Shahifah Sajjadiyah Tangga Meraih Ma’arif Ahlul Bait as
Shahifah Sajjadiyah disebut sebagai tangga menuju ma’arif Ahlul Bait as yang mengajarkan kepada manusia bagaimana memperkuat hubungan dengan Tuhan dalam menghadapi problema kehidupan.
25 Muharram adalah hari syahadah Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad as. Beliau meninggalkan dua peninggalan penting, bukan hanya untuk kaum Syiah, namun juga untuk dunia Islam dan umat manusia, yaitu Shahifah Sajjadiyah dan Risalah Huquq. Dua peninggalan tersebut banyak dimanfaatkan oleh kaum cendikiawan dan penyeru kemerdekaan di dunia. Dalam dua warisan ini, Imam Ali Zainal Abidin mengajarkan model lifestyle dan bagaimana untuk hidup kepada kaum Syiah selama berabad-abad.
Shahifah Sajjadiyah dikenal sebagai warisan tertulis paling penting yang dimiliki oleh kaum Syiah setelah Al-Quran dan Nahjul Balaghah yang sering disebut sebagai saudari Al-Quran dan Injil Ahlul Bait as.
Dengan bahasa doa, Imam Ali Zainal Abidin memaparkan berbagai ma’arif keagamaan seperti teologi, kosmologi, antropologi, malaikat, risalah para nabi, kedudukan Nabi Muhammad saw dan Ahlul Bait as, peringatan hari-hari besar, permasalahan sosial dan ekonomi, petunjuk-petunjuk historis, akhlak mulia dan tercela, adab dalam berdoa, membaca Al-Quran, berzikir, shalat dan beribadah.
Imam Khomeini dalam wasiat politik ilahiahnya menyebut Shahifah Sajjadiyah sebagai contoh sempurna Al-Quran Shaid (Al-Quran yang naik, yaitu doa dari bawah yang naik ke atas). Shahifah Sajjadiyah, menurut beliau adalah munajat irfan terbesar di haribaan Sang Pencipta. Shahifah Sajjadiyah adalah kitab ilahi yang bersumber dari nurullah (cahaya Ilahi) dan mengajarkan metode suluk para wali besar dan washi agung kepada orang-orang yang ingin berkhalwat di haribaan-Nya.
Shahifah Sajjadiyah terdiri dari 54 doa dengan rincian sebagai berikut:
Doa ke-1 – 5 tentang pujian kepada Allah swt, shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, shalawat kepada para pembawa arasy dan malaikat muqarrab, shalawat/doa kepada orang-orang yang mengimani para nabi, dan doa Imam Sajjad untuk dirinya dan orang-orang terdekatnya.
Doa ke-6 adalah doa beliau di waktu pagi dan petang.
Doa ke-7 di saat menghadapi cobaan yang berat atau ketika datang kemalangan dan kesulitan.
Doa ke-8 dalam berlindung kepada Allah swt dari hal-hal yang dibenci dan akhlak buruk atau perilaku tercela.
Doa ke-9 dalam kerinduan terhadap ampunan Allah swt.
Doa ke-10 dalam berlindung kepada Allah swt.
Doa ke-11 – 19 dalam memohon husnul khatimah, pengakuan dosa dan permohonan taubat, menyampaikan permohonan untuk dipenuhi segala hajat/kebutuhan, mengadukan atau menuntut keadilan dari orang-orang zalim, doa ketika sakit atau dalam kesusahan dan kesulitan, doa memohon penghapusan dosa dan maaf atas kesalahan, doa ketika ingat setan dan berlindung dari tipu dayanya, doa ketika bencana ditolakkan dan keinginan disegerakan, dan doa memohon hujan setelah kemarau panjang.
Doa ke-20 dikenal dengan makarim akhlak dan perilaku yang diridhai Allah swt.
Doa ke-21 – 25 mencakup doa ketika terjadi peristiwa yang menyedihkan, doa dalam kesulitan dan penderitaan, doa untuk keselamatan atau kesehatan, doa untuk kedua orang tua, dan doa beliau untuk anak-anaknya.
Doa ke-26 – 35 terdiri dari doa untuk para tetangga dan sahabat ketika mengingat mereka, para penjaga perbatasan (pejuang di medan perang), doa dalam berserah diri kepada Allah swt, doa ketika dalam keadaan rezeki yang sempit, doa untuk melunasi piutang, doa taubat, doa selepas shalat malam dalam pengakuan dosa, doa memohon pilihan kebaikan (istikharah), doa ketika dalam ujian atau melihat orang yang diuji dengan dosa, dan doa dalam keridhaan terhadap qadha atau ketentuan-Nya saat melihat pencinta dunia.
Doa ke-36 ketika melihat awan dan kilat serta mendengar suar petir.
Doa ke-37 – 40 terdiri dari doa ketika kurang bersyukur, memohon ampunan dari Yang Maha Haq, memohon pemaafan dan doa ketika mengingat kematian.
