Imam Khamenei pada Hari Idul Fitri: “Wujudkan Persatuan dan Spiritualitas Islam”
Di penghujung bulan ibadah tibalah hari besar bagi individu dan masyarakat, dan kaum muslimin saling mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri. Bagaimanapun, mereka patut menghargainya sebagai hari kemenangan setelah melewati bulan suci Ramadan. Mereka merayakannya dengan shalat ‘Id dan mendengarkan pesan-pesan khotbahnya yang mengandung hikmah.
Imam Khamenei di satu khotbahnya menyampaikan: “Idul Fitri adalah hari ibadah, tawasul dan tadzakur (mengingatkan kepada saudara muslim) serta taqarub kepada Allah..
Di dalam qunut shalat ‘Id, kita membaca doa; اللّهم انی اسألک خیر ما سألک منه عبادک الصّالحون (Ya Allah, berilah kami sebaik-baik sesuatu yang dimohonkan oleh para hamba-Mu yang saleh). و اعوذ بک مما استعاذ منه عبادک المخلصون (Dan kami berlindung kepada-Mu dari apa yang para hamba mukhlis-Mu mohon perlindungan darinya kepada-Mu). Yakni, kita mendambakan ridha Tuhan, taqarub kepada-Nya dan taufik beramal dan beribadah karena-Nya. Kita juga memohon perlindungan kepada Allah dari perbudakan hawa nafsu, syirik dan penghambaan kepada selain Allah.
Taklif Kita, Berusaha Konsisten di Jalan yang Lurus
Beliau memaknai Idul Fitri sebagai modal kemuliaan bagi Rasulullah saw dan umatnya. Terungkap makna ini dari kalimat qunut; الّذی جعلته للمسلمین عیدا و لمحمّد (صلّی اللَّه علیه و اله) ذخرا و شرفا و کرامتا و مزیدا, bahwa:
Pertama, hari raya ini merupakan dzakhirah (modal) dan sarana kemuliaan bagi eksistensi suci Rasulullah. Dengan demikian semakin tinggi lah kedudukan dan kemuliaan beliau saw.
Kedua, kaitannya dengan kita, muslimin sebagai umat beliau. Yang yang harus kita perbuat terhadap momen besar ini, ialah menjadikan bulan Ramadan dan Idul Fitri sebagai tangga naik ke derajat- derajat kemuliaan di dunia dan akhirat.
Umat Islam ketika merayakan hari raya ini dan saling mengucapkan selamat, ucapan mereka ini dari hati dan tulus. Mereka semua dalam satu kata. Inilah yang merupakan kemuliaan dan menjadi sarana kekuatan yang dimiliki Rasulullah saw –dengan bersatunya mereka pada hari Idul Fitri.
Shalat Id yang kita laksanakan adalah rasa syukur kita atas karunia Allah di bulan Ramadan. Di dalamnya kita memanjatkan; ادخلنی فی کلّ خیر ادخلت فیه محمّدا و آل محمّد (Masukkan kami ke dalam surga iman, akhlak dan amal yang telah Engkau anugerahkan di dalamnya kepada para kekasih-Mu). و اخرجنی من کلّ سوء اخرجت منه محمّدا و آل محمّد صلواتک علیه و علیهم (Dan keluarkan kami dari siksaan amal dan akhlak yang buruk serta akidah yang menyimpang, yang Engkau jaga para kekasih-Mu dari hal itu).
Imam Khamenei menjelaskan: “Itulah tujuan besar kita, yang kita mohon pencapaian itu kepada Allah di hari raya ini. Taklif kita ialah berusaha untuk tetap (konsisten) di jalan yang lurus ini.”
Tugas Umat Islam Kini
Dalam shalat Id kita memanjatkan: اسألک بحقّ هذا الیوم الّذی جعلته للمسلمین عیدا; (Aku memohon kepada-Mu demi kebenaran hari yang Engkau tetapkan sebagai hari besar bagi muslimin), yakni: hari yang selalu diinginkan bagi muslimin, berkumpulnya umat, saling mengenal dan memperbaharui hari, cara hidup dan kehidupan.
Adalah jelas terdapat keterkaitan hari raya ini dengan eksistensi Rasulullah saw. Jika pada hari Idul Fitri, umat besar ini berbuat sesuatu yang berarti bagi beliau, niscaya Idul Fitri menjadi hari raya yang hakiki, hari kenabian al-Mustafa, ialah hari yang benar-benar (kemenangan) bagi Rasulullah saw.
Di mata Imam Khamenei, umat yang besar ini adalah sebuah hadiah Id bagi Nabi Teragung saw. Ialah kehadiran sekumpulan dari umat Islam untuk melaksanakan shalat Id. Maka patutlah bagi mereka menjaga persatuan dan hubungan yang erat di antara mereka untuk diri mereka jua. Beliau menegaskan: Tugas mereka di hadapan Sang Nabi sebagai amanat ilahiah di tengah mereka ialah menjaga kemuliaan umat Islam dengan menjaga persatuan. Inilah tugas mereka kini.
Umat Islam kini memerlukan dzakhirah tersebut, yang dapat mereka petik dua poin darinya berikut ini:
Poin yang pertama, persatuan muslimin, yang kini dicederai oleh perwujudan perpecahan kemazhaban, sektarian, etnik dan berbagai macam kebangsaan serta slogan-slogan yang menyimpang. Oleh karena itu, slogan-slogan muslimin harus dalam mewujudkan persatuan umat Islam. Kita sadar bahwa arogansi dan kekuatan asing selalu dalam upaya mencerai beraikan persatuan ini dengan segala cara dan berbagai muslihat, dan makar zionis telah masuk di tengah bangsa-bangsa dan negara-negara Islam.
Poin yang kedua, fokus pada spiritualitas Islam. Masalahnya ialah bahwa, kaum arogan selain merampas aset-aset kita, kebebasan dan kemuliaan kita serta persatuan kita, spiritualitas kita pun terampas oleh mereka dan mereka menyebarkan berbagai budaya dan prinsip yang batil di dunia Islam. Hari ini kita harus kembali ke spiritualitas Islam dan syiar muslimin.
Bila persatuan kita raih dan spiritualitas Islam kita sandari, niscaya musuh tak mampu menindas muslimin.
Referensi:
http://farsi.khamenei.ir/speech-content?id=23452