Short Crouse Mahdawiyat ke 10; Sebab-sebab kegaiban Imam Mahdi as
Saat kita mengetahui sebab-sebab kegaiban Imam Mahdi as maka kita akan bisa berupaya mempercepat kemunculan beliau. Kegaiban Imam Mahdi as adalah salah satu dari rahasia-rahasia Allah Swt. Seseorang bertanya kepada Imam Jakfar Sadiq as tentang alasan kegaiban Imam Mahdi as, beliau menjawab, “alasan kegaiban itu tidak diizinkan kepada kita untuk membukanya.” Kemudian beliau melanjutkan, “sesungguhnya Ini adalah salah satu dari rahasia Allah Swt.”
Dengan demikian hal-hal yang disampaikan terkait dengan alasan kegaiban Imam Mahdi as pada dasarnya bukan alasan asli, namun merupakan bagian dari hikmah kegaiban Imam dan tidak bisa kita mengetahui lebih jauh dari sebab aslinya.
Saat kita mengetahui bahwa alasan kegaiban adalah rahasia Allah, pastinya kita mengetahui bahwa kegaiban itu adalah sesuatu yang metafisik, kehendak Allah Swt lah yang menentukan manusia untuk beberapa saat harus terhalangi dari kehadiran Imam.
Adapun sebab-sebab kegaiban Imam yang disebutkan sebagaimana dijelaskan oleh beberapa riwayat adalah:
- Khawatir akan terbunuhnya Imam Mahdi as.
Para pembenci madzhab Ahlulbait menjadikan alasan pertama ini sebagai bahan olok-olok. Mereka mengatakan aneh sekali Imam orang Syiah gaib karena takut terbunuh. Bahkan mereka menulis buku bahwa Imam orang Syiah seorang Imam yang penakut.
Tentunya ini tidak benar, Imam Mahdi as gaib dan tidak hadir agar jiwa beliau terlindungi bukan karena ketakutan kepada kematian, tidakkah beliau dari keturunan Aba Abdillah as? Beliau berasal dari keluarga yang dari susu mereka mengalir keberanian dan syahadah yang tidak pernah gentar terhadap kematian.
Keluarga ini adalah personifikasi utuh dari ayat, “ Janganlah kalian mengira bahwa mereka yang gugur di jalan Allah itu mati, justru mereka hidup dalam keadaan diberi rizki di sisi tuhan mereka, mereka bahagia dengan apa yang sudah dikaruniakan Allah Swt.”
Jiwa Imam Mahdi as harus terjaga. Tujuannya agar target Allah Swt dalam pemberian Syariat dan kemenangan Islam terhadap seluruh agama di dunia bisa terwujud. Tujuan itu akan gagal jika Imam terancam dan terbunuh. Bukan karena Imam takut akan kematian. Akan tetapi agar kandungan ayat ke 5 dari surat Al-Qashash dapat terialisasi. Di mana Allah Swt berjanji akan memberi anugerah kepada para kaum tertindas yaitu simpanan Allah untuk memimpin dunia. Imam adalah simpanan dan cadangan Allah Swt. Dan simpanan dan cadangan ini haruslah terjaga.
Sebagaimana ketakutan yang terjadi pada Nabi Musa as saat tukang sihir melemparkan tali-tali, beliau bukan takut pada ular. Sebagian ahli tafsir memaknai bahwa ketakutan itu disebabkan saat manusia melihat tukang-tukang sihir yang mampu mengubah tali-temali menjadi ular dianggap sebagai kebenaran sehingga mereka berpaling dari agama Nabi Musa as.
Pada dasarnya ketakutan ada 2 ada; ketakutan yang terpuji seperti saat kita memakai masker saat ada virus, ini ketakutan yang logis. Ada juga ketakutan yang tercela seperti ketakutan akan kegelapan atau kecuak. Pastinya ketakutan Imam adalah ketakutan yang terpuji, bahkan ketakutan Imam adalah kecerdikan dan kejeniusan.