Doa ke-41 – 49 tentang permohonan ditutupi segala aib, doa khataman Al-Quran, ketika melihat hilal, saat bulan Ramadhan tiba, doa perpisahan dengan bulan suci Ramadhan, doa hari Idul Fitri dan hari Jumat, hari Arafah, Idul Adha dan hari Jumat, dan doa menolak muslihat musuh.
Doa ke-50 – 54 berkaitan dengan ketakutan kepada Yang Maha Haq, khusyu’ dan khudhu’ di hadapan Tuhan, merintih dan kontinyu dalam memohon kepada Allah swt, menampakkan kerendahan diri di hadapan-Nya dan doa dalam mengangkat kesedihan.
Shahifah Sajjadiyah juga disebut sebagai sumber sebagian besar budaya keagamaan murni dalam bacaan para imam suci as terhadap Islam. Akhlak, penyucian dan pendidikan jiwa, kecintaan kepada Tuhan, kaum mukminin, dan seluruh manusia memiliki kedudukan yang tinggi dalam Shahifah Sajjadiyah. Sangat disayangkan sekali, kitab yang sangat berharga dan berisikan cahaya ini masih belum banyak dikenal dan ma’arif Ilahi masih belum terbuka untuk semua orang.
Imam Ali Zainal Abidin as yang memikul imamah pasca tragedi Asyura menjadi imam kaum Syiah selama 34 tahun. Masa imamah beliau merupakan masa yang luar biasa sulit bagi Ahlul Bait as, sebagaimana masa Imam Ali bin Abi Thalib as yang harus berdiam diri di rumah selama 25 tahun.
Dalam berbagai riwayat sejarah disebutkan bahwa masyarakat pada masa itu tidak lagi memiliki urusan atau kepedulian, baik sosial atau politik dengan Ahlul Bait. Dengan kata lain, mereka menjaga jarak dan bahkan menjauhi Ahlul Bait as. Tidak ada lagi yang berurusan dengan Ahlul Bait, kecuali hanya beberapa gelintir saja seperti Abu Khalid Kabuli, Abu Hamzah Tsumali, Said bin Musayyab, dan Yahya Ummu Thawil. Imam Sajjad as sendiri menyatakan bahwa orang yang mencintai Ahlul Bait di Mekkah dan Madinah saat itu tidak lebih dari 20 orang. Dalam buku Manusia 250 Tahun yang merupakan kumpulan orasi Imam Khamenei disebutkan bahwa sebagian peristiwa yang luar biasa aneh terjadi di Mekkah dan Madinah. Penduduk di dua kota tersebut tidak lagi merasa butuh kepada Ahlul Bait. Mereka hanya mencari kesenangan materi dan tenggelam dalam hiruk pikuk duniawi.
Imam Sajjad as, selama 34 tahun ini mempersiapkan lahan untuk madrasah ilmu-ilmu Ahlul Bait as. Imam Baqir dan Imam Shadiq as menjadi pelanjut gerakan ilmiah beliau. Beliau menjelaskan berbagai ma’arif dalam bingkai doa. Sebagian mengira bahwa Shahifah Sajjadiyah hanya kitab doa semata, padahal ia adalah kitab irfan, kitab politik, kitab hikmah, kitab akhlak dan kitab kehidupan.
Shahifah Sajjadiyah inti sari pemikiran Ahlul Bait as
Shahifah Sajjadiyah disebut saudari Al-Quran dikarenakan kitab ini, setelah Al-Quran dan Nahjul Balaghah berasal dari seorang maksum, artinya ma’arif Al-Quran dan juga keindahan penuh hikmah ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as dapat dirasakan di dalamnya. Imam Khamenei mengatakan bahwa kitab ini adalah inti sari pemikiran Ahlul Bait as, artinya bila kita ingin menyarikan pemikiran 14 orang maksum, maka kita harus mentelaah Shahifah Sajjadiyah dengan baik.
Kitab ini dianggap sangat penting oleh para imam maksum as. Dalam mukadimah Shahifah Sajjadiyah, dinukil dari Imam Shadiq as, “Ini adalah tulisan tangan ayahku, yaitu Imam Baqir as yang diimla oleh datukku, Imam Sajjad as dan saat itu aku berada di sana.”
Sangat disayangkan sekali, kitab ini menjadi mahjur (kurang mendapat perhatian) di antara kita, bahkan sebagian kaum Syiah sendiri tidak akrab atau bahkan tidak mengenalnya. Keindahan dan kapasitas kitab ini belum diketahui secara umum. Barangsiapa yang mengenal kitab ini dengan segala bentuknya maka ia akan menemukan ma’arifnya, seperti Islamolog Jerman Annemarie Schimmel atau filsuf Amerika William C. Chittick yang juga menerjemahkan Shahifah Sajjadiyah ke dalam bahasa Inggris dengan indah.
Ketika orang-orang Barat ingin mengenal Islam, biasanya mereka menghadapi kenyataan sejarah dan kekerasan Islam, sementara Shahifah Sajjadiyah adalah dimensi internal Islam. Orang yang akrab dengan kitab ini akan meraih seluruh keindahan Islam. Oleh karena itu, mereka yang bahkan bukan muslim, ketika sampai pada kitab ini akan menghargai dan menghormati kitab ini.
