Pelatihan Menulis Cerita Anak
PELATIHAN MENULIS CERITA TENTANG AIMMAH
Oleh : Dina Y Sulaiman, MS,i
Pentingnya cerita untuk Anak
Dogeng atau cerita anak sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Bahkan sebuah penelitian menemukan, watak sebuah bangsa ada hubungannya dengan dongeng yang dibacakan di tengah bangsa itu.David McClelland, seorang psikolog sosial, mempertanyakan mengapa ada bangsa-bangsa tertentu yang rakyatnya suka bekerja keras untuk maju, dan mengapa ada yang tidak ? Dia memperbandingkan bangsa Inggris dan Spanyol , yang pada abad ke 16 merupaka dua negara raksasa yang kaya raya, namun sejak itu Inggris terus berkembang menjadi besar, sedangkan Spanyol menurun menjadi negara lemah. Apa yang menjadi menyebabnya ? McClelland menemukan bahwa dongeng dan cerita anak yang berkembang di Inggris pada abad ke 16 itu mengandung perasaan ” butuh prestasi ” ( The Need for Achievement ). Sebaliknya, dongeng dan cerita anak yang berkembang di Spanyol justru hanya menina bobokan anak. Dia pun meneliti ribuan cerita anak dan meyimpulkan bahwa memang benar dongeng anak membentuk karakter bangsa-bangsa di dunia. Tak heran bila kemudian Ismail Marahamain , salah satu guru besar Fakultas Budaya Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa dogeng ” si kancil mencuri ketimun ” yang sangat popular di Indonesia bisa menjadi salah satu penyebab bobroknya moral bangsa ini. Karena itu, untuk memperbaiki bangsa ini, dibutuhkan cerita yang mengandung kisah – kisah kepahlawanan, patriotisme, nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras. Hendaklah menjadi pilihan kita. Lebih khusus lagi, para orangtua AB yang menginginkan anak-anaknya menjadi pencinta Aimmah. Meneladani akhlaqul karimah Rasulullah dan AB. Tentu wajib menceritakan ( mendongengkan) kisah kehidupan merekadengan cara yang baik. Sayangnya kita masih kekurangan buku cerita anak Ab yang memenuhi standar kualitas penulisan buku yang baik.
Apa Kriteria Buku Cerita Anak yang Baik ?
Tujuan cerita tentang Aimmah : kita ingin dalam diri anak –anak muncul rasa cinta pada Rosulullah dan AB. Kita ingin anak-anak mengidolakan mereka . kita ingin mereka menjadi standar perilaku anak hingga mereka dewasa. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika yang kita inginkan itu pada anak. Karena itu, yang perlu diperhatikan saat menulis cerita Aimmah :
1. Gunakan sudut pandang anak kecil dan gunakan imaginasi untuk mengembangkan cerita ( karena biasanya sumber cerita AB pendek-pendek) berusahalah membayangkan apa yang dipikirkan anak. Berusahalah menjadi anak kecil sehingga terbayang, bagaimana situasi yang ingin diceritakan. Misalnya, kisah perang khaibar, kira-kira bagaimana anak-anak melihatnya ? pastilah benteng khaibar itu terlihat besar sekali, pastilah cuaca gurun panas menyeramkan, pastilah para pasukan muslim berbadan tegap dan tinggi. Tapi Imam jauh lebih perkasa daripada mereka semua. Bayangkan gerbangnya. Bagaimana bunyi gerbang khaibar ketika dihantam pedang Imam Ali ? Hancur ? Bagaimana hancurnya ? bunyi pedang Imam Ali saat beradu dengan musuhnya ? kira-kira raut muka musuhnya gimana ? dan seterusnya. Untuk cerita anak, jauhkan dari penggambaran kekejaman dan kekerasan, tapi munculkan situasi kepahlawanan, keberanian.
