Cahaya yang Bicara dalam Goa itu Ternyata Jibril (as)
Hari bitsah, ataukah hari Isra` Miraj? Duapuluh tujuh rajab, menurut Syiah Imamiyah adalah hari bitsah. Sedangkan menurut Ahlussunnah adalah hari Isra` Miraj.
Jika itu hari pengutusan Muhammad saw oleh Allah swt sebagai rasul-Nya bagi umat ini, yang terjadi pada tahun keempat Amul-fîl (pasca peristiwa pasukan gajah Abrahah), berikut ini adalah tentang kesaksian seorang dalîl (penunjuk jalan) atas apa yang beliau saw lakukan selama berada di dalam goa Hira, sampai beliau menerima wahyu untuk pertamakalinya, dengan perintah, Bacalah!.
Adalah sebuah goa yang sangat bersejarah di Mekah, dan sampai sekarang masih utuh dengan kokohnya. Goa di atas bukit ini, satu-satunya saksi bisu sejarah bitsah nabi terakhir Muhammad saw. Berikut adalah laporan dari si dalîl itu, yang mengambil bagian dari halaman-halaman sejarah ini:
Suatu hari, Muhammad saw -sebelum kenabian- pergi bersamanya menuju goa itu. Secara kasat mata, si penunjuk jalan ini seorang pemuja berhala. Tapi melihat cara dia menceritakan pengalamannya saat bersama Muhammad (saw) dengan suka hati dan penuh semangat, dengan menyinggung kebenaran Muhammad, bahkan di antara mukjizatnya, jangan-jangan dia sebenarnya adalah salah satu pengikut Muhammad (saw). Hanya saja dia sembunyikan keimanannya, lantaran takut ketahuan orang-orang masyarakat jahiliyah.
Cerita dia: Kami menaiki bukit menuju goa dengan susah payah. Nafas kami tersengal-sengal saat sampai di atas bukit. Kami berdiri di depan goa. Ruang di dalamnya seluas satu orang saja. Sempit, dan tempat yang susah untuk tidur. Tingginya seukuran badan laki-laki sedang..
Tentang bagaimana dengan beliau saw selama di sana, ia mengabarkan: Di dalam goa ini Muhammad (saw) melewati waktu berhari-hari dan bermalam-malam untuk ibadah dan inqithâ` (hanya fokus kepada Allah swt). Pada bulan Ramadan ia menetap di sana. Tidak turun dari bukit. Makan, cukup baginya sesuap roti dan seteguk air..
Hanya Muhammad (saw) yang Tahu Rahasianya
Ia ungkapkan suara hatinya yang bertanya-tanya tentang Muhammad (saw) bahwa: Sekalipun dia seorang muwahid (yang bertauhid), tak seperti semua muwahid biasanya, ber‘uzlah sampai sedemikian dengan begitu merunduk kepada Tuhannya! Menurutnya, Muhammad melakukan itu karena khawatir terhadap orang-orang. Sehingga terpaksa ia menjauh dari penglihatan mereka dan beritikaf di dalam goa kecil yang gelap ini. Namun, tak adakah celah bahwa masih bisa Muhammad (saw) menyepi sendiri di kamar dalam rumahnya!?
Sesungguhnya, perkaranya lebih besar dari apa yang disangkakan itu, bahwa maksud dia pergi ke goa ini adalah untuk urusan-urusan besar dan amat penting. Di antaranya membuat perencanaan untuk masa datang, di dalam menyampaikan kenabiannya nanti. Segala resiko yang akan dihadapinya harus dia pikirkan, sampai menemukan cara untuk menghadapi orang-orang yang akan menentangnya di jalan dakwah ilahiah ini. Beliau mengetahui Taurat dan sirah Para nabi. Dari goa inilah Muhammad (saw) berangkat di dalam mengumumkan kenabiannya.
Sementara orang-orang di luar sana, masyarakat jahiliyah saat itu tidak mencampuri urusan Muhammad (saw), apapun yang beliau lakukan di bukit ini. Karena mereka telah memandang dirinya seorang amîn (terpecaya), peduli fuqara dan anak-anak yatim. Tak seorang pun dari mereka terutama tokoh-tokoh Mekah mengira bahwa Muhammad akan mengakui nabi, dan akan membangkitkan kaum lemah dan para budak.
Wahyu Pertama: Iqra`!
Bagaimanapun, rahasia beliau di dalam goa ini di luar pengetahuan dan pandangan mereka. Di antaranya, adalah peristiwa yang terjadi di malam duapuluh tujuh Rajab, yang disebut oleh para pengikutnya dengan hari bitsah Nabi saw.
Si dalil menceritakan tentang kejadiannya, bahwa: “Malam itu Muhammad sibuk beribadah. Tiba-tiba sebuah cahaya melesat ke jantung kegelapan, menerangi tempat beliau. Cahaya itu mendekatinya, merengkuhnya, membuatnya sempat menggigil ringan. Terlihat beliau merasakan sebuah kain menyelelimuti badannya, dan kehidupan baru yang agung nan jernih mengalir ke dalam jiwanya. Cahaya yang fokus pada dirinya itu dipandanginya, dan seakan ingin mengajaknya bicara: Siapakah Anda?
Dari dalam cahaya itu bersuara dan menjawab, Aku Jibril!
Apa yang Anda inginkan?
Iqra` (Bacalah)!, pintanya.
Beliau jawab, Apa yang saya baca? Dan saya bukan seorang pembaca!
Jibril berkata:
ٱقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسانَ مِنْ عَلَقٍ ٱقْرَأْ وَ رَبُّكَ الْأَكْرَمُ ٱلَّذي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسانَ ما لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam; Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS: al-Alaq 1-5)
Kemudian berkata kepadanya: Wahai Muhammad, engkaulah utusan Allah! Bangkitlah, serulah orang-orang kepada Allah Yang Mahaesa.
Referensi:
Muhammad, Riwayah Mustalhamah min Sirati Rasulillah (saw).
Oleh: Ibrahim Hasan Biki