Henas; Pahlawan Dariush!!! (Seri 3)
Dariush Sang Pahlawan
MM-Jika kita perhatikan dalam film Henas, sosok detil Dariush tidak kita temukan. Kecuali sekilas setback, Dariush sebagai anak dari seorang pejuang dalam perang Irak-Iran. Dariush lebih dikenal publik setelah mengalami pembunuhan. Usai mendapat statusnya sebagai syahid, foto Dariush terpampang dimana mana, bersama diantara lima ilmuwan nuklir Iran lain yang mengalami kesyahidan serupa. Ya, Daruish menjadi pahlawan nasional Iran, seperti Pangeran Diponegoro, atau Cut Nyak Din. Namun kesyahidan dan kepahlawanan Darius dalam medan sains nuklir.
Pertama, Profesor Ardeshir Hosseinpour, ahli elektromagnetisme, dibunuh dengan gas pada 15 Januari 2007 di Shiraz. Kedua, Profesor Masoud Ali-Mohammadi, ahli teori medan kuantum dan fisikawan partikel elementer. Dibunuh dengan bom kendali jarak jauh yang terpasang pada sebuah sepeda motor, di Teheran, 12 Januari 2010. Ketiga, Majid Shahriari, insinyur nuklir spesalis transportasi neutron, dibunuh dengan bom yang dipasang di mobilnya oleh pengendara sepeda motor, di Teheran, 29 November 2010.
Keempat, Profesor Mostafa Ahmadi Roshan, peneliti membran polimer untuk difusi gas, bagian dari proses pengayaan uranium. Dibunuh dengan bom yang dipasang di mobilnya, di Teheran 11 Januari 2012. Kelima, Profesor Mohsen Fakhrizadeh, fisikawan nuklir dan kepala program nuklir Iran, dibunuh, ditembak dengan senapan mesin kendali jarak jauh, pada 27 November 2020, di Damavand, Tehran.
Dariush Rezainejad adalah simbol pahlawan kemajuan sains Revolusi Islam Iran. Cerita terakhir pembunuhan para ilmuan, mungkin pada masa era perang dunia kedua. Tapi Iran mengalami pada masa modern. Dariush, seorang pemuda, menjadi pahlawan ilmuan nuklir Iran di masa paling modern.
Dariush, lahir pada tanggal 29 Bahman 1355/ 1976 di kota Abdanan provinsi Ilam. Dia menganggap beberapa studinya sebagai lompatan, pada Juli 2013 dia menerima diploma matematika dan setelah itu pada usia enam belas tahun dia diterima di Jurusan Teknik Elektro, Universitas Malik Ashtar Isfahan. Segera setelah lulus, Rezainejad mulai bekerja sebagai peneliti Pusat Penelitian ilmiah negara dan bertanggung jawab atas pelaksanaan banyak proyek penelitian di Universitas Teknologi Malik Ashtar, Teheran, Shahid Beheshti dan Khajeh Nasiruddin Tousi.
Setelah menyelesaikan gelar masternya, ia melanjutkan gelar doktor di Universitas Khawaja Nasruddin Tusi, tapi tidak selesai. Penelitiannya tentang sakelar tegangan tinggi dianggap sebagai topik sensitif dalam industri nuklir, dan karena itu, agen musuh menarjetnya.
Sangat menarik untuk mengetahui bahwa lima hari sebelum serangan teroris, Rezainejad dapat menemukan bom kecil seukuran biji miju-miju yang ditempatkan pada sentrifugal Natanz yang dapat menyelamatkan pembangkit listrik dan perangkatnya secara nasional.
Setelah pembunuhan brutal Shahid Rezainejad, majalah Jerman Spiegel mengutip seorang pejabat intelijen Israel dan menulis bahwa pembunuhannya adalah langkah serius pertama Tamir Pardo, kepala baru Mossad, melawan Republik Islam Iran.
Fereydoon Abbassi, Professor Fisika, Shahid Behesty University, Kepala Energi Atom Iran, 2010 yang gagal dibunuh egen Mossad, memberi testimoni tentang Dariush. Abbasi sering mengadakan kontak dengan Dariush pada saat bekerja di Badan Energi tenaga Atom sebelum di bunuh. Darius membantu dalam beberapa kontrak kerja yang tidak selesai. Dariush bertanggung jawab membangun power generator dan modulator yang mensuplai “macro wave lamp”.
