Sekilas Tentang Shahih Bukhari (Bag. 2)
Mengkaji Kekurangan Shahih Bukhari
Kajian ini berporos pada 3 pembahasan: 1) Sanad, 2) Matan, 3) Kandungan Isi
1) Sanad
Kita akan membahas tentang sosok Bukhari terlebih dahulu, apakah beliau ahli ilmu rijal atau fikih?
Beliau lemah dalam fikih dan rijal. Ilmu hadis seseorang akan baik bila ilmu rijalnya kuat. Pemilihan 4.000 atau 7.000 hadis Bukhari dari 600 ribu hadis, didasarkan kepada landasan apa?!
a) Dhaif dalam rijal
Bukhari menyusun kitab dalam ilmu rijal berjudul “At-Tarikh Al-Kabir”. Dalam kitab tersebut terdapat profil 12.315 orang. Spesialisasi Bukhari dalam ilmu rijal ditolak oleh minimal 5 orang berikut:
1- Daruquthni yang menulis kitab “Al-Ilzamat Wa At-Tatabbu’”. Kitab ini membahas Bukhari dan menjelaskan beberapa sisi kedhaifannya, meskipun kitab lebih fokus mengkritik Shahih Bukhari.
2- Ibnu Abi Hatim dalam kitab “Bayan Khata’ Al-Bukhari”.
3- Khatib Baghdadi yang menulis sebuah kitab independen bertema “Muwadhdhih Awham Al-Bukhari”.
Ketiga ulama di atas memiliki satu ungkapan: “لا خبرة له بالرجال” (Spesialisasi Bukhari bukan di bidang rijal). Seseorang yang tidak kuat dalam ilmu rijal tidak dapat mengatakan bahwa yang disebutkan adalah shahih. Dasar apa yang digunakan untuk mengatakan itu?
4- Dzahabi juga mengkritiknya di beberapa tempat:
- Dalam biografi Ibnu Khalid ‘Amiri berkata, “و البخاري ليس بالخبير برجال الشام و هذا من اوهامه”.[1]
- Dalam menjelaskan biografi Qasim bin Abdurrahman Ad-Dimisyqi, Dzahabi berkata, “و ذكر البخاري انه سمع عليا و ابن مسعود. و هذا من وهم البخاري”[2]
Pertanyaan: Kita asumsikan bahwa Qasim bin Abdurrahman tidak mendengar dari Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Mas’ud, apa dampaknya?
Jawab: Jika ia tidak mendengar dari Ali a.s. dan Ibnu Mas’ud, sementara Anda membawakan riwayatnya dan mengatakan: “Dari Qasim, dari Ali bin Abi Thalib”, menurut Anda riwayat ini musnad, namun bila kita menerima ucapan Dzahabi, riwayat menjadi mursal dan riwayat mursal termasuk bagian dari riwayat dhaif.
Dan masih banyak kasus lain seperti ini yang dapat ditemukan.
5- Ibnu ‘Uqdah menghafal 600 ribu hadis: 300 ribu dengan sanad dan 300 ribu tanpa sanad. Ibnu ‘Uqdah berkata, “Bukhari lebih banyak kesalahan dalam rijal ahli Syam, karena ia hanya melihat kitab-kitab mereka dan tidak mendengar langsung dari masyayikh atau para perawi. Seringkali ia menyebut seorang rawi dengan julukannya, namun di tempat lain disebutkan dengan namanya dan mengasumsikan dua orang yang berbeda.[3]
b) Dhaif dalam fikih
Sarakhsi dalam kitab “Al-Mabsuth” menukil beberapa kesalahan Bukhari, “Alasan kenapa Imam Bukhari diusir dari kota Bukhara adalah fatwa (radha’ah dari susu seekor kambing atau sapi) ini.”
Mula-mula Sarakhsi menjelaskan fatwa yang masyhur: “Bila dua orang bayi (laki-laki dan perempuan) menyusu dari seekor kambing atau sapi, saudara radha’ah tidak berlaku bagi keduanya. Karena radha’ah berlaku dengan nasab. Nasab antara manusia dengan binatang tidak berlaku, maka radha’ah juga tidak berlaku dengan meminum susu dari binatang ternak.”
Saat Bukhari tiba di Bukhara, ia memberikan fatwa kepada orang-orang yang meminta fatwa. Abu Hafsh melarangnya, “Anda bukan ahlinya dalam memberikan fatwa.”
Namun Bukhari tidak menghiraukan hingga akhirnya terlontar pembahasan radha’ah. Bukhari memberikan fatwa dengan hukum haram, yakni berlakunya radha’ah bagi dua bayi yang menyusu dari seekor kambing atau sapi. Maka penduduk kota berkumpul dan mengusirnya.[4]
* Para Perawi Bukhari
Pembahasan lain yang patut diperhatikan, dari siapa-siapa saja Bukhari menukil hadis? Apakah dari golongan Khawarij, perawi dhaif, nashibi?
Sebagian ulama, sebagaimana disebutkan dalam mukadimah Fath Al-Bari, menyebut jumlah masyayikh Bukhari yang dhaif mencapai 300 orang. (Tentunya mereka yang disebutkan dalam sanad)
Seputar dua sahabat dan tabiin yang banyak dinukil riwayatnya oleh Bukhari
1. Abu Hurairah (Sahabat)
Abu Hurairah hanya sempat menyaksikan kehidupan Nabi saw. selama sekitar 2 tahun, namun riwayatnya lebih banyak dari riwayat seluruh sahabat.
