Sekilas Tentang Shahih Bukhari (Bag. 1)
Pengantar
Kitab-kitab hadis Ahlu Sunnah dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
– Shahih, seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
– Sunan, seperti Sunan Daruquthni dan Sunan Darimi
– Musnad, seperti Musnad Ahmad, Musnad Asy-Syamiyyin, Musnad Abu ‘Awanah
– Jami’, seperti Jami’ Al-Ahadits Suyuti, Jami’ Al-Ushul Ibnu Atsir Al-Jazari
– Mu’jam, seperti Mu’jam Al-Kabir, Mu’jam Al-Ausath, dan Mu’jam Ash-Shaghir Thabrani
– Mushannaf, seperti Mushannaf Abdurrazzaq,[1] Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.[2]
Layak untuk diingat bahwa pembagian ini terkadang dilihat dari sisi nilai dan kemuktabaran kitab hadis.
Tingkatan Kitab-kitab Hadis
Di antara kitab-kitab di atas, kitab-kitab shahih berada di peringkat pertama. Terdapat 6 kitab shahih yang sering disebut Shihah Sittah sebagai berikut: Bukhari – Muslim – Abu Daud – Tirmidzi – Nasai – Ibnu Majah.[3]
Dari 6 kitab tersebut, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim lebih diunggulkan dari kitab-kitab lainnya. Sisanya masih dalam perdebatan; sebagian mendahulukan Abu Daud, sebagian mengutamakan Tirmidzi. Namun sebagian meletakkan Nasai, dengan seluruh posisi keilmuan yang dimilikinya pada urutan terakhir.[4]
Dzahabi dalam hal ini menulis, “Nasai memiliki pengetahuan luas terhadap ‘ilal al-hadits, bahkan lebih tinggi dari Muslim, Tirmidzi, Abu Daud dan… Dia mungkin menyamai Bukhari dan Abu Zar’ah.”[5]
Shahih Bukhari Atau Shahih Muslim?
Manakah yang lebih tinggi, Shahih Bukhari atau Shahih Muslim?
Biasanya Shahih Bukhari ditempatkan pada urutan pertama. Sebagian ulama berpandangan bahwa setelah Alquran tidak ada sebuah kitab yang lebih shahih dari Shahih Bukhari.
Dzahabi dalam kitabnya, Tarikh Al-Islam menulis, “Kitab (Shahih Bukhari) paling agung dan utama dalam Islam setelah Kitabullah (Alquran).”[6]
Ibnu Hajar Al-Haitsami Asy-Syafi’i dalam kitab Ash-Shawa’iq menyatakan, “Ulama sepakat bahwa tidak ada kitab yang lebih muktabar setelah Alquran dari Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.”[7]
Profil Bukhari
Nama: Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah Al-Bukhari
Lahir: Syawal, 194 H.
Wafat: 256 H.
Tempat Lahir: Kota Bukhara (Khurasan Raya saat itu)
Dalam kitab “Mu’jam Al-Buldan” berkenaan dengan kota “Bukhara” disebutkan hal yang menarik: “Bukhara adalah kota paling najis…”[8]
Bukhara berasal dari dua kata Bu + Khara. Khara sendiri artinya najis. Disebutkan bahwa tanah ini adalah tanah najis. Yang manarik adalah bahwa kakek Bukhari seorang Majusi.