Shahifah Sajjadiyah kitab komprehensif untuk tuntunan bagaimana hidup
Sejak pertama kali virus corona merebak di seluruh dunia, Imam Ali Khamenei telah menganjurkan untuk membaca doa ke-7 Shahifah Sajjadiyah. Oleh karena itu, ketika kita melihat doa-doa Shahifah Sajjadiyah kita menghadapi beberapa fitur atau doa ke-15, yaitu doa keselamatan atau doa ke-22, yaitu doa kesehatan. Bila tiga doa ini kita telaah, kita akan menyadari bahwa doa-doa Imam Sajjad as ini sangat tepat untuk masa sekarang ini.
Shahifah Sajjadiyah dapat disebut sebagai kitab komprehensif untuk bagaimana harus hidup karena memaparkan lifestyle. Manusia memiliki 4 koneksi; dengan Tuhan, dengan alam, dengan sesama manusia, dan dengan dirinya sendiri. Imam Sajjad as menjelaskan 4 koneksi ini dengan sangat indah. Misalnya koneksi dengan Tuhan ditunjukkan dalam doa pertama yang mencakup pujian kepada-Nya.
Koneksi dengan yang lain disebutkan dalam Shahifah Sajjadiyah dalam bentuk koneksi dengan malaikat hingga tetangga, kedua orang tua, dan anak. Koneksi dengan alam juga dijelaskan dalam beberapa doa terkait masalah alam, seperti memohon hujan saat musim kemarau/kekeringan atau saat melihat hilal atau ketika mendengar suara petir. Doa untuk diri sendiri adalah koneksi dengan diri yang disebutkan dalam doa ke-5. Dengan bantuan Shahifah Sajjadiyah, kewajiban hidup yang kita pikul dapat kita tunaikan dengan baik.
Shahifah Sajjadiyah tangga mencapai ma’arif Ahlul Bait as
Shahifah Sajjadiyah adalah sebuah kitab yang luar biasa untuk bagaimana hidup. Kita harus memiliki pengenalan atau keakraban dengannya. Bila kita ingin meraih ma’arif Ahlul Bait as, Shahifah Sajjadiyah adalah tangga langit yang lengkap dalam seluruh dimensi kehidupan manusia, mulai urusan hutang piutang, penyakit, kematian, permohonan ampunan dari Tuhan dan permasalahan lain.
Doa adalah sebaik-baik kondisi manusia untuk berkoneksi dengan Tuhan. Ketika kita melihat daftar isi Shahifah Sajjadiyah, kita akan menyadari bahwa Imam Sajjad as sedang mengajarkan kepada kita bahwa dalam berbagai permasalahan dan problematika kehidupan bagaimana kita memperkuat koneksi kita dengan Tuhan. Seperti itulah kitab Shahifah Sajjadiyah meski diletakkan di sisi orang non muslim. Meskipun semua agama mengajarkan bagaimana bermunajat kepada Tuhan, namun jenis ungkapan Imam Sajjad as dalam kitab ini sungguh disampaikan dengan luar biasa, karena ilmu imam bersambung dengan ilmu Tuhan dan beliau mengenal-Nya dengan sangat baik serta mengajarkan kepada kita bagaimana berbicara kepada Tuhan.
Imam Sajjad as yang secara langsung menyaksikan tragedi Karbala dan penawanan Ahlul Bait as, selama 34 tahun berbicara kepada Tuhannya dan tidak pernah mengeluh karena dari awal hingga akhir Shahifah Sajjadiyah semuanya berisi pujian kepada Allah swt. Oleh karena itu, bila ada kesulitan di dunia maka dikarenakan kita sendiri.
Bila kita melihat dunia dengan kacamata Shahifah Sajjadiyah, kita akan melihat segala sesuatu berada pada tempatnya masing-masing dan dengan bentuk terbaiknya. Karena sistem penciptaan adalah sebuah sistem terbaik. Tuhan yang menciptakannya dengan sistem terbaik, semuanya ditempatkan pada tempatnya masing-masing. Ada argumentasi keteraturan di dunia. Segala kekurangan dan ketidakteraturan adalah ulah dari manusia itu sendiri yang tidak menempatkan pada tempat semestinya dan melihat dunia dari sudut pandang yang tidak tepat. Dengan Shahifah Sajjadiyah ini, Imam Sajjad as ingin memberikan view yang luas dan komprehensif terkait alam semesta kepada kita. Maka seorang manusia dengan Shahifah Sajjadiyah akan meraih ontologi yang kuat.
Imam Sajjad as lahir pada tahun 38 H di Madinah. Beliau mengemban imamah setelah syahadah Imam Husain as pada Muharram 61 H dalam usia 23 tahun. Kepemimpinan kaum Syiah beliau emban dalam situasi dan kondisi yang paling berat dalam sejarah Islam selama 34 tahun sepanjang 57 tahun dari usia beliau yang penuh berkah.
*Hujjatul Islam Mohammad Reza Fuadian (Deputi Bidang Penelitian Ilmiah Hanif Institute, Iran)