Hari Asyura, Hari Kemenangan Bagi Kaum Tertindas!
Setelah mendengar berita pemenggalan kepala Muslim ibn Aqil dan Hani bin Urwah, membuat Al-Husein semakin tak gentar untuk melawan Yazid. Satu bataliyon pasukan khusus berkuda dibawah komando Al-Hurr dalam perjalanan menyusul rombongannya. Atas perintah Yazid Ibnu Ziyad mengutus Al-Hurr untuk mengalihkan rombongan tersebut untuk tidak masuk ke kota Kufah maupun kembali ke kota Madinah. Al-Husein walau bersama perempuan dan anak-anak menyadari konsekwensinya jika melawan Yazid, Al-Husein menyambut kesyahidannya di tangan orang-orang zalim.
Kita mengetahui ketulusan dan kasih sayang Al-Husein seperti ketulusan dan kasih sayang Nabi Muhammad Saw dan kedua orangtuanya. Walau pun nyawanya dalam ancaman dan dibawah tekanan Yazid, tidak menghapus kebaikan dan kasih sayang Al-Husein kepada siapapun, bahkan kepada orang yang ingin membunuhnya.
Setelah Al-Husein dan kelompok pendukungnya yang berjumlah 72 orang dicegat, mereka diarahkan ke sebuah tanah Karbala. Dalam perjalanan ini, Al-Husein memperhatikan orang-orang Yazid, pasukan berkuda pimpinan Al-Hurr yang datang menghampirinya dalam keadaan kehabisan air dan kehausan.
Al-Husein memerintahkan anak buahnya untuk membagikan air mereka kepada pasukan itu dan kuda mereka. Al-Hurr sangat tersentuh atas tindakan belas kasih ini dan karena sikap ini pula menyebabkan Al-Hurr akhirnya meninggalkan pasukannya dan membela gerakan Al-Husein beberapa hari kemudian saat peperangan dimulai. Ditegah kejadian itu Al-Husein berkhutbah di hadapan Al-Hurr yang sedang menggiring rombongannya:
“Siapa yang melihat penguasa yang sewenang-wenang, menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, mengingkari janjinya, bertentangan dengan sunnah Rasulullah Saw, memperlakukan hamba Allah dengan keji dan permusuhan, kemudian ia tidak melakukan perlawanan dengan perbuatan ataupun perkataan maka Allah berhak memasukkannya ke tempat penguasa dzalim tersebut (neraka jahannam).”
Begitu mereka sampai di Karbala, sebuah pasukan yang terdiri dari 30.000 datang dari berbagai arah dan mengelilingi rombongan kecil Al-Husein dan mengepung mereka masuk ke dalam kepungan pasukan Yazid. Dalam situasi mencekam seperti itu, menjadi sangat ironis saat pasukan Yazid secara kejam menghalangi akses rombongan Al-Husein ke tempat persediaan air yang sangat dekat dengan bibir sungai.
Sikap teguh pendirian Al-Husein diperoleh dari didikan kakek dan orangtuanya menjadi manusia tangguh dan tak mudah menjual harga diri maupun keyakinannya. Hal ini dibuktikan saat Al-Husein berada pada situasi yang mengancam dirinya, keluarga maupun pengikut setianya.
Al-Husein mengetahui bahwa Yazid telah memberikan perintah agar Al-Husein tidak diizinkan meninggalkan Karbala sampai dia membaiat dan memberikan sumpah setia kepada Yazid. Al-Husein berdiri diatas pijakan kakinya dan menjelaskan kepada pasukan Yazid bahwa dia menolak membaiat, dan menyatakan dengan jelas untuk tidak tunduk kepada Yazid.
Setelah mengetahui hal itu, Al-Husein mengumpulkan kelompoknya, menekankan kepada mereka bahwa hidupnya itulah yang diinginkan Yazid dan mereka diberi kesempatan untuk pergi meninggalkan Al-Husein, jika mereka ingin memilih hal itu. Setelah beberapa hari mengalami kebuntuan, pasukan Yazid diperintahkan untuk menyerang dan membunuh Al-Husein bersama rombongannya.
