Deklarasi Konferensi Internasional Persatuan Islam
Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-24 menutup agendanya dengan mengeluarkan sebuah deklarasi bersama.
Sebagaimana dilaporkan kantor berita taghrib (TNA), upacara penutupan konferensi diisi dengan pidato beberapa perserta dan juga pembacaan bait-bait syair tentang urgensi persatuan umat Islam beserta pembacaan deklarasi akhir.
Deklarasi itu menilai partisipasi 750 ilmuan dan pelaksanaan 30 pertemuan agenda pendekatan antara mazhab-mazhab Islam, sebagai langkah penting dalam persatuan Islam. Perserta konferensi juga menilai perseteruan politik bukan faktor lahirnya perselisihan akidah, fikih dan atau sejarah para pemeluk agama.
Para peserta konferensi menilai umat Islam berada dalam tantangan besar, yang menargetkan bidang akidah, identitas budaya, dan landasan-landasan eksistensi serta peran peradaban Islam.
Pada bagian lain deklarasi itu disebutkan, “Musuh melalui konspirasi perpecahan dan disintegrasi, berupaya menciptakan kemunduran bagi umat Islam di berbagai bidang dan mempromosikan ketergantungan dan ketertarikan kepada Barat.”
Mereka menganggap hawa nafsu, orientasi politik, dan maraknya sikap fanatik buta dari beberapa pengikut mazhab terhadap mazhab-mazhab lain, telah melahirkan fenomena pengkafiran, ekstrimisme, dan pengelompokan. Menurut mereka, dampak-dampak negatif fenomena itu akan memperlemah kemampuan umat Islam dan membuka jalan bagi musuh untuk menghantam ideologi dan pemikiran teoritis dan praktis murni Islam.
Lebih lanjut deklarasi tersebut menegaskan sikap menghormati satu sama lain dan melimpahkan isu-isu perbedaan kepada para ulama dan pakar, dan juga menekankan untuk tidak menghina sakralitas satu sama lain.
Pernyataan sikap tersebut juga mengapresiasi fatwa bersejarah Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei tentang larangan menghina pemuka-pemuka mazhab Islam, yang mendapat sambutan luas dari para ulama besar dan juga umat Islam.
Berdasarkan laporan ini, memperhatikan kebutuhan mendesak untuk mewujudkan program terperinci bagi pendekatan mazhab-mazhab Islam dalam berbagai bidang, para peserta konferensi menyeru pendekatan yang jauh dari segala bentuk fanatisme mazhab atau upaya untuk menyebarkan sebuah mazhab di tengah pengikut mazhab lain.
Lebih jauh deklarasi itu mengutuk arogansi rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina dan juga memuji perlawanan gagah berani bangsa tersebut. Seraya menegaskan pentingnya merealisasikan cita-cita bangsa Palestina untuk menciptakan negara merdeka di seluruh wilayah Palestina dengan ibukota Baitu Maqdis dan hak kembalinya para pengungsi Palestina ke tanah air mereka, para peserta konferensi mendesak masyarakat internasional untuk mengadili dan menghukum penjahat-penjahat Zionis.
Para peserta pertemuan Tehran menilai perlawanan dan resistensi sebagai hak legal bangsa-bangsa. Mereka juga secara prinsip menentang aktivitas yang disebut operasi terorisme dan dikecam oleh Islam.
Deklarasi mengapresiasi kemenangan gemilang umat Islam, termasuk di Tunisia dan Mesir dalam menumbangkan diktator. Mereka mendesak dilanjutkannya semua upaya hingga mencapai hak-hak legal bangsa-bangsa dan mengambil sikap-sikap yang sah.
Pada bagian lain deklarasi tersebut, perserta konferensi juga menghargai perjuangan bangsa Iran dan pejabat negara ini dalam menghidupkan agama Allah Swt dan melaksanakan hukum Islam dalam semua dimensi kehidupan dan mengutuk segala bentuk konspirasi terhadap proses tersebut.
Pada kesempatan itu, para peserta menyatakan dukungan mereka terhadap sikap Republik Islam Iran dalam mengembangkan teknologi nuklir untuk kepentingan damai. Mereka juga mengecam setiap langkah yang bertujuan mencegah Iran untuk memperoleh hak-hak legalnya berdasarkan aturan internasional. Mereka mendesak negara-negara Islam untuk memanfaatkan kapasitas yang dimiliki Iran dalam bidang nuklir.
Pada bagian akhir deklarasi, peserta konferensi menyampaikan rasa terimakasih kepada Republik Islam Iran, Rahbar dan Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam (FIPMI), yang telah menggelar pertemuan tersebut.
Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-24 digelar mulai tanggal 19 hingga 21 Februari 2011 di Tehran. Acara ini dihadiri oleh para cendekiawan dan pemikir Muslim lebih dari 50 negara.
DISKUSI: