Ustadz Ahmad Rusydi Alaydrus, Tiada Hari Tanpa Mengajar
In Memorium dengan Ustadz Ahmad Rusydi Alaydrus by Ust. Abdullahbeik
Tiada Hari Tanpa Mengajar, Itulah ungkapan yang tepat untuk seorang santri rombongan pertama yang belajar di kota Qom, Iran, Almarhum Ustadz Rusydi Alaydrus. Ikatan Alumni Jamiatul Musthafa yang lahir kurang lebih 10 tahun kemudian setelah beliau kembali ke tanah air merasa bangga mendapatkan kesempatan untuk beliau juga menjadi anggota ikatan ini.
Setiap pengikut Ahlul Bait AS yang tinggal di Jawa timur, khususnya Surabaya pasti mengetahui dan hari ini, di saat beliau berbaring di peristirahatan terkahir semua memberikan kesaksian itu.
Perkenalan saya dengan beliau kurang-lebih kembali pada 26 tahun yang lalu, tahun 1994 saya mengantar sayyid Ammar Hakim berkeliling di beberapa kota di Jawa Timur, salah satunya ke Surabaya, setelah itu beberapa kali saya berkunjung ke rumah dan tempat beliau selalu mengajar, yang kebanyakannya adalah bersama para tamu dari Iran dan Irak. Beberapa kali pula beliau tidak berkenan untuk dikunjungi rumahnya, namun beliau sendiri yang datang menemui tamu yang saya temani di Bangil atau Husainiyah Al Qurba, Suwayowo, Jatim.
Dalam semua pertemuan selalu akan terlihat kecintaan beliau pada Ahlul Bait AS dan kerendah hatian beliau. Beliau tidak pernah sudi untuk menerjemahkan sang tamu, namun beliau dengan tawadhu selalu mempersilahkan saya untuk menerjemahkan bagi jamaah ikhwan AB yang hadir. Dan di antara semua pertemuan itu yang paling berkesan di memori saya adalah dua pertemuan.
Yang pertama adalah di saat saya sedang mengabdi di Pondok Pesantren YAPI Bangil, kemungkinan di sekitar tahun 1995 atau 1996, beliau menghubungi saya via telpon agar saya datang ke Surabaya, sayapun berjanji untuk memenuhi perintah beliau esok paginya. Setibanya di Surabaya saya diminta oleh beliau untuk menemani dan menerjemahkan dua pedagang cincin dari Iran dalam proses pembuatan BAP. Keduanya ditipu oleh seseorang dan karena faktor bahasa justru mereka berdua yang menjadi tersangka melakukan penipuan dan praktik illegal sehingga terancam dipenjara dan sekitar 60 kg batu cincinnya disita oleh polisi. Yang sangat terkesan bagi saya adalah ungkapan beliau pada saya yang menunjukkan keikhlasan dan kecintaan pada Ahlul Bait AS, Ya Ustadz ini orang harus dibantu karena dua hal, pertama karena mereka madzlum, dan yang kedua terus terang ana tidak kuat mendengarnya berteriak-teriak dengan ucapan Ya Zahra’, Ya Zahra’, Ya Zahra’, …
Pertemuan kedua, yang menjadi pertemuan terakhir bagi saya dengan beliau adalah kurang-lebih dua tahun yang lalu di salah satu malam bulan suci Ramadhan, saya menemani Syaikh Hakim menemui beliau di Gedung Yayasan Al Tathhiyr. Saya juga ditemani oleh Sayyid Ali Reza Assegaf, Sekjend Ormas Ahlul Bait Indonesia (ABI). Malam itu adalah malam spesial, kami berbincang-bincang banyak hal dari jam 22.00 hingga pukul 2 dini hari. Pertemuan diakhiri dengan makan sahur dan kami langsung menuju bandara karena harus kembali ke Jakarta dengan pesawat pertama.
Diantara yang kami bincangkan adalah seputar tafsir surah Al Lahab, penetapan waktu Subuh dan hilal awal bulan, makna hadits Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya, urgensi kecintaan serta wilayah pada Ahlul Bait AS, memupuk kecintaan dan wilayah itu dengan berbagai peringatan hari besar, khususnya Asyura dan yang terakhir pentingnya mencetak kader.
Pembahasan terakhir ini –bagi saya- adalah lebih penting dari yang lain, dimana beliau menyampaikan keluh-kesahnya kepada Syaikh karena belum berhasil mencetak kader penerus Beliau, mungkin saja ini ungkapan kerendah hatian beliau, namun beliau berjanji pada Syaikh Hakim setelah Idul Fitri akan memulai program mencetak kader dengan memilih anak-anak muda Surabaya sekitar 5-7 orang dan mengajarkan mereka bahasa Arab hingga mampu membaca kitab, serta mengajarkan mereka membaca kitab Akidah, Fikih, Sejarah serta Tafsir. Saya pun berjanji kepada beliau untuk memberikan sejumlah kurikulum, silabus dan modul serta kitab yang diajarkan di Hauzah Al Musthafa Jakarta.
Sangat disayangkan saya tidak sempat lagi memfollow up dan kemudian terjadi pandemic hingga saya tidak dapat kabar apakah rencana itu sudah dimulai, berjalan atau belum? maafkan kami ustadz! Namun kami berjanji untuk melanjutkan perjuangan yang telah Antum rintis semampu kami, sampaikan salam kami pada Rasul dan para Imam AS!
(Abdullah Beik)