Hari Asyura merupakan hari dimana terjadinya penindasan terbesar dalam sejarah Islam yang dilakukan oleh orang yang mengatasnamakan agama Islam. Kisah penindasan terhadap keluarga Nabi secara kejam dan tidak manusiawi. Hari itu juga dikenal sebagai hari kebangkitan orang-orang tertindas dan perlawanan kaum yang terzalimi.
Malam sebelum besoknya pertempuran, Al-Husein bersama keluarga dan teman-temannya menghabiskan malam itu dengan ibadah dimana mereka telah mengetahui bahwa besok mereka pasti terbunuh. Mereka menyiapkan baju besi mereka, senjata dan merencanakan strategi pertarungan mereka.
Saat pertempuran akan dimulai, kelompok Al-Husein berdatangan dari perkemahan mereka satu demi satu yang sangat sedikit dan tak seimbang untuk melawan pasukan Yazid, namun mereka semua berjuang dengan gagah berani sebelum akhirnya menjadi martir. Sepanjang pertempuran pasukan Yazid menagih Al-Husein untuk kesetiaannya, namun Al-Husein menolaknya.
Yazid sangat menginginkan hak legitimasi kepemimpinan tersebut diserahkan kepada Yazid untuk menjadi khalifah yang dibaiat langsung oleh cucu Nabi Muhammad Saw. Dalam satu riwayat dijelaskan ditengah pertempuran berlangsung Al-Husein berkata kepada mereka:
“Kematian lebih mulia dari hidup terhina dan kehinaan itu lebih mulia dari masuk neraka.” Al-Husein melanjutkan seraya berkata, “mati dalam menempuh kemuliaan tidak lain adalah sebuah kehidupan abadi, dan hidup terhina tidak lain adalah sebuah kematian yang tidak berarti. Anak zina putra anak zina memberikan kepadaku dua pilihan, antara kemuliaan dan kehinaan, maka enyahlah kehinaan dari kami! Mati dalam kemuliaan lebih baik dari hidup dalam kehinaan.”
Satu per satu teman Al-Husein dan anggota keluarganya berduel dan gugur, sampai akhirnya tidak ada yang tersisa untuk bertarung. Perkemahan Al-Husein dibakar dan tidak memiliki air selama 3 hari penuh, sementara daratan Karbala merupakan tempat yang sangat terik dan kering.
Kepiluan melihat perjuangan Al-Husein sangat menyayat hati, apalagi disaat akhir perjuangannya. Namun, Al-Husein tidak iba menyambut kesyahidannya demi memperjuangkan tegaknya tonggak keadilan dan untuk menjaga umat Rasulullah dari kegelapan. Keluarga, sahabat dan pengikut setianya adalah orang-orang pemberani yang mengorbankan jiwanya demi membela perjuangan Al-Husein.
Al-Husein menggendong anak laki-lakinya yang masih berusia 6 bulan dan membawanya ke hadapan pasukan lawan, dengan mengangkat bayi tersebut seraya memohon agar mereka mengasihani anak itu dan memberinya sedikit air. Namun, salah satu dari pasukan durjana itu melesatkan anak panahnya yang biasa digunakan untuk berburu dengan tiga mata panah di ujungnya. Anak panah itu menembus leher bayi tersebut yang sedang menangis dan kehausan, sebelum tak lama kemudian anak panah lainnya menghujani tubuh Al-Husein.
Ribuan anak panah bak hujan ke arahnya, tetapi Al-Husein tetap berdiri tegak dan dengan berani melawan pasukan yang menyerangnya, sampai akhirnya dikelilingi oleh musuh yang menyerangnya dari semua sisi dengan tombak dan pedang. Dengan keadaan lelah, haus, dan terluka parah, Al-Husein terjatuh ke tanah seraya melihat ke arah para wanita dan anak-anak.
Walau dalam keadaan lemah dan tak berdaya, mereka terus melakukan tindakan keji dan kejam terhadap tubuh lemah cucu nabinya sendiri. Dengan melihat kondisi Al-Husein yang sudah melemah, manusia yang paling kejam diantara 30.000 pasukan itu bernama Shimr laknat Tuhan kepadanya. Ia memulai tanpa ampun mengejeknya, meludahi, menampar dan menendangnya sementara Al-Husein terbaring lemah di atas tanah. Si brutal ini tidak menaruh belas kasih kepada Al-Husein, dan akhirnya memenggal kepala Al-Husein hingga terlepas dari badannya. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun!
Bersambung….