Thaharah Sebagai Sebuah Penjagaan Allah bagi Hamba-Nya
Thaharah berasal dari thahru, sebuah masdar dalam bahasa arab. Perbedaan masdar dan isim masdar dapat ditilik dari maknanya dimana masdar adalah pernyataan yang bermakna proses terjadinya suatu perbuatan. Sedangkan isim masdar adalah hasil dari perbuatan yang dilakukan. Jadi yang satu tertuju pada prosesnya sedang satunya lagi pada hasilnya. Thaharah adalah proses pensucian baik dengan mandi, wudu, atau dengan tayamum juga pensucian benda dari benda najis yang menempel. Jadi baik dengan mandi, wudu atau dengan tayamum seorang mukalaf bisa melakukan ibadah yang memiliki syarat wudu. Tentu ada sarat dan ketentuan yang berlaku pada masing-masing proses pensucian ini.
Pada saat thaharah ini dicetuskan dan diperintahkan kepada umat Islam. Ternyata negara-negara maju seperti Eropa, Jepang, dan negara-negara barat yang lain masih bergelimang dengan hal-hal kotor. Semestinya thaharah bisa menjadi dasar pengukuhan dasar sebuah peradaban besar.
Perintah untuk bersuci ini sebenarnya sebuah loncatan peradaban, sebuah permulaan namun tidak ada kesinambungan hingga beberapa dekade. Terputus beberapa lama setelah kepergian Nabi Muhammad saaw. Perusakan citra islam oleh oknum muslimin pecinta dan rakus kekuasaan cukup berpengaruh didalamnya. Mencitrakan bahwa Islam adalah agama penganut kekerasan dan memperkenalkan bahwa Islam adalah agama yang dibangun dengan darah dan pedang. Efek ini masih terasa di negara-negara yang dulu diserang di Eropa. Negara yang pernah masuk islam secara terpaksa dan akhirnya penduduknya kembali lagi ke agama-agama yang sebelumnya dianut.
Andai oknum perusak citra Islam tidak berulah niscaya perkembangan dan tahun-tahun keemasan Islam pasti berlanjut. Islam dimasa sekarang pasti jauh melejit dan diterima oleh semua kalangan tanpa ada yang bisa membantah sedikitpun. Namun hawa nafsu terhadap uang, kekuasaan, wanita sering kali mampu menekuk lutut orang-orang yang lalai.
Thaharah secara bahasa berarti mensucikan dari kotoran jasadiah maupun kotoran batiniah. Dalam ajaran Islam setidaknya tiga kali ada perintah untuk melakukan thaharah, yakni sebelum melaksanakan ibadah salat lima waktu. Thaharah batiniah yang mensyaratkan adanya thaharah jasadiah.
Kombinasi pensucian lahir dan batin ini jelas sangat berharga. Penjagaan manusia secara utuh, menjaga manusia secara jasadi maupun ruhani. Lebih-lebih lagi dua proses ini dilakukan sebagai muqadimah wajib sebelum melakukan perjalanan ruhani bercengkrama dengan Zat Maha Agung. Benar-benar lengkap sebagai sebuah healing methode. Penyembuhan dari berbagai hal yang merugikan manusia. Terapi yang di masa-masa sekarang dipergunakan sebagai cara ampuh untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
Penjagaan Allah melalui aturan-aturan sunah maupun wajib ini semestinya bisa memberikan rasa aman. Dan rasa aman dan percaya diri adalah modal besar pada proses pencegahan masuknya penyakit atau dalam sebuah proses penyembuhan.
Kita tahu bahwa hukumnya sunah untuk memiliki wudu setiap saat. Jadi berwudu tidak hanya ketika akan beribadah salat semata tapi setiap saat. Dengan demikian seorang hamba menjadi terjaga setiap saat.
Dalam ayat seputar haid dapat kita pahami bagaimana Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan.
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[1] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[2]. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.[3]
Sel telur yang tidak dibuahi itu rusak, dimana jika tidak dibuang keluar maka akan mengganggu kesehatan kaum wanita. Allah telah menyiapkan haid sebagai sebuah sarana menjaga kaum hawa dari efek buruk keberadaan kotoran ini di dalam tubuh.
Bukan hanya kaum hawa yang dijaga. Bahkan kaum adam pun mendapat penjagaan ini. Allah swt. Melarang para suami dari menggauli istri ketika sedang datang bulan. Hal ini demi kesehatan kaum pria itu sendiri. Agar tidak terjangkiti penyakit karena kotoran yang ada pada istri tersebut.
Ketika sudah selesai masa haid pun, kaum hawa disuruh membersihkan diri secara jasadi dan juga membersihkan diri secara ruhi. Bukan hanya mencuci tapi juga diwajibkan mandi. Tanpa mandi atau pengganti mandi (pada kondisi tertentu seperti sakit dll) maka amal ibadahnya tidak sah.
Perhatian Alquran terhadap alat bersuci pun tidak sedikit. Pada beberapa ayat muncul penjelasan bahwa air hujan itu suci dan mensucikan (ماء طهورا)[4]. Dan kami turunkan air untuk mensucikan kalian dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan dari setan.[5]
Bahkan disini juga ditegaskan bahwa dengan pensucian tersebut dapat menghilangkan gangguan-gangguan setan. Salah satu bentuk pensucian batin. Melindungi manusia secara lahiriah.
Aturan-aturan agama Islam untuk melakukan thaharah adalah sebuah keberkahan dan nikmat dari Allah swt. Bentuk dari Rahman dan RahimNya kepada umat manusia. Karunia yang layak disyukuri dan ditaati karena sangat besar manfaatnya. Berguna bagi urusan lahiriah maupun batiniah.
[1] Ketika mereka sedang haidh tidak berhubungan suami istri dengannya.
[2] Ada dua pendapat ada yang mengatakan sebelum mereka mandi suci, ada yang berpendapat sebelum darah berhenti maka dilarang mencampuri mereka.
[3] Albaqarah: 222.
[4] Alfurqan: 48.
[5] Alanfal: 11.