Memerdekaan Palestina Menuju Dunia Multipolar
MM-Hingga saat ini Palestina belum mendapatkan haknya menjadi negara dan bangsa merdeka secara penuh. Palestina sudah di jajah selama 31 tahun oleh pemerintah kolonial Inggris sejak Deklarasi Balfour, 1917, 75 tahun di bawah kolonial Israel sejak 1948.
Memerdekaan Palestina artinya menang telak secara diplomasi dan militer melawan kekuatan super power US, sebagai pewaris tahta kolonial Inggris di timur tengah dan dunia. Tidak bisa tidak, kekuatan mematikan unipolar yang menyangga Israel, harus takluk pada kekuatan Multipolar. Konsolidasi kekuatan Multipolar dengan demikian niscaya dan harus terpogram secara strategis.
Genosida terhadap warga Gaza oleh pemerintah Israel di dukung secara penuh oleh kekuatan kolonial dunia, US, Nato dan Eropa Barat. Upaya untuk menghentikan genosida oleh sebagain masyarakat dunia di PBB di veto secara serial oleh US. Di tengah perang genosida Israel di Gaza, sejauh ini telah menewaskan lebih dari 32.700 warga Palestina, termasuk setidaknya 15.000 anak-anak. Poros perlawanan di kawasan terus melanjutkan operasi mereka melawan rezim Tel Aviv dan pendukung Baratnya.
Masa depan negara Palestina di kubur oleh pernyataan pemerintah Israel bahwa negara Palestina sudah tidak ada. Semua penduduk Palestina, baik yang tinggal di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur akan di pindah paksa ke Sinai dan Jordan. Suasana geopolitik-militer ini menandakan tawaran two state solution sejak UN Plan 1947, selama 76 tahun ataupun berbasis kesepakatan 1967 hanyalah janji palsu. Sementara one state solution untuk Yahudi, Islam dan Kristen yang setara dan adil menjadi keniscayaan memperoleh momentum baru.
Indikasi fakta di lapangan yang membuktikan US akan membangun pangkalan militer di Gaza dengan dalih menyalurkan makanan ke warga Gaza tidak memiliki hubungan dengan pendirian negara Palestina. Bagaimana mungkin setelah melakukan genosida terhadap warga Gaza kemudian memberi bantuan makanan kepada jutaan warga Gaza dalam keadaan Gaza di blokade, laut, darat dan udara.
Genosida terhadap warga Gaza-Palestina adalah teater Hollywood-Tel Aviv selama lima bulan lebih tidak berdiri sendiri, tapi terkoneksi secara militer dan ekonomi secara strategis dengan dukungan kekuatan kolonial yang berencana membuat Kanal Ben Gurion sebagai alternatif kanal terusan Suez. Memotong tanah dan menghapus orang Gaza Utara, demi kanal Ben Gurion yang terhubung melalui gurun negev dari ujung Teluk Aqaba, timur Laut Merah ke ujung selatan Israel dan barat daya Yordania, ke pantai Timur Mediterania.
Tujuan utama konspirasi jahat ini adalah untuk menguasai jalur perdagangan, rute terpendek Asia menuju Afrika dan Eropa. Disamping itu Israel ingin memasok kebutuhan gas ke Eropa dengan modal ekplorasi Gas di Gaza (Levant) yang dilakukan secara illegal. Genosida warga Gaza-Palestina adalah tumbal dari proyek tersebut.
Tujuan pelemahan dan pelenyapan Palestina oleh Israel dan US, seiring dengan pelemahan terhadap Russia melalui penciptaan perang Ukraina oleh US. Russia sebagai pendukung Suriah signifikan dan penting di lemahkan bagi US dan Nato- timur tengah demi eksistensi Israel. Tidak seperti Mesir dan Jordania yang berbatasan dengan Israel yang sudah ditaklukan secara diplomasi dan militer. Suriah masih tegak berdiri tidak mengakui Israel dengan segala resikonya. Dataran Tinggi Golan milik Suriah terus menerima tantangan kedaulatan, yang berarti harus menang perang merebut dari tangan Israel dan US.
Ekpor Gas Russia melalui Ukraina menuju Eropa kini diambil alih US dengan harga lebih mahal. Dengan melemahkan Palestina dan Russia, kekuatan kolonial (US-Israel) akan mendapatkan keuntungan ekonomi-militer dunia jangka Panjang. Hal ini juga seiring dengan upaya pelemahan Cina sebagai pelopor “the Belt and Road Initiative (BRI)”, melalui penciptaan perang Taiwan oleh US dan sekutunya di Asia.
Melihat latar strategis militer dan ekonomi, diperlukan kekuatan besar untuk memerdekaan Palestina, tidak hanya kepahlawanan heroik kekuatan poros perlawanan. Benar bahwa, alasan agama, moral, kemanusiaan menjadi basis solid kelompok perlawanan. Tapi kualitas nilai tersebut harus tertransformasikan kedalam nilai seluruh kekuatan Multipolar. Termasuk terkoneksi dengan nilai moral dan ekonomi pendirian dan visi BRICS.
Tentu memerdekaan Palestina secara penuh artinya akan memberikan efek berantai pada kemerdekaan, independensi dan rasa hormat bagi negara-negara lain, terutama bagi kawasan Asia Barat, juga Afrika, Asia, termasuk Indonesia.
Basis nilai dunia Multipolar adalah dunia yang bukan Bipolar atau Unipolar, kekuatan dua atau satu negara yang mengontrol dunia. Tapi dunia dimana masing-masing negara memperoleh kesempatan yang sama, setara, sejahtera dan layak mendapat keadilan global.
Indonesia dengan prinsip politik bebas aktif dan salah satu pelopor gerakan Non Blok nilai-nilainya akan harmonis dengan dunia Multipolar (setara, independen, rasa hormat, adil). Gerakan besar ini juga akan sinambung dengan gerakan BRICS yang akan memberi keseimbangan dan mempersempit ruang gerak bagi kekuatan hegemon ekonomi kolonial pendukung pemusnahan etnis dan bangsa Palestina.
Masuknya Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dalam kelompok BRICS setidaknya memberi nuansa dan kontak baru. Terutama Arab Saudi dan Emirat Arab yang sebelumnya berbeda pandangan dan berseteru dengan Iran soal Suriah dan Yaman.
Gerakan global anti kolonial, pro Palestina tentu saja kekuatan poros perlawanan yang memang tersolid, dan memiliki kekuatan praktis penyeimbang agresifitas militer Israel tidak boleh terisolasi dan main kepahlawanan sendirian. Dedolariasi, demonopoli gas, demonopoli rute perdagangan dunia adalah satu kesatuan dengan demolarisasi rezim kolonial dunia dan rezim pendudukan Israel.