Keadilan Universal
Keadilan Universal
وَعَدَ اللهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَني لا يُشْرِكُونَ بي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan suatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS: an-Nur 55)
Membaca tulisan Syahid Mutahari dengan tema “Keadilan Universal” terlintas kalimat, “Habis Gelap Terbitlah Terang”, judul buku karya ibu kita Kartini. Adalah terjemahan Armin Pane dari judul aslinya “Door Duiternis tot Licht” (Dari Kegelepan Menuju Cahaya), kumpulan surat Kartini yang pernah ia kirim ke teman-temannya di Eropa. Setelah wafatnya, dikumpulkan dan dibukukan oleh JH Abendanon saat dia menjabat menteri kebudayaan, agama dan kerajinan bagi pemerintahan penjajah, Hindia Belanda, di tanah air tercinta kita tempo doeloe.
Kalimat tersebut mengesankan optimisme. Ada secercah harapan dalam diri, namun tak segagah harapan yang dikaruniakan dari “langit”. Ialah janji Tuhan kepada kaum beriman khususnya, yang diungkapkan dalam ayat suci di atas. Pesannya, yang diterangkan oleh Syaikh Muhsin Qara`ati dalam “an-Nur” kitab tafsirnya, bahwa: “Berilah mereka harapan, agar penindasan-penindasan tidak sampai membuat mereka merasa putus asa.”
Janji Tuhan dalam ayat tersebut merupakan konsep bahwa Islam akan berjaya, yang akan diwujudkan oleh pemerintahan universal di tangan Imam Zaman.
Misi Para Nabi
Semua nabi diutus Allah untuk mewujudkan:
1-Hubungan yang benar antara hamba dan Tuhannya. Mereka cegah manusia dari penghambaan kepada selain Allah, yang termuat dalam kalimat thayibah, “lâ ilâha illallâh.” Mengenai tujuan ini, Allah berfirman:
يا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْناكَ شاهِداً وَ مُبَشِّراً وَ نَذيراً وَ داعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَ سِراجاً مُنيراً
Hai nabi, sesungguhnya kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan, dan sebagai penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi pelita yang menerangi. (QS: al-Ahzab 45-46)
2-Hubungan yang baik antara hamba dan sesama, berdasarkan keadilan, kedamaian, ketulusan, kerjasama, ihsan, pengertian dan pengabdian kepada satu sama lain. Allah swt berfirman:
لَقَدْ أَرْسَلْنا رُسُلَنا بِالْبَيِّناتِ وَ أَنْزَلْنا مَعَهُمُ الْكِتابَ وَ الْميزانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
Sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka kitab samawi dan neraca (pemisah yang hak dan yang batil dan hukum yang adil) supaya manusia bertindak adil. (QS: al-Hadid 25)
Para rasul diutus oleh Allah dengan membawa kitab beserta mizan. Yakni, undang-undang adil supaya umat manusia berlaku adil, dan prinsip keadilan tegak di tengah mereka. Dengan demikian tegaknya keadilan adalah tujuan fundamental dan general bagi seluruh nabi. Bahwa, mereka datang membawa satu tugas dan misi, yaitu keadilan.
Keadilan Universal Akankah Terwujud?
Keadilan yang dimaksud adalah universal, bukan personal. Bahwa, akan datang di dunia ini hari tanpa segala bentuk mafsadat; kezaliman, permusuhan, pertumpahan darah, perampasan hak, kebohongan, kemunafikan dan tipudaya, di tengah manusia. Akan adakah hari atau periode itu bagi umat manusia? Ataukah itu khayalan belaka dan mimpi semata yang takkan menjadi kenyataan sampai kapanpun?
Mereka yang beriman percaya keadilan universal, dan sebagian mengatakan: “Saya tidak memihak kezaliman. Tetapi di dunia yang alangkah hina dan gulita ini takkan terjadi keadilan, kedamaian dan kemanusiaan yang hakiki. Takkan terjadi masa orang-orang hidup secara manusiawi terhadap satu sama lain. Dunia adalah ruang kegelapan, dan semua masalah kezaliman akan diselesaikan di akhirat nanti. Hanya di sanalah keadilan itu terjadi.”
Sebagian lain mengatakan bahwa: periode kezaliman, pertikaian, perpecahan, kebejatan moral dan sebagainya adalah periode temporal, dan akan berakhir pada cahaya yang terang dan keadilan. Dunia yang penuh kegelapan pada suatu hari akan terang dengan keadilan universal yang ditegakkan di atas bumi, bahwa Allah akan menjadikan kaum yang beriman dan beramal saleh berkuasa di muka bumi. Ini janji Allah, dan janji-Nya adalah pasti.
Referensi:
1-Seiri dar Sire-e Aemme/Syahid Mutahari.
2-Tafsir “an-Nur”/Syaikh Muhsin Qara`ati.