2. Jangan berkhutbah. Ingat, anda sedang menulis cerita anak, bukan teks khutbah. Sampaikan pesan melalui deskripsi, bukan kalimat berisi nasehat. Contoh : Imam Hasan as tersenyum kepada orang miskin itu. Beliau menyediakan makanan yang lezat, lalu berkata ramah ” silahkan, makanlah.” Ini lebih berkesan untuk anak ( nilai/etika/moral lebih nempel di benak anak-anak) dibanding bila dijejalkan dengan kalimat seperti ini : Imam Hasan adalah Imam yang sangat baik kepada orang miskin. Kalau ada orang miskin , beliau akan memberikan makanan. Kalian harus meniru beliau yah ? jangan sampai kalian bersikap kasar dengan orang miskin. Ingatlah, penyampaian cerita dangan gaya mengurui dan menganggap anak-anak bodoh/tidak tahu apa-apa biasanya membuat anak bosan dan kesal serta tidak merangsang daya pikir anak.
3. Gunakan kalimat efektif. Jangan memanjang-manjangkan kalimat yang tak perlu. Misalnya
– Imam Al Jawad merupakan salah satu keturunan Ahlul Bait dan keturunan Imam Ali Ar Ridho yang dikenal cerdas. ( terpanjang dan tidak efektif )
– Imam Al-Jawad adalah putra Imam Ali Ar- Ridho. Beliau adalah Imam ke 9 kita. Imam Jawad dikenal sangat cerdas.
Contoh pengembangan cerita
Suatu hari di kota Baghdad, beberapa anak sibuk bermain di jalan, diantara Imam ke 9 , Imam Al Jawad yang masih kecil. Tiba-tiba mereka melihat Ma’mun Ar rasyid , penguasa Bani Abbasiyah, lewat bersama prajuritnya. Anak-anak dengan cepat berlari dari tempat itu kecuali Imam Al Jawad . ketika Ma’mun tiba di tempat itu, ia melihat anak laki-laki itu dan bertanya, ” apakah kau tidak mengenaliku ? kenapa kau tidak pergi dari tempat ini ? “
Anak kecil itu menjawab, ” jalan ini tidak sempit sehingga aku tidak perlu menyingkir agar engkau bisa lewat. Akupun tidak melakukan suatu kejahatan yang membuatku harus lari dari anda. Selain itu, saya tidak percaya bahwa anda adalah bukanlah orang yang akan menghukum seseorang yang tidak bersalah.”
Jawaban anak itu mengejutkan Ma’mun. diaa pun menanyakan siapa nama anak itu. Imam menjawab bahwa namanya Muhammad. Ma’mun bertanya lagi, siapa nama ayah anak itu. Imam menjawab bahwa dirinya adalah putra Ali bin Musa Ar ridho as.
Setelah itu, Ma’mun dan rombongannya melanjutkan perjalanan ke hutan untuk berburu. Disana , ia melepas elangnya. Burung itu terbang dan kembali dengan membawa ikan kecil di paruhnya. Ketika Ma’mun kembali, ia menemukan lagi anak kecil tadi di tempat yang sama. Dia pun berhenti dan bertanya, ” Wahai Muhammad ! katakan padaku apa yang ada ditanganku ?”
Imam menjawab, ” Allah telah menciptakan lautan yang luas dari awan. Ketika awan terbentuk, mereka menyerap ikan hidup kecil yang tertangkap oleh elang raja-raja, yang kemudian menggunakannya untuk menguji Imam Zaman mereka.”
Ma’mun tercengang dengan jawaban ini dan berkata, ” Sesungguhnya engkau memang Putra Ali bi Musa Ar Ridho. Tidak mustahil anaknya bisa membuat keajaiban seperti ini.
Contoh Pengembangan Cerita ditulis oleh Lulul Bafaqih :
RAJA DAN SANG PEMBERANI KECIL
” Hei awas ! ” teriak seorang anak menyeruak keramaian dan berlari menepi ke pinggir jalan.
Seorang lagi menepi ketakutan diteras sebuah rumah.
” Biarkan aku lewat!” anak yang lain panik melompati kawannya yang terjatuh-jatuh kebingungan.
Anak-anak kecil yang sedang bermain di jalanan kota Baghdad itu sontak bubar dan berlarian mendengar derap kaki kuda rombongan khalifah Ma’mun ar Rasyid.
