Karena Keagungan Akhlak Nabi saw, Seorang Yahudi pun Masuk Islam
Karena Keagungan Akhlak Nabi saw, Seorang Yahudi pun Masuk Islam
Agama Kristen yang tempat asalnya adalah Baitul Maqdis, tersebar luas di Barat lebih banyak dari Timur. Mayoritas penduduk Amerika dan Eropa beragama Kristen. Budha juga merupakan agama yang lahir di India, tetapi tersebar banyak di luar misalnya di Jepang dan Cina. Sedangkan Yahudi adalah agama ras tak keluar dari satu bangsa. Zoroaster juga agama regional yang muncul di Iran, dan jika keluar sampai di India, para pemeluknya bukan asal India, tetapi dari Iran yang berimigran ke India.
Adapun Islam yang lahir di Jazirah Arab, para pemeluknya terdapat di Asia, Afrika, Eropa, Amerika dan di berbagai bangsa dunia. Salah satu cirikhas yang dimiliki agama ini ialah cepat tersebarnya. Mengapa Islam sedemikian cepat dipeluk oleh mereka? Le Martin penyair terkenal Perancis sampai mengatakan: “Tiga hal kami dapati tak seorangpun yang menyamai Nabi (saw):
1-Tanpa sarana material; ia muncul dan berdakwah dalam keadaan tak berkekuatan. Orang-orang terdekat dan kerabatnya bahkan memusuhinya, dan ia sendirian tanpa seorang pembela. Berangkat dari dirinya, isterinya mengimani dia, lalu bocah –putra pamannya, Ali (as)- yang tinggal di dalam rumahnya mengimani dia. Kemudian beberapa orang lain secara bertahap mengimani dia dalam kondisi yang begitu sulit dan sengsara.
2-Cepat meluas, atau faktor zaman.
3-Agungnya tujuan.
Sikap Lembut dan Keras Nabi saw
Mengenai faktor-faktor yang menyebabkan cepat meluasnya Islam, salah satunya ialah sirah Nabi. Yakni, perangai, prilaku dan pola dakwah beliau saw. Selain itu, Alquran adalah mukjizatnya. Jelaslah bahwa keindahan, kedalaman dan daya tarik Alquran sebagai faktor yang utama. Namun terlepas dari itu, kepribadian Rasulullah saw, akhlak, sirah dan kepemimpinan beliau sebagai faktor yang kedua bagi meluasnya Islam.
Merujuk pada QS: Al Imran 159, Allah swt berfirman kepadanya: فَبِما رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ; “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka..” Rasulullah saw berperangai sangat lembut terhadap muslimin. Adalah jiwa yang ramah, tabah, bijak, berakhlak, berlaku baik, pemaaf dan sebagainya terhadap mereka.
وَ لَوْ كُنْتَ فَظًّا غَليظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ; “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu..” Berarti akhlak beliau merupakan faktor yang menarik muslimin. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin yang mengajak masyarakat kepada Islam, salah satu syaratnya terletak pada pribadi yang lembut dan berakhlak.
Yang dimaksud kelembutan di sini ialah dalam masalah-masalah kepribadian, bukan dalam masalah-masalah keprinsipan dan universal, yang dalam hal ini Rasulullah saw bersikap penuh cadas dan tanpa kompromi. Misalnya, seseorang berlaku jahat terhadap Rasulullah saw secara pribadi, seperti menghina pribadi beliau. Hal ini terkait dengan pribadi beliau. Beda halnya dengan, dia melanggar undang-undang Islam, misalnya mencuri.
Apakah bila orang merampok atau minum khamar, lalu Rasulullah saw mengatakan, hal itu jangan dipermasalahkan dan jangan dihukum? Tidak mungkin. Jadi, dalam urusan pribadi beliau seorang berpribadi yang sangat lembut, tetapi dalam perjanjian dan urusan tanggung jawab sosial beliau bersikap sangat keras.
Kisah Seorang Yahudi Masuk Islam
Sebagai misal diceritakan, Rasulullah saw dihadang oleh seseorang, dan dia mengklaim bahwa beliau punya sangkutan hutang kepadanya dan harus bayar. Rasulullah berkata: “Pertama, kamu hanya mengklaim dan tak pernah menghutangi aku. Kedua, sekarang aku tidak membawa uang, dan perkenankan aku pergi!”
Orang itu mengatakan, “Selangkah pun tak kubiarkan kamu pergi! (Saat itu beliau ingin pergi untuk melaksanakan shalat berjamaah) Tetap di sini, kamu harus membayar hutangmu kepadaku!” Semakin Rasulullah saw menunjukkan sikap ramah terhadapnya, orang itu semakin kasar terhadap beliau. Hingga dia merampas sorban Rasulullah saw, menggulungnya dan mencekik leher beliau dengannya sampai warnanya tampak membekas di leher beliau.
Muslimin sedang menunggu Rasulullah saw, mengapa beliau terlambat datang? Dikabarkan bahwa seorang Yahudi mengklaim hal tersebut. Mereka datang dan ketika ingin menindaknya keras, beliau berkata: “Jangan ikut campur! Aku tahu apa yang harus kuperbuat terhadap kawanku ini!”.
Sedemikian lembut sikap beliau, seketika itu si Yahudi mengucapkan: “Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu annaka rasulullullah.” Kemudian dia berkata, “Alangkah sabarnya Anda dengan semua kekuatan yang Anda miliki ini. Ini bukan kesabaran manusia biasa, melainkan seorang nabi.”
Referensi:
Sari dar Sire-e Nabawi/ Syahid Mutahari.