Pengobatan, Sebagai Sarana Dakwah [Rumah Sehat ‘FARRALI’]
Mukhtar Luthfi.MA
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk berdakwah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ‘Wali Songo’ sebagian dari mereka menyebarkan agama Islam melalui kesenian, pertanian, hingga pengobatan. Melalui sarana-sarana tersebut, pesan-pesan Islam disampaikan lebih membumi dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.Seorang mubalig, memiliki tugas utama ialah berusaha mengobati penyakit ruhani manusia. Yaitu berusaha membantu menghilangkan penyakit hati. Karena itu, ketika seorang mubalig memiliki kemampuan selain mengobati penyakit ruhani, juga mengobati penyakit jasmani, kenapa hal itu tidak dilakukan? Itu akan lebih memiliki kesan lebih di tengah umat.
Di samping itu, tak dapat dipungkiri bahwa tidak seorang pun di dunia ini yang tidak pernah sakit. Pasti, sekali ataupun lebih, seseorang pernah terjangkit penyakit. Menurut Islam penyakit merupakan salah satu bentuk ujian, dan manusia diperintahkan untuk mencari obatnya. Karena dalam riwayat disebutkan bahwa untuk setiap penyakit ada obatnya, “Li kulli daa’in dawaa’un.”
Dengan melihat sudut pandang ini, karena penyakit itu bersifat umum maka dakwah melalui sarana pengobatan pun nampak sangat efektif serta bersifat lintas agama dan mazhab. Siapapun yang terjangkit penyakit, dari agama dan mazhab manapun akan berusaha mencari kesembuhan dengan berobat dari siapapun, bahkan seringnya tanpa melihat agama dan mazhab sang pengobat. Di saat ia sudah merasa cocok dengan suatu jenis pengobatan, maka akan timbul rasa simpati pada sosok pengobat {terapis}, dan rasa simpati inilah merupakan modal dasar dalam berdakwah. Pada akhirnya ia akan menerima saran dan masukan apapun termasuk pesan-pesan yang disampaikan oleh si terapis.
Di sisi lain, mahalnya biaya pengobatan medis modern di negeri ini menyebabkan banyak masyarakat kelas menengah ke bawah mengeluh. Bahkan, tak jarang terjadi kegagalan dalam penanganan, padahal telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Ditambah lagi, munculnya kesadaran masyarakat akan bahaya obat-obatan kimia, sehingga mereka berusaha menghindarinya.
Ini semua yang memotivasi saya sejak masih masih belajar di Qom-Iran. Hingga akhirnya, ketika mempelajari kitab al-Isyarat wa Tanbihat karya Ibnu Sina, sempat terbersit di benak saya, “Kenapa saya hanya belajar filsafat dan irfannya saja, padahal beliau juga seorang tabib?”
Di samping itu, kebetulan saya pun memiliki hobi dan kecenderungan di bidang pengobatan. Hingga akhirnya, saya berkesempatan mengikuti pelatihan ‘Tibbe Sunnati’ selama tiga bulan yang diadakan untuk pertama kalinya oleh Jamiatul Musthafa. Berbagai jenis pengobatan Timur seperti Bekam, sengat tawon, sedot lintah, dan obatan-obatan herbal Ibnu Sina diajarkan di sana. Pasca pelatihan itu, saya juga sempat praktekkan pengobatan tersebut kepada beberapa teman pelajar Indonesia dan negara lainnya.
Sepulangnya ke Indonesia, saya pun berusaha memperkaya lagi dengan menguasai jenis pengobatan lainnya seperti Akupresur, Refleksi, Reiki/energi, Normalisasi, Herbal, dan lainnya, juga Homeopati dengan mengikuti pelatihan langsung di Malaysia.
Sejak tiba di Indonesia pun, banyak orang yang datang untuk berobat dengan berbagai macam penyakit, baik medis maupun non medis. Sampai-sampai saya pernah tidak dapat mengantarkan istri untuk melahirkan karena saya tengah menerapi orang. Padahal, saya tidak pernah memberitahukan ke orang-orang untuk berobat, mereka hanya mendengar berita dari mulut ke mulut dari para pasein yang pernah berobat ke tempat saya. Dan, mungkin ini pula salah satu hal yang memudahkan saya dalam berdakwah, baik di internal Ahlul-Bait maupun di luar. Hingga sekarang pun, di beberapa tempat ketika mengundang saya untuk tablig, kadang juga sekaligus mengundang saya untuk menerapi pasien.
Saya meyakini bahwa tidak terdapat satu jenis terapi yang efektif untuk menyembuhkan segala macam penyakit, karena itu kami dituntut untuk menggunakan beberapa jenis pengobatan yang lebih efekif dan tepat sasaran, disesuaikan dengan jenis penyakit dan kondisi pasien. Tentu, karena keterbatasan kapasitas, untuk dapat menguasai semua jenis pengobatan tersebut maka dibuatlah Tim yang semuanya dari kalangan ikhwan dan akhwat sendiri. Selain untuk mempermudah, juga mereka akan tetap menjalankan rumah sehat ‘FARRALI’ meskipun saya pergi ke luar kota, atau bahkan ke luar negeri untuk dakwah dan mengajar, kecuali untuk pasein yang meminta saya sendiri yang menerapi.
Ragam Terapi Rumah Sehat ‘FARRALI’;
- Bekam
- Akupresur/Pijat Titik Akupuntur
- Refleksi
- Pijat Telur
- Sedot Lintah
- Sengat Tawon
- Sengat Listrik
- Key/Bara Api Besi
- Setrika/Kompres
- Zona/Normalisasi
- Reiki/Energi
- Herbal
- Homeopati
- Menangani Pasein Penderita Penyakit Non-Medis
Untuk melengkapi pengobatan, kami pun berusaha memproduksi sendiri ramuan-ramuan herbal dengan resep sendiri. Juga, menanam berbagai macam tanaman herbal untuk pengobatan.
Akhir kata, bahwa kita hendaknya tidak terpaku pada satu cara untuk mencapai tujuan. Lakukan hal itu dengan cara yang sesuai dengan kemampuan. Tapi kemampuan pun membutuhkan keberanian, keberanian untuk melakukan sesuatu [you need courage to do something]. Bukankah pepatah Persia mengatakan ‘Khastan tawanestan’ jika kau mau pasti bisa. Jangan takut gagal, yang penting konsisten, pada saatnya akan memetik hasilnya.
Karena itu, kenali kemampuan dan kelebihan diri kita, lalu kita capai tujuan dengan kelebihan yang kita miliki hingga dapat menjalan misi kehidupan dengan enjoy. Amiin }