (Nahjul Balaghah, Khutbah 147). Riwayat lain juga dari Imam Shadiq as menegaskan hal serupa yang isinya: Sesungguhnya Allah Swt telah menjelma untuk para makhluk-Nya di dalam firman-Nya. Akan tetapi, mereka tak melihat / menyadarinya. (Biharul Anwar, juz 9 halaman 107). Oleh karena itu, ketidakmampuan gunung menerima ayat-ayat suci Alquran karena ia adalah jelmaan Allah sendiri.
Bahkan bukan hanya gunung sebenarnya, tapi semua alam; langit dan bumi serta isinya tidak mampu menerima amanat agung ini. Amanat ini hanya bisa dipikul oleh manusia. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Alquran surah Alahzab ayat 72:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمانَةَ عَلَى السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ وَ الْجِبالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَها وَ أَشْفَقْنَ مِنْها
Sesungguhnya Kami telah sodorkan / tawarkan amanat kepada langit dan bumi serta gunung- gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya.
Memang ada beberapa misdaq / personifikasi tentang amanat yang terdapat dalam ayat di atas, hanya saja amanat paling sempurna tidak lain adalah hakikat Quran.
Mabda’ Turunnya Alquran
Hal ini tidak terlalu mengherankan, karena sumber Alquran yang tak lain Allah mensifati dirinya sebagai penurun kitab suci dengan berbagai asma / nama beragam yang luar biasa. Mayoritas ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut terdapat dalam permulaan Hawamin Sab’ah (tujuh surat Alquran yang didahului dengan huruf Muqathaah “Ha’ dan mim”.
Sesuai ayat-ayat tersebut Alquran diturunkan oleh Allah yang memiliki sifat-sifat: Mahahidup Dan Maha Berdiri sendiri, [6] Tuhan semesta alam, [7] Dzat Pengajar Dan Yang Memuliakan, [8] Maha Pengasih dan Maha penyayang, [9] Yang Mahaberkah,[10] Yang Maha Agung dan Mahatahu,[11] Yang Mahaagung dan Mahabijak,[12] Yang Mahabijak dan Maha Terpuji[13] dan Yang Mahatinggi dan Mahabijak.[14]
[1] QS; Arrahman: 1-4.
[2] Alhadid;21.
[3] Al’araf: 143.
[4] Annaba’: 7.
[5]Muzammil :5.
[6] Ali imran, 3.
[7] Alwaqi’ah, 80.
[8] ‘Alaq, 1-5.
[9] Fushilat, 2.
[10] Dukhan, 1-3.
[11] Ghafir, 1-2.
[12] Syura, 3.
[13] Fushilat, 42.
[14] Zukhruf, 4.