Henas; Rahbar, Sang Pemimpin Sinema Duka (Tamat)
MM-Tulisan tentang film Henas ini adalah seri terakhir. Saya akan memberi poin penting setelah kita menyimak wawancara Press TV dengan Armitha, terkhusus yang berhubungan dengan Rahbar.
Dalam acara “Exihibitioan of Nuclear Industry Achivement, 11 juni 2023” Armitha yang berumur 16.5 tahun bertemu dengan Rahbar, pemimpin tertinggi Republik Islam Iran. Armitha juga pernah bertemu dengan Rahbar sebelumnya pada saat Armitha berumur 4.5 tahun, saat Rahbar berkunjung ke rumahnya. Pertemuan pertama adalah bela sungkawa pada keluarga syahid, Armitha dan Sohreh. Pertemuan kedua dengan Rahbar bertepatan dengan momen pameran pencapaian perkembangan teknologi nuklir Iran.
Makna pertemuaan kedua, kira kira adalah produk kesyahidan, capaian teknologi nuklir Iran, harga yang harus dibayar oleh para syuhada.
Presenter Press TV mewancarai Armitha yang masih remaja dalam program “Face to Face”.
PressTV
“Anda sangat emosional bertemu denga Rahbar, bisa anda ceritakan ?”
Armitha
“Saya lama berharap bertemu dengan beliau, saya menangis, saya sudah lama tidak bertemu. Saya shock, saya tidak bisa mengontrol tangan dan keinginan saya.”
PressTV
“Apa maknanya bagi anda?”
Armitha
“Saya memiliki emosi yang kuat,…”
PressTV
“Ayah anda seorang martir, apa tanggung jawab anda sebagai seorang anak muda ?”
Armitha
“Setiap warga Iran harus melakukan yang terbaik dan meneruskanya. Harus meningkatkan pengembangan negara kita lebih baik, tidak hanya dalam industri nuklir, tapi juga wilayah lain, dan ini akan membantu rakyat Iran secara keseluruhan”
PressTV
“Kita telah mencapai kemajuan industri nuklir damai yang menghasilkan banyak produk kesehatan dan pertanian?, anda bangga sebagai bagian dari pengorbanan atas capaian ini?
Armitha
“Saya tidak bisa berkata banyak, ini sangat besar, kita bisa menghasilkan lebih besar kedepan. Sesuatu yang bisa menyelamatkan dan membantu rakyat. Itulah harga yang harus dibayar oleh keluarga saya.
PressTV
“Ibu anda seorang kuat, seperti kata anda, ada komen?”
Armitha
“Saya mencintai ibu saya, dia telah mensupot saya selama ini, sehingga saya bisa melakukan banyak hal. Saya agak sedikit malas, dia selalu mendorong untuk rajin. Saya tidak bisa membayangkan hidup tanpa dia, Berpikir tentang kehilangan dia, akan menakutkan bagi saya.”
PressTV
“Saat anda berpidato berhadapan “UN Nuclear Energy chief”, Rafael Grossi, apa makna bagi anda?”
Armitha
“Saya sangat mencintai Austronomi, dunia sangat besar sekarang dan saking besarnya kita tidak bisa melihat bagianya. Sebenarnya, dunia hanya satu titik debu. Bahkan lebih keci dari itu. Tapi pada waktu yang sama, bumi sangat kecil, orang saling membunuh untuk mendapatkan bagian yang kecil itu. Tapi sebenarnya tidak memiliki apa apa. Apa yang saya pikirkan adalah, jika kita ingin melakukan sesuatu, maka pertimbangkan apakah itu sebanding, dan memberi manfaat. Satu tindakan bisa berpengaruh terhadap banyak orang, terutama ketika memiliki otoritas.”
PressTV
“Apakah perasaan itu besar dalam diri anda?”
Armitha
“Ya, perasaan itu besar dalam diri saya. Saat membayangkan saudara temen saya, seorang pasien yang di diagnosa canser, saya lihat dia menderita, tetapi tidak ada obatnya. Itu membuat saya menangis. Ketika melihat dia sakit, saya merasakan hal serupa. Saya stress memikirkanya, saya tidak bisa membantunya, untuk itu akan saya akan melakukan hal kecil. Jika hal kecil itu dilakukan setiap orang, maka aka ada jutaan orang.”
PressTV
“Anda sudah melihat film Henas?”
Armitha
“Beberapa kali, mungkin 10 kali.”
PressTV
“Ceritakan sejauh mana film itu menggambarkan kenyataan ?”
Armitha
“Sebagaimana kata ibu saya, film adalah film, akan menunjukkan sesuatu agar menarik. Waktu itu saya masih kecil, tapi sebagian film itu mencerminkan kenyataan yang terjadi dalam hidup kita. Film itu menjelasan kenyataan,.. sangat bagus, berefek pada orang yang menontonya.”
PressTV
“Kamu merekomendasikanya?”
Armitha
“Ya, saya merekomendasikanya, tentu saja..”
PressTV
“Senang bertemu dengan anda, terima kasih telah bergabung dalam acara kita,
Armitha
“Sangat terhormat, saya bisa berada disini.”
Wawancara ini terkesan biasa. Tapi jika kita jeli, kita bisa menemukan bagaimana seorang remaja bernama Armitha menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi, nasional bahkan internasional. Sesuatu yang mewakili generasi Armitha harus kemana dan bagaimana.
Pemberi arah tersebut diperankan oleh Rahbar. Hal yang menarik adalah kehadiran Rahbar pada pertemuan pertama yang memang sudah menjadi bagian rutinitas kerja pemimpin tertiggi negara berkunjung ke setiap warga Iran yang dinyatakan menjadi syahid.
Kekosongan dan kepahitan Armitha dan Sohreh telah di obati dan dibimbing sang pemimpin menjadi tenaga dan mata rantai kepentingan negara dan bangsa. Kesedihan Shohreh menjadikan dia sebagai seorang ibu teladan bagi Armitha dan seluruh ibu ibu Iran.
Jika kita balik ke Film Henas dalam horizon kritik sinema, maka Henas adalah bagian dari proyek seni negara dan bangsa Iran. Buah dari kebebasanya, membuat dan menilainya akan berujung pada proyek revolusi Islam. Jadi, baik menonton adegan dalam film, pertemuan keluarga korban syahid dengan Rahbar, menilainya dari Indonesia akan menjadi pelajaran yang baik.
Menonton Henas adalah merasakan masuk dalam dimensi detil-detil pernik pernik kemanusiaan tanpa terasa diceramahi arti penting fungsi Revolusi Islam Universal. Para aktor-artis, masing masing bermain begitu hidup, menjadi cermin keseharian masyarakat Iran.
Bagi Rahbar, sosok Sohreh, Dariush dan Armitha adalah sosok sosok penting, kontributor nyata dalam panggung seni politik Revolusioner tingkat global. Henas adalah cita rasa sinematik yang harus di sosialisasikan Rahbar kepada para warga Iran dan dunia. Pilihan realisme religius sinematik yang tidak menutupi kesedihan orang yang ditinggal mati, tapi juga nilai Islam dalam Revolusi memberi arah kualitas “estetika fakta kebebasan kesedihan” itu mau di bawa kemana. Dengan kata lain, peran Rahbar adalah sutradara para sinema Iran dan arah kenyataan politik Iran. Karenanya fakta dan film menjadi sangat tipis batasanya.