Menebar Hikmah Ahlul Bait Menjunjung Tinggi Ukhuwah
Oleh: Abdul Hadi Hasan, Lc
Dakwah merupakan sebuah aktifitas dan juga kewajiban bagi setiap mukminin, berbagai ayat dan riwayat menjelaskan peran seorang Rasul yang tidak hanya mengajarkan akan tetapi juga melakukan tazkiyah nafs. Berlandaskan ayat-ayat dan riwayat itulah bahwa kegiatan dakwah itu harus terus digalakan dan dilestarikan oleh para pengikut Rasulullah Saww dan Ahlul Baitnya, seorang aktifis dakwah tentunya diibaratkan seperti sebuah lilin yang harus siap memberikan penerangan jika dibawa ke tempat gelap gulita. seorang guru pernah berkata: “Sekecil apapun kalian adalah sebuah kumpulan lampu, dan jika kembali ke Negara kalian, maka sinar sesungguhnya yang kalian miliki akan nampak hakikatnya”.Orang-orang yang kembali membawa ilmu, tentunya sangat dinanti umat karena ilmu bagaikan air yang dapat menghilangkan dahaga orang-orang yang kehausan. Untuk mengenal orang-orang kehausan di negeri ini tentunya kita terlebih dahulu berkonsultasi langsung dengan beberapa tokoh alim ulama baik itu intern ataupun ekstern. Siapapun mereka, bendera apapun yang mereka kibarkan seharusnya patut kita hormati jerih payah mereka dalam menegakan panji-panji itu, maka dengan keberanian pula kita harus bisa menemui langsung beberapa tokoh yang memang sangat pandai dan lihai dalam menjalankan aktifitas dakwahnya, gali-lah ilmu dari mereka, karena tidak semua metode dakwah yang telah diajarkan itu sesuai dengan realita kondisi umat di Indonesia.
Memulai aktifitas sejak dulu dari gunung ke gunung, kampung ke kampung, memang sudah menjadi tabiat orang yang lahir di kampung seperti Al-faqir. Mengawali kajian dan mengajar di Garut, Garut sebuah kabupaten di Jawa Barat yang letaknya tidak jauh dari kota Bandung. Garut bukanlah kampung halaman Al-faqir, hingga seakan berada di tempat asing. Berkat bantuan sanak keluarga yang telah lama aktif di dunia pendidikan, akhirnya Al-faqir di terima aktif dan berkhidmat di sebuah madrasah, dimana para pelajarnya adalah mayoritas anak-anak pedagang asongan kereta api, mereka berasal dari keluarga tidak mampu. Sejak awal urusan gaji para pengajarnya dinomer 100-kan, yang penting disana aktif dan berusaha mengajarkan tema-tema Ahlul Bait, mengenalkan tokoh-tokoh suri tauladan yang selama ini tidak pernah mereka kenal. Masyarakat ahlulbait di Garut tentunya cukuplah banyak.
Selain mengajar di madrasah, Al-faqir juga diberi kepercayaan mengajarkan kepada mahasiswa dan mahasiswi beberapa disiplin ilmu, seperti Bahasa Arab, Pendidikan Agama Islam, Ulumul Hadis dan Ulumul Quran di kampus Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah ( IAILM ) cabang Garut, dimana IAILM tersebut berpusat di Tasikmalaya dan menyatu dengan Ponpes Suryalaya. Sebagian para petinggi IAILM termasuk Rektornya mengetahui bahwa Al-faqir adalah seorang alumnus Jamiah al-Mustafa Iran tapi buat beliau bukan sebuah problem, namanya seorang ilmuan sudah pasti bersikap objektif dan menerima apa adanya bahkan terkadang sempat ngobrol dengan beliau.
Di Garut waktu lebih banyak dihabiskan mengajar dan mengisi kajian khusus kitab-kitab tafsir serta Nahjul Balaghah serta Fiqih Ja’fari bagi beberapa Ikhwan. Hubungan Al-Faqir dengan tokoh disana cukup baik, diantaranya dengan alumnus Mesir yang juga aktif sebagai Dai’ dan dosen UIN sunan gunung jati, Alumnus Sudan yang aktif sebagai Mubaligh dan Dosen di Uniga juga dengan beberapa tokoh kiyai ponpes yang ada disekitarnya. Tidak sampai dua tahun Al-Faqir aktif disana hingga pada akhirnya Al-Faqir mengambil keputusan untuk kembali ke kampung orang tua yang terletak di kab. Bogor. Di Bogor sejak lama sudah berdiri sebuah Majlis Ta’lim yang batu pertamanya diletakan oleh ayahanda puluhan tahun lalu, Majlis yang dahulu tidak memiliki bangunan kini dan aktifitasnya bergerak dari satu mushola ke mushola lain, majlis ke majlis, dan rumah ke rumah lainnya. Berkat bantuan salah satu khairiyin alumnus Mesir akhirnya berdiri tegak.
