Memperbaiki Pola Asuh yang Salah ( Part 2)
Bernianti Lingga Sari, M.Psi.
Jenis Pola Asuh
Baumrind mengkategorikan pola asuh menjadi tiga jenis yaitu :
- Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anak dengan aturan yang ketat, sering kali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi, anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak ngobrol, bercerita, bertukar pikiran dengan orang tua. Bahkan menurut Santrock dampak dari pola asuh otoriter yaitu anak-anak tidak bahagia, takut, ingin membandingkan dirinya dengan orang lain, gagal untuk memulai aktivitas dan memiliki komunikasi yang lemah dan berperilaku agresif.
2. Pola Asuh Demokratis
Menurut Hurlock pola asuh demokrasi menekankan kepada aspek edukatif atau pendidikan dalam membimbing anak, sehingga orang tua lebih sering memberikan pengertian dan penjelasan dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tersebut diterapkan. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak. Anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri.
Adapun dampak dari pola asuh demokratis, menurut Syamsu Yusuf akan berpengaruh pada sifat dan kepribadian anak. Sikap bersahabat, percaya kepada diri sendiri, mampu mengendalikan diri, memiliki rasa sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas dan berorientasi terhadap prestasi adalah hasil dari pola asuh ini.
3. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah membiarkan anak bertindak sesuai dengan keinginannya, orang tua tidak memberikan hukuman dan pengendalian. Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, orang tua tidak pernah memberikan aturan dan pengarahan, sehingga anak akan berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri walaupun terkadang bertentangan dengan norma sosial.
Dampak dari pola asuh permisif terhadap kepribadian anak yaitu anak bersikap agresif, menentang atau tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, emosi kurang stabil, selalu berekspresi bebas dan selalu mengalami kegagalan karena tidak ada bimbingan dari orang tua.
Cara Memperbaiki Pola Asuh & Menjalin Hubungan Yang Baik Dengan Anak
Setiap keluarga memiliki pola asuh yang berbeda dalam mendidik seorang anak, orang tua tidak perlu memaksakan gaya parenting yang tidak cocok dengan tumbuh kembang anaknya. Kesalahpahaman dalam pengasuhan anak juga tak bisa dihindari, entah karena Ayah dan Bunda kurang kompak dalam pengasuhan atau faktor lainnya.
Philippa Perry dalam bukunya The Book You Wish Your Parents Had Read mengatakan hal terpenting adalah bagaimana orang tua bisa menjalin hubungan baik dengan anak. Ada beberapa hal yang dapat orang tua lakukan untuk memperbaiki pola asuh sebelumnya dan kembali menjalin hubungan baik dengan anak yaitu :
- Berdamai Dengan Pola Asuh Di Masa Lalu
Tidak sedikit pola asuh yang terdahulu diwariskan kepada kita (orang tua) sehingga seperti mengulang masa kanak-kanak. Masa lalu akan selalu menghantui, secara tidak sengaja, kita (orang tua) akan meniru pola asuh dari orang tua kita terdahulu. Misalnya saat anak berbuat kesalahan, cara kita menegur anak hampir mirip dengan orang tua kita menegur di masa lalu. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua harus dapat berdamai dengan masa lalu (masa kanak-kanaknya) agar rantai pola asuh yang buruk bisa terputus.
2. Meminta Maaf Pada Anak
Emosi negatif terkadang bisa ditunjukkan oleh orang tua kepada anaknya. Penyebabnya pun bisa beragam, diantaranya adalah saat anak tidak menuruti perintah orangtuanya, sementara kondisi orang tua sendiri sedang berada dalam keadaan lelah atau sedang menghadapi masalah, jika sudah terlanjur emosi kepada anak sebaiknya orangtua yang memulai untuk memperbaiki hubungan dengan anak. Misalnya dengan melakukan pendekatan dan meminta maaf karena sudah marah dengan berlebihan. Tidak perlu merasa gengsi atau malu. Hal ini justru akan mengajarkan hal penting kepada anak, anak bisa mengakui kesalahannya, saat ia melakukan kesalahan dan bersedia untuk meminta maaf terlebih dahulu. Meskipun terkesan sederhana, namun kedua hal di atas sarat akan nilai moral.
3. Dengarkan Yang Anak Katakan
“Bunda tadi di sekolah adek berantem sama teman adek” ini adalah salah satu contoh ungkapan seorang anak yang ingin berbagi cerita kepada ibunya tentang apa yang terjadi di sekolahnya, sebagai orang tua hendaknya kita mendengarkan dan memberikan respon positif kepada anak (“oh memang kenapa dek, kok berantem? coba cerita ke Bunda). Hal tersebut dapat membantu anak untuk menjelaskan rasa frustasinya secara sehat.
4. Berikan Apresiasi pada Perilaku Baik
Dengan pemberian apresiasi ketika anak berbuat baik, akan membentuk kebiasaan anak pada perilaku tersebut. Apresiasi tersebut bisa berupa pujian maupun hadiah, (contoh: “Pintar adek tadi berani tampil kedepan”)
5. Konsisten
Orang tua harus konsisten dalam memberikan peraturan pada Anak. Misalkan anak harus tidur paling lambat jam 21.00 wib, maka aturan tersebut harus dijalankan dengan tujuan anak tidak telat bangun pagi untuk sekolah.
6. Habiskan Waktu Berkualitas Dengan Anak
Dengan melakukan quality time bersama, anak akan merasa disayangi, merasa aman dan percaya pada orang tua. Waktu berkualitas bersama anak bisa dalam bentuk berkebun, olahraga, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Pastikan orang tua selalu memberi senyum hangat, menyatakan rasa sayang serta menyemangatinya.
7. Jangan Mendiamkan Anak
Akan lebih baik jika orang tua menyampaikan kekecewaan serta kemarahan kepada anak dengan cara yang tenang namun tegas tanpa berteriak. Serta jangan lupakan untuk meyakinkan pada anak bahwa orang tua tetap menyayanginya.
8. Jangan Melabeli Anak
Jika anak melakukan suatu yang buruk, hindari perkataan yang melabeli anak. Misal anak secara sengaja merusak barang, jangan katakan, “Kamu anak yang nakal!” sebaiknya katakan, “Kamu bersikap seperti anak yang nakal.”
9. Hargai Anak
Ketika anak menyuarakan pendapat maupun bercerita pada Anda dengarkanlah dengan baik. Ketika orang tua berbuat salah minta maaflah pada anak dan ucapkan terimakasih saat anak membantu orang tua (contoh : “Terimakasih adek sudah bantu bunda hari ini”)
10. Jadikan Anak Mandiri Dengan Belajar Dari Kesalahan
Sangat wajar bagi manusia untuk melakukan kesalahan, apalagi anak-anak. Biarkan anak melakukan kesalahan dan bimbing anak untuk belajar dari kesalahannya itu. Hal tersebut akan menumbuhkan percaya dirinya ketika tampil di masyarakat meski tahu dapat melakukan kesalahan kapan saja. Anak pun akan menjadi mandiri dan tidak penakut ( contoh: “ Lain waktu adek bawa gelasnya hati-hati yah, sekarang adek ambil lap dan keringkan tumpahan airnya“)
11. Menjadi Role Model Bagi Anak
“Aku ingin menjadi dokter seperti Ayah supaya bisa ngobatin orang yang sakit,” celetukan ini kadang keluar dari mulut anak-anak kita. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Demikian pembahasan kita terkait pola asuh, semoga bermanfaat bagi para pembaca, khususnya untuk para orang tua. Tetap semangat untuk memberikan pengasuhan yang terbaik bagi putra putri kita.
TERIMA KASIH