Taubat Pemuda Pencuri Kain Kafan (Bagian Kedua)
Pemuda itu mengulang-ulang doa tersebut sampai empat puluh hari empat puluh malam. Sampai-sampai keadaannya membuat binatang-binatang buas yang berkeliling di tempat itu pun ikut menangis melihat keadaan pemuda.
Setelah menjalani empat puluh hari penuh dalam keadaan seperti itu, ia mengatakan seperti ini: Ya Allah, apa yang Engkau lakukan berkaitan dengan hajatku dan jika Engkau mengabulkan doaku dan mengampuni kesalahanku maka aku akan kembali kepada Nabi-Mu dan jika Engkau tidak mengabulkan doaku dan tidak mengampuni dosa dan kesalahanku dan Engkau ingin menyiksaku maka segerakanlah menurunkan api yang membakarku atau siksaan dunia yang menghancurkanku, tetapi sebagai gantinya selamatkanlah aku dari aib pada hari kiamat.
Kemudian Allah Swt menurunkan ayat ini kepada Rasul-Nya:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,” yaitu ia melakukan dosa yang lebih besar daripada zina dan membongkar kuburan dan mengambil kafan, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, lalu ia ingat Allah dan beristigfar atas dosanya, yakni ia takut kepada Allah Swt dan segera bertaubat, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Allah Swt kemudian berkata: Telah datang kepadamu wahai muhammad seorang hamba-Ku yang dalam keadaan bertaubat yang sebelumnya ia telah kau usir. Maka kemana ia hendak menuju; kemana ia hendak pergi, kemana ia hendak bertanya dan siapakah yang mengampuni dosanya selain Aku. Kemudian Allah Swt berkata, Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.[1] Yakni ia menyesal serta tidak mengulang kembali atas dosanya, yaitu zina dan mengambil kafan. Dan balasannya adalah ampunan dari Tuhannya dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sunga, dimana mereka selalu berada di surga dan dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal[2]
Saat ayat ini turun, Rasulullah saw keluar dalam keadaan tersenyum dengan membacakan ayat tersebut. Kemudian beliau saw mengatakan kepada para sahabatnya, siapa yang bisa membawa aku kepada pemuda yang bertaubat tersebut?
Mu’ad berkata: Ya Rasulullah, aku mendengar ia berada di puncak gunung. Kemudian Rasululllah saw ditemani sahabat-sahabatnya berusaha menemui pemuda itu di puncak gunung. Rasulullah saw mencari pemuda itu. Lalu Rasulullah pun melihat pemuda itu. Beliau melihat pemuda itu di antara batu besar. Ia berdiri di situ sambil meletakkan kedua tangannya di lehernya. Karena sering terkena sinar matahari maka wajahnya menghitam dan bola matanya karena sering menangis nyaris tertutup.
Kemudian pemuda itu berdoa demikian: Wahai Junjunganku, Engkau telah memperbagus rupaku dan memperbaiki bentukku. Maka apa yang Engkau harapkan dariku; apakah Engkau akan membakar aku di neraka atau di haribaan-Mu Engkau menenteramkan aku. Ya Allah, Engkau telah banyak berbuat baik kepadaku; Engkau telah memberi pelbagai nikmat kepadaku maka bagaimana akhir kehidupanku? Apakah engkau akan menggiring aku ke dalam surga atau kepada neraka? Ya Allah, sesungguhnya bila kesalahan dan dosaku lebih besar daripada langit dan bumi dan daripada kursi-Mu yang luas dan arsy-Mu yang agung maka Engkau berkuasa untuk mengampuni kesalahanku atau Engkau akan membongkar aibku pada hari kiamat.
Kemudian dalam keadaan munajat seperti itu, pemuda tersebut tersungkur di tanah dan binatang-binatang buas padang pasir berada di sekelilingnya dan di dekat kepalanya dalam keadaan berbaris menangisi pemuda itu.
Rasulullah saw mendekati pemuda itu. Kemudian beliau saw membuka tangannya yang diletakkan di lehernya itu dan mengusap debu yang berada di kepalanya sambil berkata: Aku sampaikan berita gembira kepadamu wahai Buhlul bahwa Allah Swt telah membebaskanmu dari api neraka. Kemudian beliau menoleh ke arah para sahabat sambil mengatakan: Hendaklah kalian bertobat dari dosa kalian sebagaimana yang dilakukan Buhlul.
Taubatnya Nabi Dawud
Adapun taubatnya para nabi maka cukuplah Anda memperhatikan riwayat yang menceritakan taubatnya Nabi Dawud alaihi salam. Diriwayatkan bahwa ketika beliau mengetahui setelah turunnya dua malaikat untuk memperingatkan beliau maka beliau selama empat puluh puluh hari bersujud dan tidak mengangkat kepalanya dari sujud kecuali untuk suatu keperluan dan salat. Dan selama empat puluh hari ini, beliau tidak makan dan tidak minum dan seluruh waktunya dihabiskan dalam tangisan. Begitu banyaknya tangisan itu sehingga dari matanya mengalirlah air yang menggenangi di sekitarnya. Bahkan di dekat kepalanya tumbuhlah tanaman-tanaman dari air matanya itu. Nabi Dawud dalam seluruh waktunya selalu memanggil Allah Swt dan menyerunya dengan lisan yang berasal dari hati yang hancur dan terbakar. Beliau bertaubat dengan sungguh-sungguh dan di antara munajat yang diucapkannya adalah: Mahasuci Allah, Pencipta cahaya. Dahi terluka karena panjangnya sujud dan air mata pun telah habis tertumpah dan kedua kaki pun memar. Dalam keadaan seperti ini, aku terluka sehingga kedua lututku terasa melekat dengan kulitku.
Kemudian datanglah suara yang menyeru: Wahai Dawud, bila engkau lapar Aku akan memberimu makanan. Apakah engkau haus sehinggga Aku beri minum? Apakah engkau teraniaya sehingga Aku menolongmu, tetapi Dawud tidak pernah menyebutkan nama dari dosanya. Nabi Dawud berteriak sambil berkata, ada dosa yang ingin aku ucapkan yang telah aku lakukan. Ada suara yang menyeru: Angkatlah kepalamu dari sujud sehingga Aku mengampunimu. Dawud tetap tidak mau mengangkat kepalanya sehingga jibril pun datang lalu kepalanya pun diangkatnya. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa setelah diterimanya taubatnya, lagi-lagi beliau menangisi dosanya dimana saking hebatnya tangisan dan teriakannya sehingga orang-orang yang mendengarnya pun mati dan beliau pun berkali-kali jatuh pingsan.[1]
[1] Bihar al Anwar 14/28.
[1] QS. Ali Imran: 135.
[2] QS. Ali Imran: 136.