Selain berkat bantuan keluarga yang memang sejak lama aktif diberbagai pondok pesantren ternama, majlis kian hari kian hidup. otomatis Al-faqir diminta keaktifannya disana. Sesekali memberikan tema-tema tafsir atau sejarah, dan akhlak Ahlul Bait as. Kita sejak awal bertekad tidak mengajak mereka, tapi hanya mengenalkan hakikat dan identitas bahwa ajaran ahlulbait itu adalah suatu ajaran yang benar dan patut diketahui umat.
Majlis yang didirikan itu dijadikan sebagai pusat aktifitas pendidikan, dakwah dan sosial. Majlis yang bernama Al-Ittihad Al-Islami itu dibina oleh Ust. Hasan Sadzili dan Ust. Abdul Hakim Hasan, B.A, S.Ud menjabat sebagai ketua hariannya, sehari-harinya menyelenggarakan pendidikan Al-Quran bagi anak-anak setingkat SD dan SMP tanpa memungut biaya apapun, pada hari minggu biasa diadakan kajian ummahat sedang malam minggunya terkadang ada kajian khusus dan diskusi ringan dengan beberapa pemuda atau tamu yang sengaja datang dari kota tertentu. Majlis ini dilengkapi dengan perpustakaan sederhana yang memiliki koleksi kitab Ahlusunnah dan Syiah, koleksi kitab-kitabnya walaupun masih terhitung sedikit, akan tetapi dilengkapi berbagai bahasa, diantaranya Bahasa Persia, Arab, Inggris dan Indonesia.
Keberadaan majlis yang notabene berlandaskan akidah Ahlusunnah Waljamaah ini tentunya sangat penting, karena keberadaan kitab-kitab uniknya dan para aktifisnya yang cukup aktif dan progresif. Sebagian asatidznya juga memiliki jaringan yang kuat dengan organisasi Nahdhatul Ulama, Nahdhatul Watan, Brigade Aswaja, Korps Alumni Pondok Pesantren Indonesia dan beberapa lembaga seperti Lembaga Pengembangan dan Pendidikan Pesantren, Lembaga studi agama dan budaya Indonesia, dll. Sudah tidak terhitung, Habaib dan para Kiyai pimpinan pondok pesantren yang bersilaturahim dan bertabayun ke Majlis, mereka juga meminjam dan mengkopi sebagian koleksi buku-buku yang ada, khususnya yang bertemakan tafsir dan sejarah Ahlul Bait.
Selain aktif di Majlis ini juga Al-Faqir terkadang mengisi dan turut serta aktif dalam beberapa kajian yang dilaksanakan di Depok, Tanggerang, Bogor, Sukabumi dan Bekasi. untuk Agenda dakwah Asyura dan Ramadhan biasa Al-faqir lakukan di beberapa kota seperti Sukabumi dan Garut serta Tanggerang, selain melaksanakan kajian juga melakukan bakti sosial sederhana, seperti membagikan sembako atau hadiah sejumlah uang bagi fuqara, janda dan anak-anak yatim. Kegiatan safari dakwah itu biasa dipusatkan di Majlis Ta’lim, Musholla atau Ponpes. Alhamdulillah selama ini tidak ada halangan dari berbagai pihak, mereka semua mengetahui Al-faqir seorang alumnus dan tergabung dalam IKMAL, bagi sebagian orang yang Al-faqir kunjungi, mereka sangat antusias, senang dan sering kali mau mendengar paparan penjelasan berbagai pengalaman dan hikmah. Hal ini bisa terjadi jelas berkat bantuan Allah Swt, Rasul Saww dan Ahlul Bait as, para Mubaligh serta para tokoh yang sebagian besar telah mengikuti beberapa aktifitas seminar dan pertemuan tentang Persatuan Islam dan Halaqoh Alim Ulama yang pernah dilaksanakan oleh kawan-kawan, baik di Depok atau Jakarta. Intinya menebar hikmah Ahlul Bait tanpa memaksakan kehendak dengan menjunjung tinggi kearifan lokal dan menjaga Ukhuwah Islamiyah adalah sebuah hal yang benar-benar bisa dipraktikan oleh siapa saja.
Kepada IKMAL yang masih belia dan segenap jajarannya yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh ternama, harapan kami IKMAL dapat turut serta menghidupkan para mubaligh, IKMAL dapat menjalin hubungan dengan berbagai organisasi baik intern maupun ekstern. IKMAL dapat menjadi jembatan antara berbagai aktifis modernis dan tradisional dan kedepannya dapat mensejahterakan para Mubaligh pada setiap saat tidak terbatas pada bulan terentu saja. Wassalam.