Potensi Alumni IKMAL di Indonesia Merupakan karunia Ilahi
Liputan Khusus ; Pesan Hujjatul Islam Sayyid Morteza Mosavi untuk Alumni Jamiah Almustafa
Potensi besar para alumni Ikmal di Indonesia merupakan karunia Ilahi bagi para pengikut Ahlulbait as yang sayangnya tidak difungsikan dengan baik. Tidak adanya pemanfaatan karunia besar Ilahi ( kufur Nikmat) ini, sebagian dikarenakan kesalahan yang mengarah kepada para pengurus dan tokoh Ikmal dan sebagian lain karena kesalahan yang kembali kepada alumni itu sendiri. Seolah-olah kita tak percaya bahwa waktu bergulir begitu cepat dan membuang satu demi satu kesempatan dari tangan kita. Jangan sampai kita menyadari kesalahan tatkala sudah dihadapkan pada sebuah persoalan. Cukup bagi kita tragedi sampang yang membangkitkan kita dari kelalaian dan kelemahan. Disamping dunia tidak memberikan kesempatan kepada kita, penyesalan yang akan datang lantaran berlalunya usia tanpa kesungguhan dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada pun tidak berguna bagi siapa saja.Hauzah merupakan pusat-pusat pendidikan yang mendapat perhatian Imam Mahdi as. Meski kita baru melangkah, ditambah usia Hauzah yang masih sangat muda namun terbayang begitu besar harapan akan berbuahnya pohon kebaikan di nusantara Indonesia ini. Tetapi, beberapa Hauzah memang telah lalai dan tidak memanfaatkan kesempatan yang dimiliki dengan baik. Seakan-akan kita senantiasa sudah berada dalam puncak ketentraman dan keamanan. Satu pertanyaan bahwa bukankah Hauzah-Hauzah merupakan tempat pendidikan para pasukan Imam Mahdi as dan apakah kualitas pendidikan para pasukan beliau ini sudah sesuai dengan perintah-perintah beliau as ? Jika jawabannya belum sesuai maka tanggung jawab ada di pundak kita semua dan tidak seharusnya kita bersantai-santai, bahkan kita harus melakukan upaya semaksimal mungkin sampai kita yakin bahwa Imam Mahdi as rela atas amal kita. Para tokoh ulama lah yang berhak memberi nasehat sedangkan saya sendiri hanya seorang Thalabeh seperti para alumni Ikmal lain yang masih memerlukan nasehat dan bimbingan.
Paling tidak, saya dan anda sekalian bangga menjadi pasukan Imam Mahdi as dan selama beberapa waktu kita hidup dengan biaya Baitul Mal sehingga kita harus mengabdi kepada beliau as. Saya sendiri merasa malu manakala membaca biografi para pengikut Imam Mahdi as dan Imam Ahlulbait lainnya. Sebagai contoh, bagaimana Ammar Yasir berjuang demi tujuan-tujuan Islam yang agung dan menjalankan perintah-perintah Imamnya. Tentu saja, ia tidak bisa tidur nyeyak dalam meyebarkan ilmu-ilmu Islam yang agung, bahkan nyawa pun harus ia pertaruhkan untuk segala resiko. Saat ini, orang-orang membutuhkan bimbingan kita. Pada zaman dulu ada syahid awal, syahid tsani dan syuhada lainnya sementara di zaman kita sekarang ada Imam Khomaini, syahid Muthahhari, syahid Shadr dan Sayyid Ali Khamenei (Rahbar) meski telah berumur dan tidak mempunyai kesempurnaan fisik, termasuk sosok ulama pejuang keras yang kita kenal. Bukankah mereka sebagai bukti-bukti Allah swt bagi kita ?. Ketika terpikir hal ini hanya ayat berikut ini yang saya baca : “ Ya Allah kami telah berbuat zalim kepada diri kami sendiri dan jika engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami pastilah kami akan menjadi orang-orang yang merugi”(Al Araf : 23).