Alasan Mengapa Imam Khomeini Diasingkan ke Turki Dahulu Lalu ke Irak
Bagaimana kondisi politik dan sosial saat itu sehingga membuat Shah Pahlevi harus mengasingkan Imam Khomeini? Mengapa pertama Turki kemudian Irak dipilih sebagai tempat pengasingan?
Peristiwa yang terjadi pada tahun 1340 dan 1341 Hs terkait kebangkitan masyarakat yang dipimpin oleh para ulama dan marji khususnya Imam Khomeini pasca ratifikasi RUU Negara Bagian yang berakhir dengan kemenangan bangsa dan mundurnya rezim Shah Pahlevi, demikian juga dengan reaksi keras Imam Khomeini terhadap reformasi Shah-Amerika (Revolusi Putih) yang menyebabkan munculnya kebangkitan 15 Khordad dan peristiwa penangkapan, penahanan, pemenjaraan Imam Khomeini dan pembebasan beliau serta peristiwa yang terjadi pada hari-hari itu, semua ini menyebabkan Amerika mengambil keputusan bahwa pelaksanaan reformasi yang dimaukan dengan melihat sikap Imam Khomeini dan titik kelemahan rezim Shah Pahlevi, tidak mungkin bisa tercapai tanpa kehadiran secara langsung para penasihat dan mata-mata Amerika dan kontrol kondisi dari dekat.
Seandainya data-data rahasia yang hilang pada awal-awal kemenangan revolusi karena dirampas oleh orang-orang munafik dan liberal dari istana dan kementrian luar negeri masih ada, pasti bukti-bukti dokumen dipilihnyaTurki berdasarkan diplomasi negara-negara yang bersangkutan dengan persitiwa ini bisa dibahas lebih jauh. Tentunya Turki dipilih bukan sebuah kebetulan dan sebelum Amerika, Shah Pahlevi dan pemerintah Turki telah melakukan koordinasi sebelumnya. Meskipun Turki merupakan sebuah negara Islam dan berbatasan dengan Iran, pemerintahan sekuler dan para pengikut Ataturk salah satu wajah-wajah anti Islam dan betul-betul kebarat-baratan sehingga menyebabkan pemerintah Turki dengan cepat melaksanakan rancangan pemisahan negara ini dari negara-negara Islam dan bergabung dengan masyarakat Barat. Propaganda anti agama mencapai puncaknya dan pemerintahan militer menjadi penghalang dalam upaya gerakan Islam jangan sampai mencapai tujuannya. Hal ini bagi Amerika dan Shah Pahlevi menjadi poin yang tepat untuk memblokade Imam Khomeini secara total dan tidak ada kemungkinan sama sekali untuk berhubungan dengan masyarakat Turki maupun Iran.
Gelombang protes kaum Muslimin mengalir khususnya masyarakat Iran dan ulama, sedemikian banyaknya telegram dan surat-surat dari pelbagai negara lain dan Iran kepada para pejabat pemerintah Turki serta tekanan dari dalam negeri terhadap rezim Shah Pahlevi memaksa Shah Pahlevi harus memindahkan tempat pengasingan Imam Khomeini. Tentunya, berdasarkan dokumen Imam Khomeini yang ada di SAVAK yang masih ada, menunjukkan bahwa pemerintahan Turki juga merasa ketakutan akan gelombang protes yang merembet pada masyarakat Turki dan kelompok oposisi, dan Turki meminta agar Imam Khomeini dipindahkan dari negaranya.
Negara selanjutnya adalah Irak. Dipilihnya Irak sebagai tempat pengasingan selanjutnya dengan beberapa alasan:
Pertama, rezim Shah Pahlevi atas saran para penasihat Amerika berusaha menunjukkan bahwa kondisi yang ada tenang-tenang saja dan akan memberantas sarana protes dari dalam. Pemindahan Imam Khomeini ke Irak merupakan sebuah kesempatan untuk menunjukkan bahwa masalahnya sudah selesai dan Imam pergi ke hauzah ilmiah Najaf untuk belajar dan melakukan kajian.
Kedua, Hubungan Iran dan Irak pada saat itu baik-baik saja dan kedua rezim saling membutuhkan untuk melakukan hubungan tukar menukar informasi tingkat tinggi demi menyelesaikan masalah dalam negeri. Sehingga masalah ini membuat para intel SAVAK dan para pejabat keduataan Iran mengontrol aktivitas Imam Khomeini dengan kerjasama para intel Irak.
Yang lebih penting dari dua alasan tersebut adalah kondisi hauzah Najaf. Hauzah yang selama ini menjadi markaz ulama besar seperti almarhum Mirza Shirazi dan ulama pejuang yang berjuang melawan penjajahan Inggris dan kediktatoran. Namun pada masa-masa itu (tahun 1344 Hs) tidak ada gerakan sama sekali dari hauzah ini, padahal saat itu Palestina berada dalam cengkeraman Israel dan semua negara Islam berada di bawah tawanan para penguasa boneka. Yang ada hanya pelajaran dan kajian, terlepas dari apa yang terjadi. Tekanan dan serangan terhadap Islam dan kaum muslimin dari segala penjuru, namun hauzah Najaf benar-benar dalam keheningan dan ikut campur dalam urusan politik dianggap sebagai dosa yang tidak bisa diampuni. Kekolotan pemikiran benar-benar menguasai keadaan. Kondisi yang demikian ini menjadi alasan yang tepat bagi Shah Pahlevi untuk menekan Imam Khomeini dari segala arah dan pada saat yang sama lahiriah masalah tetap terjaga dan secara praktis rezim Shah Pahlevi tidak senantiasa diprotes oleh opini umum. Kalau saja bukan karena kesabaran Imam Khomeini yang benar-benar menakjubkan dan perjuangan para pengikut revolusi Imam Khomeini yang dengan berbagai cara menyusul Imam Khomeini ke Irak serta pertahanan sejumlah orang yang di Iran berada di bawah siksaan demi kelanjutan perjuangan, pasti Amerika sudah mencapai tujuannya dan kebangkitan 15 Khordad sudah terlupakan.
Menyaksikan kondisi semacam ini bagi seorang pribadi pejuang, tahu dan mengenal beragam kesulitan dunia Islam benar-benar sulit dan menyakitkan. Imam Khomeini dalam karya-karyanya berkali-kali dengan pahit menyebutkan pelbagai kesulitan kondisi hauzah Najaf meskipun beliau juga mendapat taufik berdampingan dengan makam Amirul Mukminin Ali as dan menziarahinya. Dengan masuknya Imam Khomeini ke hauzah Najaf, mulailah beragam pengkhianatan, penentangan, hasut dan kedengkian secara besar-besaran, itupun bukan dari pihak musuh, tapi dari pihak teman-teman hauzah yang tidak sadar dan kolot yang membatasi hukum Islam hanya pada beberapa bab fiqih ibadah dan transaksi dan ini berlanjut dengan pelbagai cara sampai Imam Khomeini hijrah ke Paris.
Kisah yang paling bagus tentang kondisi yang menyakitkan pada masa itu bisa kita saksikan dalam pesan Imam Khomeini kepada ulama:
“Sudah pasti para ulama pejuang yang lebih berpengaruh lebih banyak cobaannya. Kalian jangan mengira bahwa tuduhan adanya keterikatan dan tidak beragama hanya dilakukan oleh orang lain terhadap para ulama. Tidak! Pukulan para ulama yang tidak sadar maupun yang sadar yang ada keterikatan dengan Shah Pahlevi dengan sendirinya lebih ampuh. Di awal perjuangan Islam, bila kalian ingin mengatakan bahwa Shah Pahlevi adalah pengkhianat, maka secara spontan kalian akan mendengar jawaban bahwa Shah Pahlevi adalah Syiah. Sejumlah orang yang sok suci dan terkebelakang mengharamkan segalanya dan tidak seorang pun berani menentang mereka. Sakit hati yang dirasakan oleh bapak tua kalian dari orang-orang-orang kolot ini sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan tekanan dan kesulitan yang dilakukan oleh yang lainnya.”
Di dalam pesan lainnya Imam Khomeini mengatakan:
“Penyebaran pemikiran ‘Shah Pahlevi manifestasi Tuhan’ dan atau ‘Hanya dengan daging dan kulit tidak bisa melawan artileri dan tank’ dan juga ‘Kita tidak diwajibkan berjihad dan berjuang’ dan atau ‘Siapakah yang akan mempertanggungjawabkan orang-orang yang terbunuh?’ dan yang paling merusak dan menyesatkan adalah slogan, ‘pemerintahan pra kemunculan Imam Zaman adalah batil’ dan ribuan lagi kalau saya mau sampaikan, kesulitan besar dan melelahkan yang mereka lakukan tidak bisa dicegah hanya dengan nasihat dan perlawanan serta propaganda. Satu-satunya jalan keluar adalah lewat perantara perjuangan dan pengorbanan yang disediakan oleh Allah. Pada 15 Khordad 1342 Hs, perjuangan bukan hanya melawan peluru dan tank serta senjata Shah Pahlevi saja, bila hanya ini saja, maka perjuangan akan menjadi mudah. Tapi selain itu adalah dari dalam kita sendiri, peluru tipu muslihat dan gaya sok suci dan kolot, peluru sindiran, kemunafikan dan dua wajah yang ribuan kali dari amunisi lebih membakar dan merobek-robek hati dan jiwa.
Sejatinya, ulama yang terhormat berada dalam kesendirian dan tawanan menangis darah karena bagaimana Amerika dan babunya Shah Pahlevi ingin mencabut akar keagamaan dan Islam dan sejumlah ulama yang berlagak suci tidak sadar atau dipermainkan dan sejumlah orang yang terikat pada mereka memuluskan jalannya pengkhinatan besar ini yang wajah-wajah mereka tampak jelas setelah kemenangan revolusi.”
Yang menakjubkan dari kebangkitan Imam Khomeini adalah terjadinya kebangkitan itu pada kondisi yang semacam ini. Dengan kebangkitannya Imam Khomeini berhasil memecahkan keheningan dan menciptakan kembali ulama menjadi pembawa panji kebangkitan masyarakat seperti biasanya dalam sejarah. Kondisi benar-benar berubah sehingga mereka yang tadinya tidak mau menukar marjaiyat dengan apapun meski dengan senjata Islam dan kaum Muslimin, akhirnya mereka juga terjun ke dalam medan perjuangan dan santri-santri muda dengan fitrahnya yang suci serta ulama yang komitmen dalam keterasingan dan kesendirian sedih menyaksikan kondisi yang menguasai hauzah telah menemukan apa yang dimaukan dan bergabung pada kebangkitan ilahi Imam Khomeini.
Dalam kondisi yang sulit ini, pribadi ilmiah dan sosial Imam Khomeini dan kecerdasannya dalam waktu yang singkat membuat Imam Khomeini terkenal di hauzah-hauzah Najaf. (sumber; IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)