Membuka Jendela Rahmat Allah dengan Pintu Taubat (Bag. 2)

taubat
Kata-kata Imam Ali (kwj) tersebut menunjukkan bahwa taubat dan istighfar bukan sekedar aktifitas lidah atau lahir saja. Dan bukan sekedar untuk mengurangi dosa tetapi juga untuk menambahkan pahala. Bukan sekedar tidak melakukan perbuatan buruk, tetapi juga memiliki makna melakukan perbuatan positif. Dosa-dosa harus ditutupi dengan kebaikan. Dan dengan memenuhi hak orang lain, melaksanakn kewajiban terhadap Tuhan dan memenuhi hak-hak rakyat yang terlalaikan.
Dalam kata lain, syarat pertama dan langkah awal dalam taubat adalah manusia sampai pada tingkat di mana ia menemukan kesadaran tentang buruknya perbuatannya. Jika di dalam hati tidak muncul penyesalan dan tetap menyukai perbuatan dosa, taubat lahir serta istighfar lidah tidak berpengaruh sama sekali dan sama sekali tidak mengurangi beban manusia tersebut.
Dalam sebuah hadis disebutkan: “seseorang yang beristighfar tetapi di dalam hatinya berniat melakukan dosa adalah orang yang mengolok-olok istighfar.”
Taubat dan Penebusan Dosa
Dosa melukai hati dan menambah beban serta melambatkan perjalanan menuju kesempurnaan. Taubat, sebaliknya, mengembalikan cahaya kedalam hati, beban dosa yang dipikul jatuh ke tanah dan membebaskan dari rintangan perjalanan. Seperti halnya seokor burung yang jatuh ke air dan tidak dapat terbang. Ia harus mengeringkan terlebih dahulu sayap dan bulu-bulunya sehingga dapat terbang kembali.
Taubat membuka ikatan dari kaki seorang hamba sehingga ia dapat melanjutkan perjalanan. Imam Ali (kwj) berkata: “tidak ada kebaikan di dunia kecuali untuk dua orang: yang pertama adalah orang yang dengan taubat menebus semua dosa-dosanya. Yang kedua orang yang mendahului orang lain dalam melakukan kebaikan.[1]
Taubat adalah kesempatan untuk menebus dosa dan jika seseorang tidak memanfaatkan kesempatan ini, maka kelalaian itu disebabkan oleh dirinya sendiri, karena jalan untuk menyadari sudah terbuka baginya. Dan Allah SWT mengundang hamba-hambanya untuk bertaubat sehingga tidak ada seorangpun yang tidak memiliki jalan untuk bertaubat.
Dan dalam riwayat lain Imam Ali (kwj) berkata: “jika kau melakukan keselahan Allah SWT tidak akan menghalang-halangi mu untuk bertaubat, dan tidak serta-merta menghukummu. Dan jika kau kembali Dia tidak akan menghinamu. Dan Dia akan menerimamu dengan mudah, serta tidak akan membuatmu berputus asa. Dan membukakan pintu taubat untukmu.”[2]
Dalam riwayat lain dijelaskan: “tidaklah bagiku sebuah dosa kecuali kuluangkan waktu setelahnya untuk sholat dua rakaat dan meminta kesehatan kepada Allah.”[3]
Makna dari kata-kata ini adalah bahwasannya kesempatan bertaubat yang diberikan oleh Allah SWT. adalah sarana untuk menghapuskan akibat dosa dan membersihkan catatan amal dari noda-noda, dan membebaskan diri dari akibat buruk maksiat. Dan orang yang tidak memanfaatkan kesempatan ini hingga waktu berlalu dan pintu-pintu tertutup, akan menyesal.
Berbahagialah orang-orang yang memanfaatkan kesempatan untuk menebus dosa. Imam Ali (kwj) dalam sebuah suratnya kepada Ustman Bin Hunaif menulis: “berbahagialah orang-orang yang pada malam hari meninggalkan tempat tidurnya untuk beribadah. Bibir-bibir mereka menggumamkan zikir pada Tuhan mereka. Dan dosa-dosa mereka terhapus dengan istighfar mereka.”[4]
Seringkali pengalamn para pendahulu serta peristiwa buruk yang terjadi pada pelaku maksiat adalah pelajaran bagi hidup supaya manusia tidak menyandarkan dirinya pada angan-angan yang jauh. Dan mengambil pelajaran dari masa lalu orang lain untuk kehidupannya di masa depan, dan dengan lentera yang terang melalui jalan yang tersisa.
Imam Ali (kwj) dalam hal ini berkata: “tidakkah kau lihat mereka yang memiliki angan-angan yang panjang. Mereka membangun istana dan menumpuk kekayaan. Rumah-rumah mereka menjadi lubang dan apa yang mereka yang kumpulkan menjadi musnah, kekayaan mereka diwariskan kepada orang lain. Istri-istri mereka menjadi istri orang lain. Mereka tidak bertambah baik dan juga tidak bertaubat dari dosa-dosa mereka.”[5]
Dalam riwayat lain disebutkan: “mereka yang berlalu sebelum kamu, mengalami kehancuran karena angan-angan yang panjang dan lalai dari kematian. Hingga kematian menjemput mereka, yang tidak sesaatpun bisa ditunda, dan pada saat itu taubat tidak lagi dikabulkan.”[6]
Saat napas masih berhembus dan umur masih tersisa dan kesempatan untuk memilih belum terlepas dari tangan, kelalaian dan penyelewangan di masa lalu harus ditebus.
Allah SWT menciptakan alam semesta dengan hukum sebab-akibat. Misalnya, makanan dan minuman dapat menunjang ketahanan badan, dan pelayanan kesehatan dapat menunjang kesehatan fisik. Dan juga sebagian perbuatan mengakibatkan kerusakan pada ruh dan jiwa seseorang. Dan ada juga perbuatan-perbuatan yang berakibat baik untuk ruh dan jiwa.
Dosa membekukan hati dan menghitamkan lembaran amal manusia dan membuat manusia menjadi sial. Taubat membawa manusia kepada jalan keselamatan menuju surga. Yang satu merusak dan yang lainnya membangun. Yang satu mengambil nikmat dan lainnya melanggengkan nikmat. Satunya menyebabkan kemurkaan Tuhan dan yang lainnya mengantarkan kepada ridho Ilahi.
Imam Ali (kwj) juga berkata: “Tidak pernah satu kaum yang kehidupannya baik serta nikmatnya berlimpah, kemudian nikmat-nikmat itu diambil dari mereka, kecuali karena dosa-dosa mereka yang banyak. Allah SWT tidak pernah menzalimi hamba-Nya, jika suatu saat azab dan hukuman Ilahi dijatuhkan atas manusia dan nikmat-nikmat dicabut dari mereka, kemudian mereka dengan niat yang tulus dan keinginan yang kuat menghadap Tuhan mereka. Allah akan mengembalikan nikmat yang dicabut dari tangan mereka.[7]
[1] Nahjul Balaghah Hikmah No 94
[2] Nahjul Balaghah Surat no 31
[3] Nahjul Balaghah Hikmah No 299
[4] Nahjul Balaghah Surat no 45
[5] Nahjul Balaghah Khutbah No 132.
[6] Nahjul Balaghah Khutbah No 147
[7] Nahjul Balaghah Khutbah No 178