Abu Bakar 142 hadis, Umar 537 hadis, Usman 147 hadis, Salman Farisi 60 hadis, Abu Dzar 281 hadis, Thalhah dan Zubair masing-masing 38 hadis, Abdurrahman bin ‘Auf 65 hadis, Hasan bin Tsabit 1 hadis, Fatimah Zahra a.s. hanya 18 riwayat yang disebutkan dalam kitab-kitab hadis Ahlu Sunnah. Sementara riwayat Abu Hurairah (hanya sekitar 2 tahun bersama Nabi saw.) yang dinukil sekitar 5.400 hadis dan dikumpulkan dalam kitab “Musnad Abi Hurairah”.
Dinukil dari Abu Hurairah, ia berkata, “Aku memiliki dua naskah hadis dari Nabi; salah satunya aku sebarkan dan naskah kedua, bila aku sebarkan, niscaya leherku akan dipenggal” atau “Aku sebarkan dua tulisan kulit dari sabda-sabda Nabi, bila kulit ketiga aku keluarkan, aku akan dirajam.”[5]
Umar, Aisyah, Marwan, sebagian tabiin dan para perawi mempertanyakan atau meragukan volume hadis Abu Hurairah. Umar bin Khattab menyebut Abu Hurairah: “يا عدوالله و عدو كتابه”.
Pertanyaannya, berapa banyak riwayat Abu Hurairah yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim?
Bila kita mengasumsikan jumlah riwayat Bukhari (dengan menghapus pengulangan hadis) mencapai 4 ribu hadis, 400 riwayat atau 1/10 kitab Shahih Bukhari di antaranya dari Abu Hurairah.
2. Zuhri (Tabiin)
Lebih dari 1000 hadis dari Zuhri dinukil dalam Shahih Bukhari. Namanya Muhammad bin Muslim bin Ubaidullah bin Abdullah bin Syihab Zuhri Quraisy Madani. Ia tinggal di Syam. Lahir tahun 51 H dan meninggal tahun 124 di usia 72 tahun[6] serta dimakamkan di Adma, Palestina.
Disebutkan bahwa Zuhri adalah orang pertama yang mengumpulkan dan membukukan hadis. Menurut Ibnu Madini, riwayat Zuhri secara keseluruhan mencapai sekitar 2 ribu atau menurut Abu Daud 2.200 hadis yang separuhnya adalah mursal.
Bukhari secara keseluruhan menukil 1.250 hadis darinya. Namun sebagian ulama menolak hadis-hadis mursal Zuhri. Yahya bin Said berkata, “Hadis-hadis mursal Zuhri relatif lebih buruk dari selainnya, karena ia seorang hafidh. Artinya ia dapat menyebutkan nama siapa saja yang diinginkan dan tidak menyebutkan perawi mana saja yang tidak disuka.
Sebagian ulama Ahlu Sunnah menolak seluruh hadisnya karena ia bekerjasama dan punya hubungan khusus dengan penguasa zalim. Makhul berkata, “Zuhri merusak reputasinya sendiri karena dekat dengan penguasa.”
Menurut Dzahabi, Zuhri bersahabat dekat dengan pembesar Bani Umayyah, seperti Abdul Malik, Walid, Sulaiman, Umar bin Abdul Aziz, Yazid bin Abdul Malik dan Hisyam. Ia menjadi guru dari putera-putera mereka dan pembimbing haji mereka. Zuhri sangat dihormati dan diagungkan oleh Bani Abbas.
Zuhri tidak pernah meriwayatkan hadis-hadis keutamaan Ahlul Bait a.s.
1. Ibnu Habban berkata, “Kita tidak pernah menemukan sebuah hadis tentang keutamaan Imam Ali dinukil dari Malik dan Zuhri.”[7]
2. Ibnu Asakir menukil dari saudari Zuhri bahwa Zuhri menyembunyikan keutamaan-keutamaan keluarga Muhammad saw. Saudari Zuhri berkata, “Jangan menulis darinya, karena ia berorientasi kepada Bani Umayyah dan mengambil upah dari mereka.” Zuhri menerima ribuan dinar dari baitul mal untuk kepentingan pribadi.[8]
3. Alusi menyebut Zuhri sebagai perwujudan ayat: “وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا”.[9] [10]
4. Hadidi berkata, “Zuhri dan Urwah bin Zubair pernah mencela Imam Ali a.s. di Masjid Nabi saw.
5. Syeikh Thusi dalam kitab rijalnya menyebut Zuhri sebagai salah seorang yang memusuhi Ahlul Bait a.s.
(Bersambung)
[1] Tarikh Al-Islam, halaman 112.
[2] Siyar A’lam An-Nubala’, jilid 5, halaman 195; At-Tarikh Ash-Shaghir Li Al-Bukhari, jilid 1, halaman 220.
[3] Syuruth Al-Aimmah As-Sittah Li Abi Bakr Muhammad bin Thahir Al-Muqaddasi, halaman 507.
[4] Sarakhsi Hanafi salah seorang faqih Ahlu Sunnah. Al-Mabsuth, jilid 30, halaman 297.
[5] Fath Al-Bari, jilid 1, halaman 277; Hilyah Al-Auliya’, jilid 1, halaman 381; Al-Bidayah Wa An-Nihayah, jilid 8, halaman 105 dan… Kitab “Abu Hurairah”, Allamah Askari.
[6] Siyar A’lam An-Nubala’, jilid 5, halaman 350.
[7] Al-Majruhin, jilid 1, halaman 258.
[8] Tarikh Al-Islam, Hawadits 121, halaman 235.
[9] QS. Hud [11]: 113.
[10] Ruh Al-Ma’ani, jilid 3, halaman 189.