Putri Sang Haidar yang tak Gentar
ٱلَّذينَ يُبَلِّغُونَ رِسالاتِ اللهِ وَ يَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَداً إِلاَّ اللهَ وَ كَفى بِاللهِ حَسيباً
“Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (QS: al-Ahzab 39)
Kufah, sesampai Muslim duta al-Husain di sana, penduduknya kemudian mengabaikan dia. Tetapi tidak demikian yang dilakukan seorang perempuan dari mereka bernama Thauah. Ia menerima Muslim singgah di dalam rumahnya dengan sebaik-baik sambutan.
Perempuan itu kemudian menyuruh putranya supaya membela Imam Husain as: Nak, pergilah berperang bela putra Rasulullah saw hingga engkau terbunuh.
Saat anak itu sampai di depan Imam Husain, beliau berkata: Ia masih sangat muda. Ayahnya telah terbunuh. Ibunya mungkin tak rela dia pergi
Anak itu menyahut, Ibu menyuruh saya datang (untuk membela Anda) wahai putra Rasulullah!
Selain Thauah di dalam pengorbanan seorang ibu, yang mempersembahkan putranya kepada al-Husain cucu Nabi saw, di Karbala Ummu Wahab al-Kalbi berkata kepada putranya, Bangkitlah wahai anakku, belalah putra Fatimah binti Rasulullah!
Setelah anaknya syahid, Ummu Wahab menghampirinya. Membersihkan darah di wajah putranya. Dari sana saat Syimr melihat perempuan itu, dia perintahkan seseorang untuk membunuhnya. Ummu Wahab adalah wanita pertama yang terbunuh dalam membela Imam Husain.
Setelah Imam cucu kecintaan Rasulullah saw mencapai kesyahidan, dan para musuh menyerang keluarga Itrah dan syuhada, isteri Bakr bin Wail teriak di hadapan kabilah Bakr: Apakah akan menganiaya putri-putri Rasulullah? Lalu berseru: يا لثارات المصطفى; “Wahai para penuntut balas darah Rasulullah!” Mungkin yang ingin ia sampaikan, “Adakah atau tak sudikah umat membalas kaum yang menumpahkan darah keluarga Nabinya?”
Para wanita itu adalah dewi-dewi Karbala. Mereka juga berperan dalam menyampaikan risalah ilahiah yang dibawa Rasulullah saw, dan membelanya. Ialah ajaran Islam, di dalamnya adalah perintah dan larangan Allah, di antaranya ialah kewajiban mencintai keluarga suci Nabi saw.
Bani Umayah kemudian berupaya mengenalkan umat, bahwa al-Husain adalah seorang khawarij yang bangkit melawan khalifah Yazid. Mereka ingin mematahkan tongkat ketaatan kepada Imam Husain, dan memecah belah umat. Ibnu Ziyad bahkan mengatakan bahwa al-Husain seorang pendusta. Allah membunuhnya dan menolong Yazid –na’udzubillah min dzalik.
Mendengar ucapan itu, Zainab putri Ali bin Abi Thalib bangkit membalas kata-kata keji itu:
الحمد لله الذي اكرمنا بنبيه محمد وطهرنا نا لرجس تطهيرا وانما يفتضح الفاسق ويكذب الفاجر وهو غيرنا والحمد لله.
Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kami (Ahlulbait) dengan Nabi-Nya, Muhammad saw; mensucikan kami dari nista sesuci-sucinya. Sesungguhnya orang fasik akan tersingkap aibnya dan yang zalim berdusta, dan dia itu bukanlah kami. Walhamdulillah.
Tuduhan keji (bahwa al-Husain seorang khawarij) itu pun dilontarkan kepada khalayak, oleh para kacung bani Umayah saat membawa kepala-kepala syuhada Karbala, dan menggiring keluarga syuhada sebagai tawanan mereka ke Syam. Klaim dusta itupun menuai hasil, tapi berjalan dalam waktu yang amat singkat.
Sampai di Damaskus ibukota kekuasaan bani Umayah, di hadapan Yazid, risalah Muhammadi disampaikan oleh Zainab al-Aqilah. Di tengah pertemuan itu ia menjerit dengan suara pilu menyayat hati: Ya Husain, wahai kecintaan al-Mushthafa! Wahai putra Fatimah Zahra!
Seorang perawi menyampaikan: Demi Allah, ia membuat orang-orang hadir menangis, dan Yazid bergeming.
Diceritakan, seorang laki memberanikan diri berkata kepada Yazid, Wahai amirul mu`minin, berikan kepada saya wanita budak ini!” (Yang dimaksud adalah Fatimah Shughra, pembawa riwayat ini).
Maka kakaknya, Zainab, menyergah pria itu, Demi Allah, kau bohong dan terkutuk! Tidak mungkin untukmu dan dia (Yazid)!
Yazid naik darah dan berkata, Kalau aku mau, tentu aku melakukannya!
Tidak mungkin, tegas Zainab. Allah tidak akan menyerahkan dia kepadamu saat kau telah keluar dari agama Islam dan memeluk agama lain
Yazid membantah, Justru yang keluar dari agama ini adalah ayah dan saudaramu itu!
Zainab berkata, Dengan agama Allah, agama datukku, ayahku dan saudaraku, tentulah kau, kakek dan ayahmu sudah mendapat petunjuk!”
Yazid menuduhnya sebagai musuh Allah. Lalu Zainab berkata: امير يشتم ظالما ويقهر بسلطانه; “Seorang penguasa mencela sewenang-wenang dan murka dengan kekuasaannya.
Zainab putri Ali bin Abi Thalib tak merasa takut terhadap seorangpun di hadapan penguasa, Ia pun mempunyai misi tabligh, menyampaikan risalah suci dengan sebaik-baik cara. Ia telah menyampaikannya dengan tegas kepada bani Umayah musuh Ahlulbait Nabi saw.
Referensi:
Maa ar-Rakbi al-Husaini, juz 5