- Sebuah peringatan
Di dalam riwayat dari Imam Shadiq as disebutkan, “Jika Allah Swt murka maka Allah akan mencegah kami untuk mendekati dan berbaur dengan mereka. Jadi Imam ada tetapi Allah Swt murka dan tidak memberikan rahmat itu kepada kita. Dalam doa kumail disebutkan, “Ya Allah ampunilah dosa-dosaku yang mengubah kenikmatan.” Bahkan di dalam ayat Al-Quran sebagian menyebutkan, Allah Swt akan menyempurnakan kenikmatan dzahir dan batin dengan adanya Imam yang gaib. Keberadaan Imam adalah sebuah nikmat, saat manusia berbuat dosa maka kenikmatan itu akan ditiadakan. Dalam ayat Al-Quran disebutkan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah sebuah kaum sampai mereka mengubah diri mereka masing-masing.”
- Memberikan pembelajaran dan meningkatkan perkembangan manusia
Poin ini jika kita berikan contoh seperti warga yang sudah menghancurkan dan mematikan lampu di sebuah gang berkali-kali, lampu pertama, kedua dan seterusnya. Sehingga untuk memberikan pelajaran dan pendidikan pada mereka, dibiarkanlah gang-gang tersebut dengan kondisi gelap gulita agar mereka mengetahui nikmat dan perlunya keberadaan lampu di tempat mereka.
Pemerintah kota mungkin akan merasa jengkel karena beberapa kali fasilitas yang sebenarnya dinikmati oleh warga dirusak oleh mereka sendiri. Sehingga mereka ingin memberikan pembelajaran kepada generasi atau warga-warga selanjutnya, memahami dan mengetahui akan pentingnya sebuah penerangan.
Dari dimensi yang pertama menjelaskan urgensi dan pentingnya keberadaan seorang Imam. Dan dimensi selanjutnya agar manusia membenahi dirinya dan meningkatkan kualitas kemampuannya. Dengan kata lain, mereka yang awalnya menjadi musuh Imam berubah menjadi para penolong dan pembantu Imam nantinya. Jika kesiapan mental dan spiritual sudah ada pastinya Imam akan segera muncul.
- Mempersiapkan para pendukung dan penolong Imam di masa munculnya kelak
Setiap revolusi yang digagas perlu adanya para pendukung. Ada sebuah riwayat yang begitu terkenal di mana ada sahabat Imam yang berharap agar Imam bangkit karena punya ratusan ribu pengikut, akan tetapi Imam menjawab, “Mereka bukanlah pengikut sejati yang bisa mendukung kami para Imam.”
- Agar seluruh masyarakat dalam seluruh dimensinya merasa perlu dan membutuhkan keberadaan Imam
Saat dimana manusia sudah tidak bisa berpegangan kepada apapun dan siapapun kecuali kepada Imam. Jika Kebutuhan terhadap Imam ada di tengah-tengah masyarakat, maka beliau pasti akan muncul.
Dan sebenarnya masih ada beberapa penyebab lain dari kegaiban Imam yang tidak terlalu urgen untuk disebutkan.
Sekarang bagaimana cara kita mempercepat kemunculan Al-Mahdi as? caranya adalah menghilangkan penyebab-penyebab kegaiban di atas. Seperti contohnya ketika seorang ayah pergi dari rumah dan kita ingin membuat dia kembali, caranya adalah dengan menghilangkan penyebab kepergiannya.
Sedangkan pembahasan selanjutnya adalah tanda-tanda kemunculan Al-Mahdi as dan syarat-syaratnya. Tanda-tanda berguna agar asa dan harapan menuju munculnya Imam tetap terjaga dan semakin besar. Seperti contoh ketika kita akan berziarah ke Masyhad kita menemukan tanda-tanda dan banner-banner penunjuk jalan ke Masyhad. Adapun syarat-syarat kemunculan Imam maksudnya adalah dhuhur tidak akan terjadi jika hal-hal ini tidak ada.
Apa saja tanda-tanda dan syarat-syarat dzuhur?
Tanda-tanda kemunculan Al-Mahdi as merupakan pembahasan yang panjang dan luas. Minimal ada 50 tanda yang diperselisihkan oleh para ulama. Penyebab perbedaan adalah sebagian dari mereka menganggap bahwa tanda-tanda kiamat sebagai tanda-tanda kemunculan Al-Mahdi as. Terkait tanda-tanda itu ada yang sangat terkenal ada yang tidak, ada yang pasti dan ada yang tidak.
Manfaat adanya tanda-tanda ini untuk memberikan peringatan kepada musuh-musuh Ahlubait untuk tidak memusuhi. Dengan kata lain ini sebuah bentuk penyempurnaan hujjah dan dalil dari Allah. Manfaat selanjutnya adanya alamat dan tanda ini agar tetap memupuk semangat dan harapan kita kalau kita berada di jalan penantian yang benar.