Makmun Ar Rasyid adalah salah satu khalifah dari Bani Abbas. Seperti biasa, jika rombongan pembesar kerajaan lewat, jalanan harus diperuntukkan bagi mereka saja.
Kali ini terdapat sesuatu yang janggal, semua orang sudah menepi, namun seorang anak tetap berada pada tempatnya.
Khalifah Makmun berhenti. Ia perhatikan anak kecil yang berada di hadapannya, rupawan dan tegap.
” Anak muda, mengapa engkau tidak tak lari dan menepi seperti anak-anak yang lain ?” tanyanya.
” Bukankah saya tidak melakukan kejahatan apapun ?” saya juga tidak menghalangi jalan anda. Lagipula saya percaya kalau anda tidak perlu melakukan sesuatu
yang akan mencelakai saya karena saya tidak menghalangi jalan anda,” anak kecil itu menjawab dengan tenang.
Hali itu mengejutkan Makmun. ” Siapakah anak kecil ini, mengapa ia sama sekali tidak takut ? pikirnya.
” Siapa namamu ?” tanya Makmun penasaran.
” Muhammad ,” jawab anak kecil tersebut.
” Putra siapa engkau ?”
” Aku putra Ali ar ridho, ” kembali anak itu menjawab mantap.
Makmun terkesima mendengar jawaban berani dari Muhammad kecil itu. Ia menatap Muhammad beberapa saat, kemudian meneruskan perjalanan untuk
berburu tapa berkata apa-apa lagi.
Makmun mempunyai seekor elang yang handal dalam menangkap mangsa. Sewaktu berburu, Makmun melepaskan elangnya. Elang itu itu terbang dan menghilang.
Sesaat kemudian burung itu kembali dengan membawa ikan kecil yang masih hidup di paruhnya. Burung itu menyerahkan hasil tangkapannya pada Makmun.
Saat melihat ikan kecil menggelepar di tangannya, tersebit dalam pikiran Makmun untuk menggunakan ikan tersebut untuk menguji kehebatan anak pemberani yang
tadi ditemuinya.
Segera rombongan bersiap melakukan perjalanan kembali ke kota. Sesampai di kota Baghdad, kejadian yang hampir sama berulang. Semua orang termasuk
anak-anak kecil yang sedang bermain berhamburan, kecuali seorang anak yang tadi mengatakan namanya adalah Muhammad putra Imam Ali ar ridho
Rombongan berkuda yang berderap-derap seketika turut berhenti saat Makmun menghentikan tunggangannya di dekat tempat Muhammad kecil berdiri.
Makmun menyembunyikan ikan kecil dalam genggaman telapak tangannya. Ia mendekati Muhammad dan menatap tajam wajah tampan putra Imam ar ridho as itu.
” Katakan, apa yang ada adalam genggamanku ?” katanya.
Yang ditatap balas menatap tanpa rasa takut atau gemetar sedikitpun, meski ia tahu, yang berdiri dihadapannya adalah raja yang ditakuti seluruh penduduk.
” Allah telah menciptakan ikan kecil di sungai, elang milik raja suatu hari datang dan menangkapnya lalu membawa ikan itu pada sang raja. Raja menyembunyikan
ikan tersebut dalam genggamannya, kemudian ia bertanya kepada salah satu anggota Ahlul Bait Nabi, Katakan, apa yang ada di genggamanku ?”
Makmun sungguh terpana mendengar jawaban yang sempurna itu, ” Sungguh layak jika kau adalah putra Imam Ali ar-ridho ! ” ucapnya. Ia menjadi yakin bahwa yang
berdiri dihadapannya adalah penerus keimamahan Imam Ali ar ridho as.
Semenjak saat itu, Makmun mulai berusaha untuk mendekati Muhammad kecil yang tak lain adalah Imam Muhammad al Jawad as. Di hadapan umum ia
berpura-pura bersikap baik pada Imam Muhammad al Jawad, agar rakyat yang mencintai Imam mendukungnya dan tidak memberontak kepadanya. Semua ia
lakukan demi kepentingan langgengnya kekuasaan Bani Abbasiyah.