Defenisi Orang Gila Menurut Rasulullah saw (Bagian Pertama)

orang gila
Syahdan, Nabi saw memergoki massa yang berkumpul dengan penuh antusias. Beliau penasaran dan mencoba melihat apa gerangan yang membuat orang-orang berkerumun. Lalu beliau memberanikan diri untuk bertanya kepada salah seorang dari mereka, apa yang terjadi? Apa yang membuat kalian datang ke mari? Seseorang dari mereka menjawab, ya Rasul, ini ada tontonan gratis dan hiburan yang seru. Kalau antum ada waktu, silakan duduk di sini dan melihat keseruannya, jawab sahabat dengan enteng. Keseruan apa yang engkau maksud, tanya Nabi semakin penasaran. Ini ada orang gila yang sedang memerkan kegilaannya; lucu dan menggelikan sekali. Sudah lama kami tidak mendapatksan suguhan hiburan seheboh ini, lanjut sahabat tersebut sambil sesekali tertawa terkikih-kikih.
Melihat fenomena langka tersebut, Nabi saw ingin menggugah mereka dengan memanfaatkan momentum ini sembari berkomentar: kalian menyaksikan orang yang sakit. Dan kemudian beliau melemparkan pertanyaan penting: Tahukah kalian orang gila yang hakiki?
Mendengar pertanyaan Nabi saw tersebut, para sahabat terperanjat dan terdiam serta ingin segera menemukan jawabannya. Dan Rasulullah saw segera melanjutkan sabdanya:
Ya, Baginda Rasul saw meredefenisi orang yang gila. Dan orang gila yang selama ini kita kenal ternyata menurut Nabi saw bukan gila, tapi mubtalâ (sakit fisiknya karena faktor keturunan dan lain-lain). Orang gila yang sesungguhnya di mata Rasulullah saw adalah orang-orang yang memiliki 5 ciri berikut ini:
إنّ المَجنونَ حَقَّ المَجنونِ المُتَبَختِرُ فی مِشیَتِهِ، النّاظِرُ فی عِطفَیهِ، المُحَرِّكُ جَنبَیهِ بمَنكِبَیهِ، یَتَمَنّى علَى اللّهِ جَنَّتَهُ و هُو یَعصیهِ، الذی لا یُؤمَنُ شَرُّهُ و لا یُرجى خَیرُهُ فذلكَ المَجنونُ و هذا المُبتَلى
1-Orang yang berjalan dengan sombong dan angkuh
2-Melihat kepada dua sisinya dengan penuh arogansi
3-Mengangkat kedua bahunya dan mengerakkannya
4-Bermaksiat kepada Allah namun mengharapkan surganya
5-Orang lain tidak akan selamat dari kejahatannya dan tidak ada harapan kebaikan padanya.
Tanda kegilaan yang pertama tampakdalam gaya hidup, yaitu cara berjalan. Tentu kegilaan tidak hanya dibatasi pada cara berjalan, dan yang dimaksudkan Nabi saw lebih tinggi daripada itu, yaitu gaya hidup yang arogan dan mau menang sendiri.
Ciri kedua adalah orang yang sombong adalah memandang dirinya superior dan orang lain inferior. Orang seperti ini kata Nabi saw hanya melihat kedua sisinya. Yakni, hanya melihat dirinya dan kalau toh memandang orang lain maka cara pandangannya penuh kehinaan.
Ciri ketiga manusia arogan adalah selalu mengedepankan dirinya dan menarik perhatian orang lain. Nabi saw mengambarkannya dengan ungkapan “Mengangkat kedua bahunya dan mengerakkannya”.
Seperti orang yang baru dua hari latihan bina raga lalu ia memakai pakaian yang super ketat dan berjalan dengan gaya jagoan seolah mampu mengkakat kulkas yang paling besar dengan tangannya.
Ciri keempat orang yang angkuh adalah berharap tidak pada tempatnya. Orang ini bukanhanya berharap tidak pada tempatnya pada masyarakat dan sosial bahkan ia mengharapkan sesuatu yang tidak relevan dan tidak pantas kepada Allah Swt. Ironis, ia bermaksiat kepada Allah namun mengharapkan surganya
Ciri kelima individu yang gila ini adalah karakternya selalu menyakit dan membahayakan orang lain. Ia senantiasa memproduksi kejahatan dan kezaliman. Orang seperti ini kata Nabi saw “tidak ada harapan kebaikan padanya.”
Lima ciri dan kriteria kegilaan yang disampaikan oleh Nabi saw tersebut banyak kita jumpai di tengah masyarakat dewasa ini. Dengan defenisi “gila” menurut Rasul saw, maka jumlah orang gila jauh melebihi daripada yang kita perkirakan, sehingga pribadi-pribadi yang gila menjadi mayoritas di tengah masyarakat. Maka terbentuklah masyarakat yang gila dan komunitas yang gila.
Kegilaan yang dilihat oleh para sahabat yang mulia—radhiallah’anhum—adalah kegilaan yang biasa dan mungkin saja bisa disembuhkan. Kegilaan model ini umumnya tidak membahayakan orang lain dalam skala luas. Orang gila pada kelompok ini rata-rata tidak melakukan kejahatan yang tersistematis dan luar biasa. Biasanya orang gila di level ini cenderung membahayakan dirinya sendiri. Kalau toh ia menyakiti orang lain karena biasanya ia terlebih dahulu diprovokasi dan digoda oleh orang yang waras. Kegilaan seperti ini dapat diredam dengan pil penenang dan dikonsultasikan dengan psikolog atau psikiater, dan ujung-ujungnya bisa direhabilitasi di rumah sakit jiwa. Kegilaan ini paling banter merepotkan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Dan kegilaan ini bisa dipicu oleh stres berkepanjangan, faktor keturunan, gaya hidup dan sebagainya.
Bersambung…..
Syekh M. Ghazali
Pemerhati Sosial-Keagamaan