Lisan Digital
Ajining diri seko lathi, Harga diri seseorang pada ucapan lisannya
Pada kenyataanya dari sebagian orang ada yang sama sekali tidak bisa berucap, orang yang bisu tidak bisa berbicara sama sekali. Apakah orang yang bisu maka pasti aman dari bahaya lisan. Apakah lisan disini hanya bermakna lidah yang digunakan untuk mengucapkan kata-kata.
Pada masa sekarang, lisan bisa kita pahami sebagai media untuk mengkomunikasikan diri dengan orang lain, lisan dilihat sebagai alat komunikasi. Lisan seseorang menjadi tolok ukur harga diri seseorang di jaman ini bukan hanya dari ucapan yang keluar dari mulut, tapi lebih dari itu perlu dimaknai secara lebih luas, lisan kita maknai sebagai alat untuk berkomunikasi, menyampaikan informasi kepada pihak lain. Jadi handphone, laptop, notebook dan semua alat komunikasi walau kadang dijalankan dengan jemari, berupa tulisan, berupa bahasa tubuh lalu dibuat menjadi sebuah video, dll maka bisa menjadi lisan bagi seseorang. Hasil dari kekeliruan dan perbuatan yang tidak bertanggungjawab menggunakan alat-alat itu maka akan menghancurkan harga diri seseorang.
Ini adalah sebuah peringatan keras kepada manusia-manusia modern yang senantiasa berkecimpung dengan alat-alat komunikasi modern.
Ghibah (mengumpat)
Islam sangat menekankan bahaya dan buruknya ghibah, sebelumnya ghibah hanya dilakukan Ketika dua orang atau lebih berkumpul, bertemu muka, namun seiring perkembangan zaman, ghibah tetap bisa dilakukan walau pada saat jarak memisahkan, pada saat waktu memisahkan dua orang manusia, alat komunikasi memungkinkan apa yang sebelumnya sangat tidak mungkin ini.
Fitnah
Sebelumnya fitnah juga identik dengan penggunaan lisan, penggunaan omongan. Namun era sekarang berubah seratus persen, tidak hanya dengan ucapan dari lisan, tapi juga bisa dilakukan menggunakan ucapan tekstual. Melalu berbagai alat komunikasi yang ada dijaman modern ini.
Berdusta
Mengucapkan sesuatu tidak sesuai fakta, dengan lisan manusia bisa berdusta kepada orang lain. Dengan alat komunikasi seseorang dijaman ini juga bisa berdusta kepada orang lain, bukan hanya kepada satu orang, pada waktu yang sama bisa juga berdusta kepada jutaan orang atau bahkan lebih, dengan adanya jejak digital, seseorang selain berdusta kepada orang yang hidup sejaman dengannya, bisa juga berdusta kepada orang-orang yang hidup bertahun-tahun setelah kematiannya. Jadi berdusta tanpa batas tempat dan batas waktu.
Nifaq
Seseorang yang ketika berhadapan langsung memuji-muji dengan lisannya, sementara didunia maya dengan nama account palsu mencaci dan menghinakan. Dengan medsos manusia bisa memiliki lidah dua arah, dua sisi yang saling bertentangan.
Siapa yang menjumpai orang-orang muslim yang bermuka dua dua lidah, di hari kiamat kelak ia akan datang dengan dua lidah api.[1]
Nifaq merupakan karakteristik khas setan, Quran menunjukkan ketika iblis berkata kepada Adam dan Hawa
Dan ia bersumpah kepada mereka, “Sungguh, aku ini adalah penasihat yang tulus kepada kalian”.
Iblis berkata demikian padahal kenyataannya setan kebalikan dari semua itu, dengan ucapannya itulah ia menjerumuskan dan menipu.
Menggelari orang lain dengan nama buruk
Lisan juga sering digunakan untuk menggelari orang lain dengan gelar tidak pantas, membully orang lain, membully anak sendiri, jelas semua orang pada hakikatnya mencintai kesempurnaan, orang akan tidak suka ketika digelari dengan gelar buruk oleh orang lain, jika secara lisan menerima namun hati nurani berkata berbeda.
Menggelari orang lain tidak hanya bisa dilakukan secara lisan berupa omongan tapi juga bisa dengan tulisan, bisa langsung bisa juga tidak langsung, mengingat kecanggihan teknologi yang semakin hari semakin maju dan meretas jarak dan waktu.
Sendiri tapi tidak sendiri
Beberapa orang ketika berada dikamar khususnya sudah merasa bahwa semua itu adalah bersifat pribadi, tidak ada orang lain yang melihat dan mengetahui tingkah lakunya, sementara dia sendiri didalam kamar tapi tidak berhenti berkomunikasi dengan orangg-orang diluaran, tetangga sekitar atau orang-orang yang jauh dari pandangan mata.
Perasaan merasa berada di tempat khusus ini memberikan perasaan berani kepada sebagian orang, melakukan sesuatu yang bisa jadi ketika ada banyak orang langsung didepannya dia akan merasa malu karenanya. Karena itu dia melakukan sebebas-bebasnya, menulis sebebas-bebasnya, merekam audio dan video sebebas-bebasnya. Seolah-olah dia tidak terjamah oleh siapapun. Tidak diperhatikan oleh orang lain, orang lain tidak akan terpengaruh dengan tingkah lakunya. Padahal semua itu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perbuatan-perbuatan lain yang dilakukan dalam kehadiran orang lain, hanya saja kehadiran orang lain pada kasus ini masih berupa kehadiran virtual, di sebuah dunia yang agak sedikit berbeda namun dampak dan pengaruhnya juga sangat besar.
Di dunia online, menggunakan alat komunikasi, dua orang bisa dengan mudah mengucapkan kata-kata kasar kepada orang lain, padahal jika dua-duanya bertemu secara langsung mereka akan berpikir dua kali untuk mengucapkan kata-kata itu. Gelagat orang, pandangan orang, bahasa tubuh semua menjadi perhitungan seseorang untuk akhirnya berkata tajam dan kasar kepada orang lain.
Manusia jaman sekarang perlu belajar banyak untuk tidak mudah tertipu tipu daya setan. Belajar mengontrol diri khususnya di dunia medsos, sekilas tidak bersama orang lain padahal sedang berkomunikasi dengan ratusan bahkan jutaan orang.
Kesimpulan
Sangat penting menjaga lathi dengan ini manusia menjaga silaturahmi, menjaga harga diri dihadapan orang lain, lebih dari itu manusia menjaga harga diri dihadapan Tuhannya dengan cara mengontrol ucapan lisan baik ucapan langsung maupun ucapan menggunakan media digital.
[1] Al Kulaini, Al Kafi, (Akhundi), vol. 2, h. 336.