Café Buku Menjadi Tempat yang Paling Banyak Diminati oleh Masyarakat Iran
Suroyya Solehah Zainal, Lc Desas-desus tentang dunia politik di negara para mullah selalu menjadi topik pembicaraan yang menarik bagi sebagian negara di luar sana. Mulai dari urusan perjanjian nuklir sampai hal-hal yang berkaitan dengan agama, perbincangan tersebut selalu memikat perhatian. Namun, di balik itu semua, terdapat nilai-nilai yang tinggi terkait dengan minat masyarakat Iran terhadap budaya membaca dan cinta terhadap buku yang patut kita telaah lebih dalam.
Café buku menjadi salah satu tempat favorit orang-orang Persia ketika mereka ingin beristirahat atau sekadar melepas lelah dari aktivitas sehari-hari. Dengan segelas teh dan sepotong sandwich sebagai teman setia, mereka bisa menghabiskan berjam-jam di sana. Tanpa memandang usia atau golongan, mereka sangat menikmati suasana di café tersebut, seolah-olah menjadi rumah kedua bagi mereka.
“Mungkin istilah ‘Semua masyarakat Iran berjiwa muda’ menjadi pernyataan yang tepat untuk menggambarkan karakter masyarakat tersebut. Gairah dan semangat yang kuat dalam memenuhi rasa ingin tahu mendorong siapa pun yang haus akan informasi dan pengetahuan untuk tetap eksis di dunia intelektual. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang sudah berusia lanjut ikut serta dalam melakukan penelitian dan mengkaji seputar permasalahan kehidupan yang sedang dihadapi negara.
Salah satu cara mereka menghormati buku adalah dengan terus membacanya; semakin lama buku tersebut dibaca, semakin tinggi pula nilainya. Selanjutnya, mereka mengadakan kuis berhadiah seputar buku-buku best-seller. Hampir setiap minggunya, di café buku diselenggarakan kuis berhadiah mengenai buku-buku yang sedang ramai dibicarakan saat itu.
Hanya dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk dan membayar biaya sekitar 50 ribu tuman saja, setiap orang bisa bebas meminjam dan menikmati buku-buku di perpustakaan yang telah disediakan. Dan dengan mendaftarkan diri sebagai anggota peminjam tetap, tentu memberikan keuntungan lebih bagi mereka yang sering meminjam dan berkunjung di café buku tersebut, seperti meminjam buku lebih banyak daripada pengunjung biasa lainnya.
Seperti halnya kejadian lucu yang mungkin sering dialami oleh pelajar Internasional, terkadang mereka rela berebut antrian demi mendapatkan buku pinjaman yang sudah menjadi cetakan kesekian kalinya untuk dijadikan sebagai referensi sekolah. Namun, mereka selalu kalah start dari pelajar Iran sendiri, sehingga harus bersabar menunggu giliran mereka tiba.”
Jangan kaget pula jika suatu saat Anda diundang ke berbagai macam acara atau seminar, dan di antaranya diselipkan sebuah acara khusus untuk meresmikan buku baru yang baru saja dicetak, baik dalam bentuk fisik maupun digital. Setelah pulang dari acara tersebut, Anda akan dibagikan sebuah bingkisan berisi buku-buku sebagai hadiah bagi semua tamu undangan secara gratis. Tidak hanya buku gratis, sebagai negara yang juga mencintai sastra dan puisi, mereka juga tidak lupa memberikan kesan manis bagi para tamu undangan dengan menyajikan pembacaan puisi yang indah sebagai salam pembuka atau penutup acara.
Satu momen lagi yang tidak boleh dilewatkan bagi pecinta buku adalah pameran buku. Setiap pergantian musim, pemerintah kota selalu mengadakan pameran buku secara besar-besaran dengan memamerkan karya terbaru dari penulis kekinian atau legendaris. Sudut-sudut kota dipenuhi dengan billboard berisikan iklan buku dan alat tulis belajar berdiskon khusus di musim tersebut. Kesempatan emas bagi pemburu ilmu untuk mencari referensi yang sulit didapatkan pada hari-hari biasa namun dapat ditemukan saat pameran berlangsung. Tradisi mendatangi pameran buku juga menjadi salah satu faktor di mana masyarakat Iran suka untuk membaca buku dan mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan keilmuan, selain karena dekorasi dan suasana yang menyenangkan dalam pameran. Acara semacam ini juga menyediakan berbagai ruang konsultasi keluarga, beragam kuliner tradisional, pertunjukan bakat, permainan, taman belajar sambil bermain bagi anak-anak, dan pertunjukan seru lainnya.
Iran, sebagai salah satu pusat peradaban budaya yang kental, disiplin dalam upaya semaksimal mungkin untuk memfasilitasi para penggemar buku dengan mengadakan berbagai macam acara di setiap musimnya, seperti pameran buku, pembangunan perpustakaan, dan mesin percetakan yang tersebar di setiap kotanya. Pada bulan November 2014, tepatnya Aban 1393 Hijriah Syamsiah, Kementerian Budaya dan Bimbingan Islam Iran meluncurkan prakarsa Ibukota Buku Iran dengan tujuan meningkatkan budaya nasional, penyebaran tradisi membaca, dan mengumpulkan masukan inovatif dan menarik dari masyarakat mengenai buku dan tradisi membaca.
Melalui kerjasama antara pemerintah dan antusiasme dari masyarakat pribumi, suasana membaca menjadi seperti musim semi yang sangat diminati dan dinikmati oleh seluruh elemen masyarakat di negara para mullah tersebut, sehingga budaya dan tradisi membaca tetap lestari di Iran.