Kitab Shahih Bukhari Dalam Pandangan Ahlu Sunnah
Muhadditsin Ahlu Sunnah sepakat bahwa Bukhari adalah orang pertama yang melakukan pemisahan antara hadis-hadis shahih dari yang non-shahih. Ia mengumpulkan 600 ribu hadis dan memilih yang shahih darinya[9] dalam kurun waktu 16 tahun.[10]
Rasyid Ridha berkata, “Dari sisi industri hadis dan tahkik, hadis-hadis Shahih Bukhari secara umum lebih shahih dari kitab-kitab hadis lainnya.”[11]
Muhammad Abu Rayyah menulis, “Shahih Bukhari adalah kitab paling shahih setelah Kitabullah.”[12]
Jumlah Hadis Shahih Bukhari
Menurut sebagian peneliti, jumlah hadis dalam kitab Shahih Bukhari mencapai 7.275 hadis yang 4000 di antaranya bukan pengulangan.[13]
Motifasi Penulisan
Ibrahim bin Ma’qal, salah seorang murid Bukhari berkata, “Aku mendengar Bukhari berucap, “Aku duduk di samping Ishaq bin Rahawaih.[14] Beliau berkata kepadaku, “Sekiranya engkau menyusun sebuah kitab ringkas berisi hadis-hadis shahih dari sunnah Nabi saw.””
Bukhari menulis, “Ucapan ini membekas dalam hatiku. Maka aku mulai mengumpulkan hadis-hadis shahih. Aku tidak memasukkan suatu hadis kecuali aku beristikharah kepada Allah, shalat dua rakaat untuk meyakini keshahihannya.”[15]
Meskipun demikian, namun jangan lupa juga bahwa beliau sendiri berkata, “Dan aku tinggalkan banyak hadis shahih supaya kitab ini tidak terlalu panjang.”[16]
Pembahasan Kitab
Kitab hadis Shahih Bukhari dipaparkan dalam 8 pembahasan berikut:[17]
1- Akidah, 2- Ahkam, 3- Riqaq,[18] 4- Adab, 5- Tafsir, 6- Tarikh, 7- Malahim dan Fitan, dan 8 Manaqib.
(Bersambung)
[1] Wafat tahun 211 H. Kitab ini termasuk kitab mushannaf tertua Ahlu Sunnah.
[2] Beliau (wafat tahun 235 H) adalah guru dari Muhammad bin Ismail Bukhari.
[3] Seluruh penyusun kitab shahih berasal dari Iran (Persia) yang saat itu cakupan wilayahnya sangat luas sekali.
[4] Biasanya Ibnu Majah diletakkan pada urutan terakhir.
[5] Siyar A’lam An-Nubala’, Abu Abdillah Syamsuddin Adz-Dzahabi, jilid 14, halaman 133.
[6] Tarikh Al-Islam, Abu Abdillah Syamsuddin Adz-Dzahabi, jilid 19, halaman 242.
[7] Ash-Shawaiq Al-Muhriqah Fi Ar-Radd ‘Ala Ahli Az-Zindiqah, Ibnu Hajar Al-Haitsami, halaman 5.
[8] Mu’jam Al-Buldan, Syihabuddin Abu Abdillah Yaqut Al-Hamawi, jilid 1, halaman 354.
[9] Fath Al-Bari (Muqaddimah), Ibnu Hajar Al-Atsqalani, halaman 5.
[10] Pazhohesy-e Tatbiqi Dar Ahadis-e Bukhari Wa Kulaini (Kajian Komparatif Hadis-hadis Bukhari dan Kulaini), Hasyim Ma’ruf Al-Hasani, halaman 120.
[11] Adhwa’ ‘Ala As-Sunnah Al-Muhammadiyyah, Muhammad Abu Rayyah, halaman 304.
[12] Ibid, halaman 306.
[13] Al-Ba’its Al-Hatsits, Ahmad Muhammad Syakir, halaman 23.
[14] Seorang tokoh besar Ahlu Sunnah, bahkan disebut-sebut sebagai “Amirul Mukminin dalam bidang hadis”. Ishaq sendiri adalah penukil riwayat “Silsilah Adz-Dzahab” dari Imam Ridha a.s.
[15] Fath Al-Bari (Muqaddimah), halaman 490.
[16] Siyar A’lam An-Nubala’, jilid 12, halaman 402.
[17] Dan mencakup 97 kitab.
[18] Hal-hal yang dapat dijadikan peringatan di akhirat dan azab kubur sehingga bisa melembutkan orang yang mendengarnya.