Jenis tanda-tanda dhuhur ada 2, tanda-tanda yang pasti dan yang tidak pasti. Tanda-tanda pasti adalah yang begitu ditekankan oleh Imam dengan sumpah seperti pemberontakan Sufyani di negri Syam, teriakan dilangit, dan amblasnya daerah Baidho’, terbunuhnya Nafs Zakiyah di Masjidil haram serta pemberontakan Yamani. Sedangkan tanda-tanda yang lain adalah tanda-tanda yang tidak pasti.
Ada sebuah kajian di antara para ulama yaitu apakah semua tanda-tanda itu harus terjadi? Maka yang benar adalah tidak harus semuanya terjadi. Karena tanda hanyalah sebuah tanda. Tanpanya dzuhur dan kemunculan Imam akan terjadi. Seperti contoh saat kita sudah berada di rute menuju Masyhad, kalau petunjuk jalan atau banner terbuang apakah jarak ke masyhad akan semakin jauh? Atau akan berubah? Tentunya tidak demikian. Bisa jadi kita kebingungan tapi rute dan perjalanan tetap ada. Jadi tanpa adanya tanda-tanda tidak membahayakan.
Akan tetapi perlu dijelaskan di sini sebuah keyakinan mazhab kita terkait dengan Bada’ yang ada kaitannya dengan masalah ini. Bada’ adalah sesuatu yang seharusnya terjadi karena satu dan lain hal berubah dan tidak terjadi. Orang yang seharusnya terkena azab namun karena taubat atau doa baik dari orang lain azab tersebut tidak terjadi atau karena sedekah.
Masalah kemunculan Imam begitu erat dengan masalah ini. Dzuhur dan kemunculan Imam bukan masalah yang pasti terjadi di waktu tertentu dan tak peduli dengan apapun juga. Justru kemunculan Imam bergantung dengan amal perbuatan kita. Cepat atau lambat tergantung amal ibadah yang kita lakukan.
Itu sebabnya kemunculan Imam terlihat dekat bagi kita karena ada kemungkinan Bada’ terjadi segala rintangan terangkat dan lenyap sedangkan mereka melihat tidak demikian dzuhur begitu jauh.
Oleh karena itu kita dilarang untuk menentukan kapan dan waktu kemunculan Imam. Di dalam riwayat disebut dusta dan bohong orang yang melakukan itu.
Ayatollah Kalbasi di Isfahan beliau ketika mutholaah selalu menyiapkan pedang atau senjatanya di atas kepalanya. Saat dia tertidur selalu bertanya apakah Imam sudah muncul. Orang-orang semacam beliau selalu menanti detik-detik karena memang bisa jadi ada Bada’. Sebagaimana Riwayat menjelaskan persiapannya bisa dilakukan dalam semalam saja.
Ada sebuah riwayat di dalam kitab al-Kafi yang penting untuk diketahui. Imam Shadiq as bersabda, “Sesungguhnya pemerintahan Ahlul bait as sudah bisa terbentuk di tahun 70 Hijriyah.” Artinya 9 tahun setelah tragedi Karbala. Pemerintahan akan berada di tangan Imam Husin as tetapi Imam terbunuh. Jadi karena ulah manusia sendiri.
Soal selanjutnya apakah Bada’ akan terjadi di tanda-tanda kemunculan Imam yang pasti?
Di sini ada dua pendapat; yang pertama Bada’ bisa terjadi di semua tanda-tanda. Bada’ tidak akan terjadi pada dzuhur itu sendiri mengingat itu janji Allah yang sudah pasti dan tidak akan berubah.
Pendapat kedua mengatakan, bahwa tanda yang pasti tidak mungkin terjadi bada’.
Adapun syarat-syarat dzuhur adalah sebagai berikut:
- Keberadaan sang Imam.
- Keberadaan Undang-undang dan hukum (yaitu al-Quran).
- Keberadaan Pendukung.
- Penerimaan mutlak dari masyarakat dan beliau tidak ditentang.
Poin terakhir yang perlu disampaikan dua syarat pertama di tangan Allah Swt sedangkan dua syarat berikutnya ada di tangan manusia.
Div Perempuan Ikmal bekerjasama dengan bagian short coures Jamiah Al Musthafa mengadakan Short Ccourese Mahdawiyat