Kebutuhan Manusia Terhadap Adab (Bagian II)
Kondisi Adab Masyarakat Umum
Dalam waktu yang cukup singkat antara kejadian demi kejadian yang terjadi dalam masyarakat, seolah-olah menjadi kebiasaan buruk yang mendarah daging dalam diri beberapa orang. Berita di televisi, media cetak maupun online sering kali kita melihat kejadian yang kadang kita menilai perbuatan yang dilakukannya lebih kejam dari binatang. Pemerkosaan, pembunuhan, perampokan sadis, lain lagi yang korupsi merampas hak-hak orang kecil sudah menjadi konsumsi mata kita setiap hari. Bahkan yang paling miris kalau kejadian tersebut terjadi dalam keluarganya sendiri. Beginilah kenyataan, bahwa moralitas kemanusiaan semakin hari semakin terkikis, dunia terlihat suram.
Apakah Anda pernah berpikir bahwa moralitas kemanusiaan akan lebih baik atau malah sebaliknya? Bagaimana kita menyikapi, ketika anak yang baru balig kurang ajar kepada orang tuanya? Dia membentak ketika berbicara, menjawab dengan judes ketika ditanya, dipanggil tidak menjawab walaupun ada di samping orang tuanya dan hanya menjawab, “hmm”. Sedangkan anak merupakan investasi orang tua yang nantinya yang akan meneruskan visi dan misi orang tuanya kelak. Anak ini nantinya yang akan menjadi warga masyarakat dan ia pula nantinya yang akan menjadi generasi bangsa. Bagaimana kita menyediakan, mengatur dan memodali diri kita agar membuat para penerus generasi kita menjadi lebih baik?
Variabel Adab dalam Al-Qur’an dan Hadist
Setelah kita menyimak mengenai kebutuhan manusia terhadap adab dibagian pertama, mari kita lanjutkan pendapat-pendapat Al-Qur’an mengenai adab. Namun, dalam bagian ini saya mencoba untuk menggabungkan perspektif Al-Qur’an dengan perspekti hadist dan riwayat para Imam yang mulia. Dalam firman-Nya Allah SWT bersumpah kepada pencipta dan makhluk, tanah dan bumi, bulan dan matahari beserta seluruh manusia, lalu berfiman “sungguh sangat beruntung orang-orang yang menyucikan jiwanya dengan selalu taat dan berbuat baik, dan sungguh sangat frustasi dan menyesal orang-orang yang berbuat maksiat dan dosa” [QS. 91:9-10].
Sebelumnya telah kita ketahui bahwa falsafah risalah kenabian Nabi Muhammad SAW adalah adab. Dalam buku hadis Kanzul Amal beliau bersabda, “Sesungguhnnya hanya aku yang diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia”. Sangat jelas, dari terjemahan diatas bahwa Rasulallah SAW satu-satunya nabi yang diutus untuk menyempurnakan adab kita. Dalam hadis yang lain, Imam Ali KW yang saya kutip dari buku Mustadrak Masail berpendapat “jika kita sudah tidak mempunyai harapan, iman kepada surga, takut dengan horornya neraka serta imbalan dan hukuman, dapat dipastikan kita akan mencari keutamaan dalam adab, kenapa? karena adablah yang memberikan petunjuk atas keselamatan dan keberhasilan kita di dunia dan akhirat”.
Hadis diatas cukup eksplisit, bahwa setiap manusia yang mencari keutamaan adab, bukan hanya mendapatkan pertolongan pada hari kiamat akan tetapi kehidupan di dunia pun akan tertolong. Kehidupan para nabi dan keluarganya dalam kehidupannya di setiap tempat selalu mengajak untuk melakukan keutamaan-keutamaan dalam menjalani adab. Tentunya saya akan membahas dan mempelajari pula dalam tulisan-tulisan berikutnya mengenai kehidupan-kehidupan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya. Tidak cukup dengan itu, Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung” [QS. 68:4].
Labilnya Adab Manusia
Banyak pembahasan mengenai adab dan edukasi moralitas manusia. Ada yang mengatakan bahwa perilaku manusia tidak dapat dirubah. Tentu tidak semuanya begitu dan hal itu tergantung pada kondisi jasmani dan rohaninya seseorang. Karena apabila perilaku manusia tidak dapat dirubah maka edukasi para nabi dan Al-Kitab tidak diperlukan lagi. Perilaku manusia yang tidak dapat dirubah hanya terdapat pada manusia yang tercela. Dengan asusmsi dapat dirubah, namun ketika terjadi sesuatu mereka labil dan dengan cepat akan kembali pada kondisinya yang semula.
Ada beberapa dalil yang menyatakan bahwa adab tidak memungkinkan dirubah. Yang pertama, tubuh dan jiwa mempunyai ikatan yang sangat kuat dengan adab. Dan pada hakikatnya, adab manusia tergantung bagaimana kreasi ruh dan badannya. Dan karena ruh dan badan manusia tidak dapat dirubah, maka adabnya juga tidak dapat dirubah. Dalil yang kedua, perubahan adab manusia terjadi karena ada faktor eksternal, yaitu dari saran dan nasihat. Dan ketika faktor-faktor tersebut terkikis, perilakunya akan kembali semula. Analoginya seperti ini, ketika air dingin dihangatkan maka air tersebut akan hangat, namun apabila faktor pendukung itu sudah tidak ada lagi, maka dengan sendirinya air itu akan dingin kembali.
Manusia mempunyai kelemahan yang membuatnya gampang terpengaruh dan terdoktrin dengan ajaran baru sehingga membuat mereka lupa dengan ajaran yang telah ditentukan-Nya. Hawa nafsu dan lingkaran setan terus menggelombang dalam diri mereka, sehingga karakter hewaninya muncul secara tiba-tiba.
Tak jarang kita melihat anak muda dengan kondisi pendidikan dan pelatihan yang ada dalam masyarakat banyak perlu diperhatikan. Guru terdekat mereka adalah orang tua, keluarga, masyarakat disekitar dan para guru di sekolah. Ironis, apabila para guru mereka pun mempunyai masalah dengan moralitas kemanusiaan.
“Bangsa-bangsa yang mencari rezekinya di jalan Allah SWT mereka hidup dengan beradab”, begitu kata sang bijak.
Bersambung…
Oleh: H. A. Shahab