Bagi Mualaf Apa yang Pertama Perlu Diprioritaskan untuk Dipelajari?
Apakah yang pertama perlu dipelajari bagi seorang mualaf adalah shalat? Atau untuk mualaf bergender male harus melakukan prosesi sunat terlebih dahulu? Atau ada materi lain yang jauh lebih penting untuk dikaji oleh seorang mualaf.
Disini penulis akan menguraikan beberapa hal yang menurut hemat penulis adalah hal yang sangat penting dan harus diutamakan dibanding menu kajian yang lain.
Dalam Islam ada tiga tema utama:
- Rukun Iman, Aqidah (Usuluddin,)
- Rukun Islam, Fikih (furu’uddin,)
- Rukun ihsan
Berhati-hati memilih Pembimbing
Sebelum memulai yang pertama dilakukan adalah memilih pembimbing yang baik. Standarnya memilih pembimbing yang baik dan juga memiliki meteode penyampaian terbaik. Dari sini sebenarnya seorang mualaf sangat butuh seorang pengajar yang membimbingnya mengenal dalil-dalil logis walau sederhana seputar ushuluddin. Seorang pengajar yang netral dan tidak teracuni menyimpang khususnya pemikiran radikal. Mualaf bisa meminta rekomendasi buku-buku yang moderat dan bisa dikaji sebagai seorang yang baru mengenal agama Islam.
Utamakan mentor yang paham dan mengaplikasikan rukun ihsan dalam metode pengajaran maupun cara berpikirnya. Jadi bukan mentor yang hanya mengutamakan fikih apalagi mentor yang senang menafsirkan ayat atau hadis sesuai pemikiran pribadi atau golongannya. Dalam dunia tafsir hal ini dibahas dalam kelompok tafsir bir ra’yi, dan tafsir jenis ini tertolak diantara para ulama.
Mentor diusahakan seorang pembimbing yang layak menjadi bapak ruhani, sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa ayah kita masing-masing memiliki 3 ayah kandung, ayah dari istri kita, dan ayah dari ilmu kita yaitu guru-guru kita. Jadi jangan sampai keliru dalam memilih mentor. Salah memilih guru maka kita akan menjadi generasi yang salah dalam memahami ajaran Islam. Kita akan memberikan asupan beracun bagi ruhani kita.
Jadi memilih pembimbing yang tepat sangat berpengaruh pada kemana arah seorang mualaf, apakah dia akan menjadi seorang ekstrim, seorang pasif atau seorang muslim yang moderat. Sosok yang mampu menghargai dan menghormati walau tidak seagama tapi minimal dari sisi sama-sama dalam sisi kemanusiaan.
Rukun Iman
Ushuluddin adalah landasan dasar agama.
Menurut hemat penulis yang pertama perlu dipelajari oleh seorang mualaf adalah Ushuluddin, ushuluddin sebagai landasan dasar, sebagai penopang bangunan manusia sempurna yang kokoh dan memiliki dasar yang kuat. Pembahasan pertama dan utama dalam ushuluddin adalah pembahasan seputar ketuhanan. Seorang mualaf jangan hanya mengetahui bahwa Allah Swt itu ada tapi harus sampai tahap yakin. Mualaf mempercayai sepenuh hati bahwa Allah itu ada sebagaimana mereka yakin bahwa api itu panas. Perlu ditekankan disini bahwa antara mengetahui dan meyakini itu sangat berbeda. Orang yang mengetahui bisa jadi dia tidak yakin, tapi orang yang yakin pasti dia mengetahui dan memiliki alasan yang jelas dan kuat atas keyakinannya itu.
Dalam materi rukun Iman seorang mualaf harus merenung, berpikir, bertanya secara detail, karena disini dia tidak berhak untuk hanya ikut-ikutan semata, dalam masalah aqidah dia tidak boleh bertaqlid kepada siapapun termasuk guru yang menjadi mentor pembimbingnya. Disini juga jelas bahwa pembimbing hanya membimbing, bukan sampai pada tahap mengajari.
Dalam materi aqidah maka perlu dipelajari secara runut dari masalah ketuhanan, keadilan tuhan, Jabr, qadha dan qadar, kenabian, kemaksuman, makna mukjizat, Imamah, Hari kiamat dan semacamnya. Diteliti dan dikaji poin penting serta dalil-dalil pendukungnya. Ketika poin-poin ini sudah tuntas, maka akan lebih mudah dalam memahami agama secara lebih luwes tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Memahami secara proporsional. Memiliki kesiapan untuk mewadahi ajaran agama yang jauh lebih luas.
Rukun Islam
Selain masalah aqidah tidak kalah penting adalah mempelajari materi tatacara menjalankan keseharian yang sudah ditetapkan oleh Allah, tata cara ini dirangkum dalam ilmu fikih.
Allah adalah pencipta manusia, mencipta manusia dari awalnya tidak pernah ada menjadi ada. Mencipta bukan hanya sekedar merubah dari satu bentuk menjadi bentuk lain. Tapi menciptakan dari tada sama sekali hingga akhirnya menjadi ada. Dalam mempelajari ilmu fikih pun semestinya dilakukan secara berurutan. Akan menjadi sulit kalau dipelajari secara tidak teratur, sebab ada beberapa tema yang berkaitan erat satu dengan yang lain. Mempelajari secara runut akan membantu para mualaf untuk bisa mempelajari islam secara gamblang dan jelas. Juga akan membantu mencegah dari banyaknya kesalah pahaman. Disini guna mencegah kesalahpahaman jika ada pertanyaan mualaf harus segera mencatat agar tidak lupa, dicatat dan ditanyakan kepada pembimbing yang dipercaya.
Rukun Ihsan
Setelah tuntas memahami aqidah dan ilmu fikih, perlu dipelajari juga rukun ihsan, menurut hemat penulis, rukun ihsan adalah inti dari agama, dimana orang beragama semestinya menjadi output yang memiliki rukun-rukun ihsan, sebuah konsep yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Rukun-rukun yang dilandasi dengan aqidah yang jelas, sebagai sarana mengapresiasikan wujud nyata sebagai orang yang beragama. Pembahasan utama dan pertama dalam rukun ihsan adalah memahami makna cinta, cinta dalam arti yang lebih luas dan dalam. Membuka kesadaran bahwa kekuatan cintalah yang bisa menjadi jawaban bagi seorang hamba untuk bisa akrab dengan Tuhan-Nya. Dengan cinta kepada diri sendiri, manusia tidak akan merugikan diri sendiri, tidak menganiaya baik rohani maupun jasmani. Kedua dengan cinta ini dia akan hidup bersahaja dalam penghormatan dan kasih sayang dengan sesama manusia. Walau ada yang berbeda agama, berbeda keyakinan tapi semua masih dalam naungan pada konsep keyakinan pada sembahan yang Maha pengasih dan penyayang. Keyakinan bahwa merugikan orang lain adalah sama artinya dengan merugikan diri sendiri.