Jihad Beretika
Jihad yang berarti perang di jalan Allah, apakah teori dan praktiknya seperti dalam gerakan yang berbasis ideologi Wahabi itu? Ketika dikatakan bahwa pejuang akan masuk surga karena pengorbanan-pengorbanan besar, misalnya, apakah lantas mendukung praktik jihad dengan bom bunuh diri secara buta, seperti yang telah terjadi berulangkali di tanah air ini?
Pemimpin tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah Ali Khamenei, dan ulama besar Irak, Ayatullah Ali Sistani, serta ulama Syiah lainnya sama-sama mengutuk aksi gerakan tersebut. Sayed Hasan Nasrullah Sekjen Hezbollah pun dalam berbagai kesempatan mengecam aksi-aksi kekerasan terhadap sasaran-sasaran sipil, yang mengatasnamakan jihad.
Cara kebinatangan yang dilakukan kaum jihadis terhadap siapapun yang tak sepaham dengan mereka, jelas bertentangan dengan ajaran jihad dalam Islam yang suci. Jihad dalam arti perang melawan musuh Islam dan muslimin, kalaupun harus dilakukan, maka berdasarkan maslahat yang dibenarkan oleh agama, dan memiliki etika yang harus diperhatikan oleh setiap pelakunya. Sebagaimana pesan-pesan yang disampaikan oleh Ayatullah Sistani, ketika militer dan rakyat Irak harus melawan gerakan kelompok teroris yang mengatasnamakan agama itu. Berikut adalah ringkasan dari pesan-pesan beliau:
1-Jihad yang diserukan dan diutamakan, tanpa etika takkan mewujudkan cita-cita yang mulia.
2-Dalam sebuah hadis Imam Shadiq as berkata, “Ketika Rasulullah ingin mengirimkan para sahabat untuk sebuah perang, beliau berpesan, ‘Berangkatlah dengan nama Allah, di jalan Allah, dan atas dasar ajaran Rasulullah. Janganlah kalian berlebih-lebihan, janganlah memotong-motong anggota tubuh orang-orang yang telah terbunuh, janganlah kalian menggunakan tipu muslihat, janganlah kalian membunuh orang-orang tua, anak-anak, dan kaum wanita, dan janganlah memotong pohon apapun kecuali apabila kalian terpaksa.”
3-Dalam sebuah riwayat, Imam Ali as berkata, “Pandanglah Ahlul Bait nabi kalian dan berkomitmenlah terhadap keistimewaan mereka. Mereka tidak akan pernah menyelewengkan kalian dari jalan hidayah dan juga tidak akan menjerumuskan kalian ke jurang kesesatan. Untuk itu, jika mereka bergerak, maka kalian juga bergeraklah. Jika mereka berhenti, maka kalian juga harus berhenti. Janganlah kalian mendahului mereka dan juga jangan pula ketinggalan dari mereka, karena kalian pasti akan celaka.”
4-Imam Ali as menulis untuk Malik Asytar, “Berhati-hatilah dan jangan sampai kamu menumpahkan darah melalui jalan yang tidak dihalalkan. Tidak ada perbuatan yang memiliki siksa yang pedih dan pengaruh yang buruk seperti tindakan ini. Tindakan ini dapat memutuskan nikmat dan mempercepat ajal. Hanya Allahlah yang akan menghukumi tentang penumpahan darah ini pada hari kiamat kelak. Untuk itu, janganlah kamu gunakan kekuasaanmu ini untuk menumpahkan darah orang, karena tindakan ini akan memperlemah pemerintahanmu, dan bahkan memusnahkannya. Kamu tidak akan memiliki uzur atas pembunuhan sengaja ini di sisi Allah dan di hadapanku, karena hukumannya adalah qisas.”
5-Beliau juga berkata, “Mereka memerangi kita dan kita juga telah berperang. Kita tidak bisa melakukan pelanggaran terhadap kaum wanita dan anak-anak, karena mereka muslim. Tetapi, peralatan dan harta benda yang telah mereka gunakan untuk memerangi kalian adalah hak milik laskar dan untuk kalian. Tetapi harta yang ada di rumah mereka adalah hak warisan keluarga mereka dan kalian tidak memiliki hak sedikit pun terhadap harta ini.”
7-Janganlah melanggar warga nonmuslim yang bernaung di bawah payung Islam. Barang siapa melanggar mereka, maka ia adalah pengkhianat, dan khianat adalah termasuk tindakan yang paling buruk dalam ketentuan, fitrah, dan agama Allah.
Allah pernah berfirman, “Janganlah merasa enggan untuk berbuat kebajikan dan bertindak adil kepada mereka yang tidak memerangi kalian dan juga tidak mengusir kalian dari tanah air kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertindak adil.”
8-Takutlah kepada Allah tentang harta benda masyarakat. Harta seorang muslim tidak halal untuk seorang muslim yang lain kecuali apabila ia rela. Barang siapa merampas harta seorang muslim, maka seakan-akan ia menggenggam kobaran api.
Dalam sebuah Rasulullah saw pernah bersabda, “Barang siapa mencuri harta seorang muslim, maka Allah memalingkan waha darinya, memurkainya, dan tidak mencatat kebaikannya sebelum ia bertobat dan mengembalikan harta itu kepada pemiliknya.”
9-Takutlah kepada Allah dan jangan melakukan hal-hal yang diharamkan dengan tangan dan lidah Anda. Janganlah menghukum seseorang lantaran dosa orang lain. Allah berfirman, “Sebuah jiwa tidak akan menanggung dosa jiwa yang lain.” Janganlah Anda menangkap seseorang dengan landasan yang meragukan dan prasangka, kecuali Anda yakin. Keyakinan mendorong Anda bertindak hati-hati dan keraguan dan prasangka akan mendorong Anda melanggar orang lain. Kebencian Anda kepada musuh jangan sampai mendorong Anda untuk melakukan hal-hal yang haram. Allah berfirman, “Janganlah cercaan kaum itu mendorong kalian untuk tidak berbuat adil. Berbuatlah adil, karena hal ini lebih dekat kepada ketakwaan.”
10-Janganlah Anda melarang sebuah kaum untuk menerima hak-hak mereka selama mereka tidak memerangi Anda, sekalipun mereka membenci kalian. Dalam sirah Imam Ali as disebutkan, beliau memperlakukan para penentang beliau sebagaimana seluruh muslimin yang lain. Tentu selama mereka tidak memerangi beliau. Beliau juga tidak pernah memulai perang melawan mereka.