Dampak Trumpisme Terhadap Peradaban Ekonomi Dunia
Oleh: AS Djatu, M.Sc
Rabu tanggal 9 november 2016, waktu menunjukkan pukul 10:31 WIB. Perhitungan electoral vote Amerika; Trump raih 168, Hillary 109. Perhitungan suara masih belum selesai, Kalifornia, Washington, Oregon (yang merupakan basis) pendukung Hillary seakan masih menyisakan secuil harapan ke-kubu demokrat.
Tak ayal pasarpun mulai bergetar, Rupiah melemah 73 poin atau 0,56% ke Rp13.157 per dolar AS. Sejam kemudian tepatnya pukul 11:34 WIB: Rupiah kembali terjun bebas 106 Poin ke 13.190.
Minggu-minggu adrenalin memang untuk pasar dunia dan Indonesia. Namun goncangan Trumpisme tersebut masih akan disusul dengan gempa susulan yang mungkin saja pengaruhnya akan kekal untuk kurun waktu yang lebih panjang.
Betapa tidak Trump akan segera mem-pick-up dua pos strategis yang akan menentukan kebijakan perekonomian negeri paman sam itu untuk jangka waktu setengah dekade kedepan. Adalah sosok Jonathan Gray, Jamie Dimon, Steven Mnuchin dan Mitt Romney yang disebut-sebut akan menempati kursi kementerian Keuangan Negara adidaya tersebut.
Julie Hirschfeld Davis, Binyamin Appelbaum dan Maggie Haberman dalam sebuah artikelnya yang dimuat Neewyork Times edisi 29 november 2016 menyebutkan bahwa peluang Steven Mnuchin untuk menggantikan posisi Jack Lew di kabinet Trump yang akan datang sangat terbuka lebar.
Dengan demikian Mnuchin akan menjadi salah satu pion penting untuk misi-misi ekonomi dan finansial Trump yang kelak akan secara lansung mempengaruhi alur pergerakan perekonomian dunia secara menyeluruh termasuk Indonesia.
Lantas apa pengaruhnya terhadap perekonomian dunia Islam secara universal dan Indonesia secara lebih spesifik.
Untuk lebih jelas mari kita jelajahi kembali kicauan Trump tentang politik ekonomi dan perdagangan Amerika selama masa kampanye kepresidenan nya;
Pertama,Trump sangat enggan menjalin relasi perdagangan Trans-Pasifik. So-pasti; target nya adalah pengembalian hegemoni perekonomian dan perdagangan amerika dikawasan basah ini. Selanjutnya gampang ditebak, regulasi-regulasi yang menguntungkan Amerika akan di-aktifkan, dan sebaliknya kebijakan-kebijakan yang dirasa mengancam Dolar akan dikubur rapi. Selanjutnya, terserah anda…
Kedua, Trump juga dikenal sebagai penggagas perubahan menyeluruh dan fundamental terhadap fakta perdagangan bebas dengan Kanada dan Meksiko. Belum lagi ancaman perang perdagangan dengan Tiongkok lewat kenaikan 40 persen tarif bea masuk barang dari Negara tirai bambu tersebut.
Dari semua kebijakan-kebijakan diatas, munkin revolusi pajak yang dijanjikan Trump-lah yang paling bisa dijadika momok untuk rival dagangnya seperti China Eropa dan Jepang. Mau tidak mau dunia usaha Indonesia juga mesti tanggap menghadapi Trumpisme ekonomi-perdagangan internasional ini.
Munkin Kanada tidak akan ambil pusing dengan segala sikap saudara tirinya itu, dari sononya emang udah sangat terikat secara kultural, politik dan bahkan ekonomi. Yang akan sekarat munkin Meksiko, namun lagi-lagi tergantung pada kebijakan apa yang akan mereka ambil, sebagai bagian dari politik antisipasi terhadap perang perdagangan dan ekonomi itu.
Yang paling seru munkin perseteruan Tiongkok vs USA…
Sulit memang untuk dibayangkan Negara setangguh Tiongkok akan sungkem dihadapan Donald Trump. Lantas apa yang akan terjadi?.
Biarkan waktu yang akan menjawab pertanyaan ini, karena menurut hemat penulis Trump akan dibingungkan juga oleh IRAN. Bukan lagi sebuah rahasia kalau perang Amerika vs Iran adalah perang politik, kebudayaan dan pemikiran lebih dari perang militer dan ekonomi.
Uniknya, Sang-Paman Sam tidak bisa berbuat banyak untuk menekan Iran. Ada beberapa faktor yang membuat mereka berpikir seribu kali untuk terjun kekancah perang militer secara lansung dengan Iran. Bukan hanya faktor geo-politik, atau pertimbangan kepentingan bersama poros Iran-Rusia-Tiongkok, namun bisa dipastikan, sejauh peluru yang menyasar ke Iran, sejauh itulah Sang adikuasa itu harus minggat dari timur tengah.
Lantas bagaimana Indonesia…?
Dalam jangka pendek kebijakan regulasi perpajakan dalam negeri Amerika akan berpengaruh secara positif terhadap pangsa pasar modal Indonesia. Dalam hal ini, akan sangat riskan bagi Indonesia untuk bersaing secara terbuka. Suatu hal yang menggembirakan adalah selama pemerintah Jokowi, Indonesia mampu menjaga laju pertumbuhan ekonominya dikisaran 5-6 persen, tambahan pula kebijakan pemerintah dalam melihat potensi internal NKRI yang tidak bisa dianggap remeh. Toh..Amerika sendiri bisa menjadi Amerika berkat penerapan kebijakan politik ekonomi internal yang tepat….ayo Indonesia…