Kritik Spinoza Terhadap Anthropomorphism (Bag. 2)

Pemikiran spinoza
Spinoza[1] juga mengkritisi Hesiod[2] dan Homeros[3] karena menisbahkan sifat-sifat buruk kepada Tuhan. Pandangan seperti ini di bidang sejarah filsafat dan kajian teologi dalam pelbagai bentuknya juga dikemukakan oleh Plato Republic: 377d-382c; Philebus: 33b), Ibn Maimun (Ibn Maimun 1972: 116), Ali Zamani (1387: 89-116), Muntani (Werblowsky, 1987: 389-390), Hume[4] (Hume. 2007: part V- VIII).
1-Latar Belakang Penelitian
Terkait dengan pemahaman Spinoza tentang Tuhan dan begitu juga sikapnya terkait dengan sistem-sistem (konsep-konsep) ketuhanan yang lain, para pengikut Spinoza telah menulis banyak hal tentang tema ini, di antara mereka ialah: Wolfson (Wolfson, 1934, Vol. 1-2), Strauss (Strauss, 1965: 107-192), Bennett, (Bennett, 1984: 213-226), dan Nadler (Nadler, 2011: 167-182).
2-Faktor Timbulnya Anthropomorphism Dalam Perspektif Spinoza
Pada abad tujuh belas, muncullah pelbagai interpretasi atau penafsiran tentang Tuhan. René Descartes[5], Malebranche[6], Leibniz[7], dan masih banyak filsuf-flsuf lainnya yang masing-masing berupaya untuk menunjukkan penafsiran yang rasional dan sesuai dengan pandangan dunia modern tentang Tuhan.Spinoza pun ingin melakukan hal yang sama, sehingga beliau ingin memiliki deskripsi tentang Tuhan supaya bebas dari pelbagai kekurangan metafisik dan konsep Ketuhanan di pelbagai tradisi teologi. Di samping itu, ia juga dapat mengukuhkan pondasi filsafat ilmu baru dan sekaligus berusaha untuk mewujudkan kebahagiaan manusia.
Spinoza menjelaskan—dari sisi epistemologi, pendekatan, dan hermenetika—faktor-faktor kecenderungan anthropomorphism pada asumsi-asumsi tentang Tuhan. Spinoza mengakui bahwa pada bidang dimensi epistemologis, pada hakikatnya dipicu olehkekurangan epistemologis manusia di sisi dirinya sendiri dan alam (kosmos), sehingga orang-orang yang pengetahuan mereka terbatas pada hamparan khayal (ilusi) dan tidak mampu mengetahui secara sempurna penyebabpelbagai halmaka mampu membedakan antara karakter Ilahi dan karakter alamiah manusia, bahkan mereka menisbahkan emosi-emosi/perasaan-perasaan manusiawi pada Tuhan (E1P8Scho2).
Oleh karena itu, sebagian orang berpikir—saat menyerupakan Tuhan dengan manusia—bahwa Tuhan seperti manusia yang tersusun dari badan dan jiwa serta terpengaruh oleh perasaan-perasaan dan kecenderungan-kecenderungan (E1P15Scho).
Pada hakikatnya, manusia karena memiliki pikiran yang mencari suatu tujuan dan ia menganggap bahwa dirinya memiliki ikhtiyar (otoritas) yang asumtif, sehingga ia menilai semua ini sebagai kesempurnaan dan level yang lebih luas, ia pun memandang bahwa hal yang demikian ini bisa diterapkan pada Tuhan (Spinoza, 2002:430-432; Wolfson, 1934, V1: 32-36).
Oleh karena itu, pengetahuan yang sempurna terhadap Tuhan dan pelbagai hal serta mengetahui faktor-faktor yang realistis dari pelbagai perasaan/kecenderungan kiranya mampu mengakhiri pelbagai pemahaman atau asumsi ini.
Bersambung….
Hamid Talebzadeh dan Hossein Saberi Varzaneh
[1] Baruch de Spinoza adalah filsuf keturunan Yahudi-Portugis berbahasa Spanyol yang lahir dan besar di Belanda. Pikiran Spinoza berakar dalam tradisi Yudaisme. Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai Substansi tunggal Allah atau alam.
Lahir: 24 November 1632, Amsterdam, Belanda
Meninggal: 21 Februari 1677, Den Haag, Belanda
Nama lengkap: Benedict de Spinoza
Terpengaruh oleh: René Descartes, Aristoteles, Plato, lainnya.
Orang Tua: Miguel Spinoza, Ana Débora (Wikipedia).
[2] Hesiodos adalah seorang penyair Yunani. Waktu keberadaannya tidak dapat dipastikan, tetapi para ahli, setuju bahwa Hesiodos hidup di separuh bagian dari abad kedelapan Sebelum Masehi. (Wikipedia).
[3] Homeros secara tradisi dikatakan sebagai pengarang wiracarita (epos) Yunani penting Illiad dan Odyssey, mini epik komedi Batrakhomiomakchia (“Peperangan katak-tikus”), korpus Himne Homeros, dan pelbagai hasil kerja perca atau hilang seperti Margites. Beberapa penulis silam menyatakan dia mengarang keseluruhan siklus epos, yang meliputi syair lebih lanjut berkenaan dengan Perang Troya termasuk puisi Thebes berkenaan dengan Oidipus dan anaknya.
Menurut cerita, Homeros itu buta dan banyak daerah di Ionia yang mengaku sebagai tempat kelahirannya, tetapi riwayat hidupnya tidak diketahui. (Wikipedia).
[4] David Hume adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia (Wikipedia).
[5] juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literatur berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode dan Meditationes de prima Philosophia. Wikipedia
Lahir: 31 Maret 1596, Descartes, Perancis
Meninggal: 11 Februari 1650, Stockholm, Swedia
Kebangsaan: Prancis
Terpengaruh oleh: Aristoteles, Plato, Thomas Aquinas, LAINNYA
Pendidikan: University of Poitiers (1614–1616), Universitas Leiden, Prytanée National Militaire.
[6] Nicolas Malebranche adalah seorang filsuf dari Mazhab Rasionalisme. Ia lahir pada tahun 1638 dan meninggal pada tahun 1715.[2] Ia terkenal sebagai seorang filsuf dan teolog Kristen dari Perancis. Ia berupaya menggabungkan pemikiran rasionalis Descartes dengan tradisi pemikiran Kristen, khususnya Augustinus.
Buku Malebranche yang paling penting adalah “Pencarian Kebenaran” (The Search After Truth). Di dalam buku tersebut Malebranche memberikan dua pemikirannya yang terkenal mengenai pandangan tentang Allah dan tentang “kesempatan” (occasionalism). Inti pemikiran Malebranche tersebut adalah bahwa ciptaan-ciptaan yang terbatas tidak dapat menjadi penyebab dan hanya Allah saja yang merupakan penyebab yang sebenarnya. Di sini, Malebranche mengembangkan konsep Allah dalam pemikiran Descartes. Ia juga dikategorikan sebagai penganut paham okasionalisme.
[7] Gottfried Wilhem Leibniz atau kadangkala dieja sebagai Leibnitz atau Von Leibniz adalah seorang filsuf Jerman keturunan Sorbia dan berasal dari Sachsen. Wikipedia
Lahir: 1 Juli 1646, Leipzig, Jerman
Meninggal: 14 November 1716, Hannover, Jerman
Terpengaruh oleh: René Descartes, Baruch de Spinoza, LAINNYA
Pendidikan: Universitas Leipzig, University of Altdorf, Universitas Jena
Orang Tua: Friedrich Leibniz, Catharina Schmuck