Fadhl bin Syadzan
Salah satu nama cemerlang di dunia ilmu pengetahuan atau, secara umum, dalam peradaban Islam ialah Fadhl bin Syadzan. Lahir dengan nama lengkap Abu Muhammad Fadhl bin Syadzan bin Khalil al-Azdi. Banyak bidang ilmu yang dikuasainya seperti: yurisprudensi Islam atau fiqih, teologi, tafsir dan sebagainya. Kepakaran dan popularitas di masanya juga menonjol dalam sains dan teknologi Islam. Seorang ahli bibliografi Islam, al-Najjasyi, memasukkan namanya ke daftar keluarga Azdi, salah satu kabilah terkenal dan terpandang di kalangan bangsa Arab. Al-Najjasyi juga mencatat nama ayahnya termasuk murid-murid terbaik Yunus bin Abdurrahman.
Hanya uniknya, sejarah tertinggal mencatat secara definitif tahun kelahiran Fadhal. Namun, banyak riwayat yang dalam silsilah sanad, melibatkan namanya. Riwayat-riwayat Fadhl dari Imam Ridha a.s. setidaknya bisa menjadi petunjuk dalam mengidentifikasi masa hidupnya, yaitu berkisar pada 180 H, di masa kekuasaan Harun al-Rasyid. Bersama sang ayah, ia berhijrah ke Baghdad untuk menimba ilmu dan di sana pula ia berjumpa dengan Ismail bin Ibad untuk belajar al-Quran.
Ahli bibliografi Muslim lain, al-Kashi, menulis, “Fadhl berasal dari negeri Baihaq. Di sana ia mendengar pemberontakan kaum Khawarij. Segera ia meninggalkan Baihaq dan meloloskan diri dari cengkeraman mereka. Ia beberapa kali melarikan diri dan berhasil lolos. Efek dari tekanan dan perjalanan yang sulit membuatnya jatuh sakit. Hingga akhirnya ia meninggal pada tahun 260 H. Dia dikuburkan di Naisyabur (timur daya Iran sekarang). Kini makamnya menjadi salah satu tujuan peziarah dari berbagai pelosok negeri.” Makamnya berdekatan dengan pujangga Persia, Ummar Khayyam.
Ada catatan penting pula bahwa selain berguru pada Imam ridha a.s., Fadhl juga berguru kepada tiga Imam berikutnya, yaitu Imam Jawad, Imam Hadi dan Imam Hasan al-Askari a.s. Maka perkiraan tahun lahir dan tahun wafatnya tidak jauh dari kebenaran.
Sebagaimana telah disebutkan, Fahdl bin Syadzan memiliki kehormatan dan kedudukan mulia sebagai murid dari empat imam suci Ahlul Bait. a.s. sejauh dokumen bibliografi al-Najasyi, Fadhl telah meriwayatkan dari Imam Jawad a.s. Sementara Syeikh Thusi menyebutkan namanya berada di antara murid-murid Imam Hadi dan Imam Askari a.s. Meskipun Najasyi meragukan periwayatan Fadhl dari Imam Ridha a.s., akan tetapi riwayatnya yang dinukil dalam kitab-kitab induk hadis seperti: Uyun Akhbar Ridha a.s dan Man la Yahdhuruhu al-Faqih, telah menguatkan keberadaannya sebagai salah satu murid dan sahabat Imam Ridha a.s.
Dikisahkan bahwa ada sebuah buku yang dikarang Fadhl bin Syadzan. Buku itu sampai ke tangan Imam Hasan Askari a.s. Dengan membuka halaman buku, Imam membaca lalu berkata, “Semoga Allah merahmatinya! Seorang warga Khurasan yang berkedudukan tinggi berada di tengah warga di sana.”
Ketika Fadhl diangkat oleh Imam Hasan Askari a.s., tidak sedikit pula yang membuat rumor dan isu yang menyudutkan dan menjatuhkan martabatnya. Sejumlah karakter buruk dinisbatkan oleh musuh-musuh Imam kepadanya. Namun Imam berkata, ”Ya, mereka telah membuat kebohongan tentang Fadhl, semoga Allah merahmatinya!”
Seorang perawi mengatakan, ”Ketika saya sampai di negeri Khurasan (wilayah timur Iran sekarang), saya mulai mengerti pada waktu itu berada di tempat Imam, Fadhl telah meninggal.”
Ya, masyarakat berlapis-lapis dan, tentu saja, tingkat pemahaman mereka juga variatif. Memperlakukan mereka dengan satu cara menjadi tidak bijak. Para nabi dan para imam berbicara dan mengajarkan ajaran slam sesuai dengan taraf pikiran dan daya paham mereka. Nabi saw. Bersabda, “Kami, para nabi, diperintahkan untuk berbicara dengan masyarakat sesuai kadar akal mereka.”
Berdasarkan hadis ini, tentu keberadaan Fadhl dan kebersamaannya dengan empat Imam suci Ahlul Bait a.s. menunjukkan kelengkapan taraf pemikiran dan daya nalarnya sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan mereka. Bila riwayat-riwayat Shaduq dari Fadhl dalam Ilal al-Syara’i diamati dengan seksama, akan dijumpai betapa riwayat-riwayat ini mencerminkan kekuatan pemahaman dan kecerdasannya. Dalam empat kitab induk hadis Syiah, jumlah riwayat Fadhl bin Syadzan mencapai 775 hadis. Ini menunjukkan produktivitas dan keterpercayaan dirinya sebagai perawi hadis.
Sejumlah nama guru yang berkontribusi menunjangnya mencapai derajat ilmu pengetahuan ialah Hisyam bin Hakam, Yunus bin Abdurrahman, Sakkak. Pada mereka ia belajar teologi, metafisika dan ilmu-ilmu keislaman. Secara khusus, Fadhl belajar dan meriwayatkan hadis dari Abu Tsabit, Hammad bin Isa, Shafwan bin Yahya, Abdullah Jabalah, Abdullah bin Walid al-‘Adni, Muhammad bin Abu Umair, Muhammad bin Sinan, Yunus bin Abdurahman.
Karya Ilmiah
Al-Najjasyi mendaftar 38 judul buku karya Fadhl bin Syadzan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Al-Idhah. Sebuah buku tentang perbandingan mazhab dan agama. Buku ini masih dapat diakses secara utuh.
- Istbat al-Raj’ah. Sebuah buku tentang isu kalam Syiah, yaitu masalah raj’ah.
- Al-Tawhid.
- Tibyan Ashl al-Dhalalah.
- Hadzw al-nahl bi al-Na’l.
- Fara’idh al-Kabir.
- Fara’idh al-Awsath.
- Fara’idh al-Shaghir.
- Fara’idh Amir al-Mu’minin
- Kitab al-A’radh wa al-Jawahir, sebuah buku tentang substansi dan aksiden dalam metafisika.
- Kitab al-Iman.
- Kitab al-Thalaq.
- Kitab al-malahim.
- Kitab al-Najah.
- Kitab al-Tafsir. Seperti tampak dalam namanya, buku ini membahas tentang ilmu tafsir.
- Ia juga menulis sebuah buku terkait khusus dengan bacaan-bacaan al-Quran, yaitu kitab al-Qira’at. (AFH)