Bagaimana Agar Doa Bisa Menjadi Sebuah Solusi, Renungan Doa Imam Mahdi Afj Bag 2
Do’a keselamatan dari Imam Mahdi afj
by: Suparno
وبعد المعصية
Wa bu’dal ma’siah
“Dan jauhkan (kami) dari maksiat”
Senada dengan doa keselamatan diatas Allah berfirman:
ولا تقربوا الزنى انه كان فحشة وساء سبيلا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Qs Al Isra: 32)
Baris kedua dari doa keselamatan Imam Zaman ini berupa permintaan kepada Allah swt agar kita dijauhkan dari maksiat.
Sebenarnya tidak bermaksiat adalah salah satu tanda dari orang yang taat kepada Allah swt. Orang taat kepada Allah swt itu mentaati sepenuh hati dengan meninggalkan yang dilarang dan menjalankan yang diperintahkan. Dan disini ditekankan pada menjauhi, jadi tidak hanya tidak menjalani perbuatan maksiat bahkan menjauhi berbagai hal yang berbau maksiat. Ketika jadi dua tahap, pertama dengan menjauhi tempat maksiat kemungkinan kita untuk melakukan masksiat jauh lebih sedikit. Dibanding ketika kita berada didalam lingkungan tempat orang-orang biasa bermaksiat.
Lingkungan disini tidak selalu bermakna tempat tapi lebih luas, yakni lingkungan berupa sistem maupun lingkungan sosial media yang kita pilih.
Tidak berbeda dengan tempat-tempat bermaksiat ketika kita memilih lingkup sosial media yang salah, kelompok dimana mereka selalu menggunjing, memfitnah, menyebarkan hoaks, dll maka kita disebut juga sebagai orang yang tidak menjauhi tempat maksiat.
Bisa menjauhkan diri dari maksiat adalah sebuah nilai dan hasil dari perjuangan. Pihak yang lebih berwenang seperti pemimpin masyarakat, pemimpin institusi dll, seyogyanya memberikan apresiasi kepada bawahan ketika mereka berusaha menjauhkan diri dari maksiat. Terlebih dalam lingkup keluarga, ketika orang tua mengapresiasi anak-anaknya yang sudah mampu menjauhkan diri dari maksiat pastinya itu akan memberi kekuatan, karena kenyataanya manusia sendiri sebenarnya ada kecenderungan untuk terus menerus berbuat maksiat.
بل يريد الإنسان ليفجرأمامه
“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.” (Al Qiyaamah : 5)
Jadi manusia butuh penyemangat agar tetap teguh dalam menjalani kehidupan yang jauh dari hiruk pikuk kemaksiatan.
Media bermaksiat seiring berkembangnya peradaban juga semakin luas. Dengan media sosial berupa gadget, laman-laman internet, serta program untuk smartphone kekinian seperti tiktok, smule yang menawarkan program live yang tidak mungkin difilter, masyarakat semakin mudah untuk bermaksiat dikamar-kamar tertutup mereka.
Keinginan untuk banyak yang folow, banyak yang subscribs, banyak yang like, tapi tidak mengetahui cara bagaimana memviralkan video dan foto mereka, ada remaja-remaja masih berbaju sekolah yang melakukan perbuatan tidak senonoh live dengan mobile phone mereka. Perbuatan tidak senonoh tanpa dibayar ini dilakukan hanya agar bisa menaikan rating video yang di uploud. Cukup miris karena disaat yang sama orang tua mereka sedang membanting tulang untuk mencari biaya sekolah, sehingga mereka tetap bisa bersekolah.
Menjauhkan dari maksiat
Salah satu pelajaran dari baris doa diatas adalah agar kita menjauhkan diri kita dari maksiat. Dan dalam Al Qur’an kita diajari
يَأَيهَا الّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسكمْ وَ أَهْلِيكمْ نَاراً وَقُودُهَا النّاس وَ الحِجَارَةُ عَلَيهَا مَلَئكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصونَ اللّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dalam tahapan menjauhi dan tidak mengerjakan maksiat sesuai ayat ini semestinya dimulai dari diri kita (قُوا أَنفُسكمْ) setelah kita sudah mengerjakan baru kita disuruh menyampaikan dan menyuruh keluarga kita (وَ أَهْلِيكمْ نَاراً).
وبعد المعصية
Wa bu’dal ma’siah
“Dan jauhkan (kami) dari maksiat”
Doa ini jelas sangat tepat disegala zaman, termasuk dijaman kekikinian. Kita memohon kemudahan untuk menjauhi maksiat, dan ini adalah modal untuk kemudian bisa mengajak keluarga kita dan orang lain menjauhi maksiat.
Dalam kehidupan rumah tangga banyak hal sederhana yang bisa kita lihat dari anak-anak kita, betapa mudahnya anak-anak menirukan kebiasaan “buruk” sang ayah yang terbiasa meletakkan sepatu tidak di rak sepatu, sementara sang ibu bukan hanya meletakkan sepatu pada tempatnya bahkan seisi rumah ia tata sedemikian rupa, namun yang ditiru bukan sang ibu tapi dari ayah.
Kalau kita telisik perbuatan sang ayah dilakukan setulus hati tanpa sedikitpun pengharapan untuk ditiru dan semacamnya, sementara sang ibu bisa jadi ia melakukan berbagai disiplin tersebut dengan pengharapan seisi rumah juga melakukan hal serupa, jadi dilakukan tidak dengan ikhlas. Walau memang ada kenyataan lain yakni adanya kecenderungan manusia untuk bermaksiat.
بل يريد الإنسان ليفجرأمامه
“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.”
(Al Qiyaamah: 5)
Disini terlihat betapa besar peran seorang kepala rumah tangga. Ketika kepala rumah tangga sudah menjadi yang paling menjauhkan diri dari maksiat kemungkinan untuk membenahi anggota keluarga yang lain akan lebih mudah. Dan selanjutnya bisa memperbaiki masyarakat dengan contoh amalan baik yang dilakukan. Dan dari sini menjauhkan dari maksiat diawali dari pribadi seorang ayah, keluarga dan akhirnya meluas kepada masyarakat.
Untuk menjauhkan seseorang dari maksiat tentu tidak semudah membalikkan tangan. Perlu penelitian latar belakang mengapa pelaku melakukan maksiat, pendekatan psikologis, penanganan sebab-sebab yang menjadikan orang atau masyarakat terjerumus kedalam maksiat.
Menjauhkan masyarakat dari maksiat
Menjauhkan masyarakat dari maksiat tentu tidak serta merta dengan berceramah dan mengungkapkan ribuan dalil dari Al Quran dan sunah. Ketika masyarakat itu lapar maka semestinya mereka dicarikan pekerjaan, dibukakan lapangan kerja terlebih dahulu, didekati dulu dan kita harus bisa menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang baik akan lebih didengarkan omongannya dibandingkan para penasihat dan penceramah.
Menjauhkan masyarakat dari maksiat tidak bisa dilakukan orang perorang, perlu bergerak bersama-sama mencari jalan keluar. Butuh perencanaan matang dan semangat membangun masyarakat dalam kebersamaan.