Mengenali Musuh Mengikuti Jalur Ulama, Melawan Perang Budaya
Dalam kehidupan yang semakin komplek ini, pilihan langkah juga semakin banyak, keberadaan sosok panutan, sosok pribadi pilihan, sosok dengan ilmu mumpuni juga dibarengi dengan amal perbuatan sangat diperlukan.
Dalam nasihat-nasihat kita tahu bahwa Dajjal akan membawa kebaikan dan keburukan, menawarkan hal itu kepada manusia, kebaikan versi Dajjal adalah keburukan dan berakhir pada kemarahan Tuhan, keburukan versi Dajal adalah kebaikan dan merupakan hal-hal yang disetujui dan dicintai Allah Swt.
Manusia pada perkembangannya semakin hari semakin detail dalam setiap sudut pandangnya, pada awalnya ilmu matematika hanya satu cabang ilmu saja, sekarang ilmu matematika berkembang dan memiliki cabang yang banyak, begitu juga ilmu-ilmu yang lain.
Kenyataan ini mengharuskan adanya pembimbing yang mengarahkan masyarakat secara umum sehingga tidak salah dalam memilih.
Menilik kehidupan ulama arif ahli Irfan Ayatullah bahjat, beliau sebagai ulama cerdas memberikan contoh yang mudah dipahami masyarakat yang awam sekalipun. Terkait negara-negara yang ada beliau mengajari bahwa yang disetujui dan direstui Pemerintah Inggris (diwakili kedutaan besar Inggris) maka perlu ditentang.[1] Kalau sekarang tentu bukan hanya inggris hal ini dapat kita lihat dari penjelasan Imam Khomeini.
Imam Khomeini sendiri mengatakan bahwa Amerika adalah setan besar dan Israel adalah setan kecil. Selama pemerintahan Republik Islam Iran berdiri, Iran berdiri tegas menentang dua setan ini, semua kepala Negara Amerika satu per satu mencoba mengadu nasib untuk mengalahkan negeri para mullah namun tak berkutik dan tunduk satu per satu hingga Presiden Trump sekalipun. Lawan mereka adalah seorang santri sosok yang mengandalkan Tuhan sebagai penolong dan pemberi jalan keluar. Bukan mengandalkan ilmu dan teknologi seperti yang dilakukan oleh setan besar dan setan kecil dan pendukungnya.
Sayid Hasan Nasrullah adalah seorang alim yang sangat menghormati Rahbar, beliau sangat besar dan disegani oleh kawan maupun lawan. Beliau dengan semua kebesaran dan prestasi beliau tidak lain adalah berkat mengikuti petunjuk dan arahan dari Rahbar, Sayid Ali Khamenei, bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong. Dengan mengikuti ulama dijamannya pemimpin tertinggi Hizbullah ini berhasil semakin menaikkan pamor Hizbullah, kelompok ini pun menjadi idola di negaranya, menjadi juru selamat, menjadi penolong, dan pemberi solusi atas berbagai permasalahan di dalam negeri. Bahkan diluar negeri pun banyak yang terkagum-kagum.
Sayid Hasan Nasrullah pun mengikuti nasihat ulama dengan berdiri tegak melawan Israel, melawan Amerika baik langsung maupun tidak langsung. Hizbullah selalu siap meneguk syahadah, para relawan dan pejuang berani mati demi menjalankan misi suci, mengentaskan penindasan dimuka bumi. Bergerak tanpa sedikit pun keraguan sebab ulama yang dijadikan panutan merupakan manusia pilihan dijamannya.
Iran bisa bertahan sampai saat ini selain karena bantuan dan rahmat dari Allah, jelas juga karena tetap mengikuti arahan dari Rahbar sang pemimpin utama. Rahbar benar-benar memahami keadaan di dalam maupun luar negeri, sosok yang tidak ketinggalan jaman dan selalu mengikuti perkembangan jaman. Ucapannya mulai menembus kejantung Eropa dan Negara-negara barat, menyapa pemuda-pemuda Perancis, menghidupkan kesadaran yang ada di dalam diri mereka. Untuk sama-sama bergerak menentang penindasan dan ketidakadilan.
Pesan pengenalan kepada musuh sangatlah penting diwariskan dari generasi ke generasi. Sehingga keturunan pun mengerti hal-hal prioritas yang harus dilakukan. Pengenalan kepada musuh selain dimulai dari keluarga-keluarga oleh ayah dan ibu, hal ini juga sangat lebih efektif jika dilakukan dalam sebuah sistem pemerintahan.
Memang sekarang tidak lagi dalam era perang dunia 1 atau perang dunia 2, juga belum mulai perang dunia ke-3, tapi pada kenyataannya perang lain yang tidak kalah dahsyat dan berbahaya semakin hari semakin kuat. Perang itu adalah perang budaya, perang budaya disini sangat penting untuk disampaikan. Perang ini tidak terlihat kasat mata, serangan bisa tiba-tiba masuk kedalam rumah, melalui laptop dan gadget yang kita belikan untuk anak-anak kita. Televisi yang menamakan diri sebagai media informasi terkini namun nyatanya informasi yang ditawarkan sering tidak seiring dengan kebutuhan dalam melawan perang budaya yang dilancarkan barat.
Dalam beberapa tahun barat berusaha menembus Asia dengan berbagai film heroik mereka, tentu dengan pesan-pesan yang akan menguntungkan mereka dikemudian hari. Usaha ini cukup berhasil namun tidak maksimal, di akhir tahun 2010-2020 strategi pun dirubah, Barat tidak lagi dengan wajah mereka, mereka merasuk ke dalam diri-diri orang asia, budaya K-Pop, budaya dari Thailand, budaya dari China, budaya dari Jepang membanjiri Indonesia dan juga negara-negara lainnya, budaya-budaya yang sebenarnya bukan berasal dari negara-negara timur, budaya barat namun dilakukan oleh orang-orang timur.
Dengan cara ini efeknya pun jauh lebih besar terasa, anak-anak muda Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terobsesi dengan wajah-wajah laki-laki tapi cantik jelita. Dengan warna budaya jelas bukan budaya Indonesia. Didukung dengan sistem internet yang semakin terjangkau oleh semua kalangan.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada bangsa Indonesia, tapi juga oleh Negara petahana, pemuda pemudi Iran pun menjadi target bidik peluru-peluru serangan budaya, karena itu Rahbar memerintahkan untuk diadakan jihad farhanggi, jihad di medan budaya.
Menjadi tugas para mukallaf untuk benar-benar waspada menghadapi serangan budaya yang semakin kuat. Anak-anak butuh bimbingan, butuh komunitas sehat. Tetap berusaha keras dan juga bertawasul kepada para Maksumin, semoga senantiasa mendapatkan bimbingan.
[1] Dar Mahzar-e Ayatullah al-Uzma Bahjat, jil.2, hal. 196.