Tepat 11 Januari 2012, Rahbar mengunjungi Sohreh dan Armitha di rumahnya. Pemimpin tertinggi Iran ini mengatakan, “Salah satu yang mendorong revolusi para pemuda di negara muslim adalah prestasi di bidang sains. Republik Islam telah mencapai kemajuan di bidang nuklir. Para pemuda Iran kompeten di bidang sains nuklir. Inilah yang mempengaruhi musuh mengeluarkan banyak uang membuat plot membunuh para ilmuan nuklir Iran melalui agen mereka”.
Rick Santorium, bekas calon presiden dari Partai Republik, 25 oktober 2011, di Downtown Greenville mengatakan “keterlibatan USA dalam kematian ilmuan nuklir Iran adalah suatu hal yang menggembirakan. Saya pikir ini adalah pesan jelas, untuk ilmuan Rusia, Korea Utara, jika kalian membantu Iran mengembangkan energi nuklir Iran, kalian tidak akan aman. Kita telah melakukan untuk rakyat Amerika.”
Pengakuan Shohreh
Menurut pengakuan Shohreh, dia mengenal Dariush sejak SD kelas tiga, satu kelas dengan kakaknya. Keduanya bersaing dalam pelajaran di kelas. Sementara paman Shuhreh mengajar kelas lima. Masuk SMP, Dariush satu kelas paman Shohreh. Sementara ayah Shohreh menjadi kepala sekolah. Sejak kecil Dariush selalu menjadi yang terpandai di kelasnya.
Shohreh mendambakan suami seorang akademisi. Mereka akhirnya menikah 11 Juli 2000, 11 tahun kemudian di bulan yang sama, 23 juli 2011, Dariush di bunuh, di hari pertama, minggu pertama bulan Iran. Menurut pengakuan Sohreh, beberapa saat sebelum di bunuh, Shohreh meminta Darius menghentikan mobil untuk membeli majalah tentang memasak di jalan Bani Hashem.
Karena cuaca panas, Dariush meminta Sohreh tetap di mobil, sementara Dariush keluar dari mobil, membeli majalah. Setelah itu mobil melaju ke rumah, masuk menuju ujung gang. Terlihat satu orang menunggu di di pintu masuk rumah mengeluarkan pistol, satu orang dari belakang mobil. Belum sempat Dariush keluar dari pintu mobil, pembunuh melepaskan tembakan sebanyak enam kali, mengenai dada, hati, kepala bagian belakang, dan tenggorokan. Darius melindungi Armitha agar tidak terkena tembakan, dan majalah tentang masakan yang dibeli untuk Shohreh berlumuran darah tepat dalam pelukan Dariush. Majalah itu tak pernah di buka karena berlumuran darah. Shohreh berencana membuat masakan untuk Dariush untuk berbuka karena menjelang puasa Ramadhan.
Setelah Dariush meninggal, tim sekantor Dariush mencoba membuka laptop Dariush. Beberapa password di coba; armitha, abdanan, abdanam dengan kelahiranya, Armitha 1385, Henas, namun gagal. Sohreh sambil mengelus cincin hadiah Dariush akhirnya bisa membuka laptop Dariush dengan sandi, Henasam (nasfasku).
Shohreh telah menulis detil cerita suaminya dibunuh dan saat mayat Dariush di rumah sakit Resalat melalui instagram.
“Saya bisa memprediksi reaksi kedua keluarga. Saya yakin, Dariush adalah anak tersayang di keluarganya dan “menantu tersayang” dari orang tua saya, yang tidak memiliki anak untuk mereka.
Suasana agak mencekam di seberang ruangan darurat. Saya tidak tahu bagaimana menuju ke ruang darurat dan ingin memindahkan tubuh Dariush. Dariush dipindahkan ke tandu dari tempat tidur, yang ditutupi dengan kain putih.
Lantai dibawah tempat tidur penuh dengan darah Darius. Adik iparku dan aku berguling-guling dengan darah Dariush. Saya tiba-tiba pingsan. Aku membasuh wajahku dengan darah Darius. Aku meratap, aku berteriak. Akulah yang paling bersedih di bumi pada saat itu; Saya mengalami keputusasaan yang ekstrim, ketidakpercayaan yang ekstrim. Satu jam yang lalu, dia ada di sampingku.”
Shohreh juga mengaku, Ir. Fahrizadeh juga menengok Darius saat di ruang gawat darurat. Ilmuan senior nuklir Iran, tepat 27 november 2020, juga di bunuh seperti halnya Dariush.