Ayat-Ayat Al-Quran Sepanjang Perjuangan Imam Husain di Karbala
Kemurnian dan ketulusan suatu perjuangan Ilahi dapat ditandai dengan seberapa pelakunya memiliki keterikatan dengan Allah SWT. Keterikatan inilah yang senyatanya ditampilkan Imam Husain sepanjang perjalanannya dalam menegakkan hukum Tuhan dan mengembalikan nilai-nilai Islam. Mulai dari sebelum bertolak dari Madinah, di Mekkah hingga berjalan beserta keluarga dan sahabatnya, ia menyandarkan niat dan tujuan utamanya kepada ajaran-ajaran suci Islam seperti: menegakkan amar maruf dan nahi munkar, memperbaiki kaum Muslimin, konsisten berjalan di atas sunah Nabi SAW.
Dalam berbagai kesempatan, Imam Husain a.s. membacakan sejumlah ayat dalam merespon dan meyakinkan pihak penguasa, umat Islam secara khusus serta umat manusia secara umum. Melalui ayat-ayat itu, ia mengingatkan kembali kesadaran dan perasaan kaum Muslimin akan kedudukannya, maksud perlawanannya terhadap rezim kekerajaan Yazid. Semua itu menunjukkan penguasaan Imam Husain a.s. akan kandungan Al-Quran dan ketulusan murninya akan perjuangannya di jalan Allah SWT dan Nabi SAW.
Berikut ini ayat-ayat yang dibaca Imam Husain a.s. dalam sejumlah momentum sepanjang pergerakannya dari sebelum meninggalkan Madinah hingga sampai di Karbala.
Pertama, ketika dipaksa untuk menyatakan bait kepada Yazid, Imam Husain a.s. menyampaikan kedudukanya sebagai keluarga Rasulullah SAW. Ia membaca ayat ke-33 dari surah Al-Ahzab yang menyatakan bahwa keluarga Rasulullah SAW telah disucikan oleh Allah SWT dari kotoran lahir dan bati, “Sesungguhnya Allah hanya bermaksud menghilangkan kotoran dari kalian, ahlul bait, dan mensucikan kalian sesuci-sucinya.”
Kedua, ketika menuliskan wasiatnya kepada Muhammad Al-Hanafiyah, Imam Husain a.s. mengungkapkan maksud utamanya keluar dari Madinah dalam melawan rezim Yazid yang korup dan perusak dunia dan akhirat, yaitu melalui ayat berikut, “Aku tidak bermaksud kecuali memperbaiki selama aku masih mampu. Dan tidak ada kebehasilan bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud [11]: 88)
Ketiga, ketika keluar dari Madinah, Imam Husain a.s. menggambarkan suasana hatinya tak beda dengan saat Nabi Musa a.s. keluar dari Mesir, maka ia membaca ayat berikut: “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa, ‘Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu’”. (QS. Al-Qashash [28]: 21)
Keempat, ketika masuk ke kota Mekah, imam Husain a.s. menyatakan kepercayaan penuhnya pada Allah SWT dan menyerahkan segenap hasil perjuangan kepada-Nya selama berada di jalan yang benar, “Dan tatkala ia menghadap kearah negeri Mad-yan ia berdoa : “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar” (QS. Al-Qashash [28]: 22)
Kelima, ketika di tengah perjalanan menuju Kufah, Imam Husain a.s. mendengar dibunuhnya Muslim bin Aqil oleh pasukan Yazid yang dipimpin oleh Ubaidillah ibn Ziyad. Ia membaca ayat berikut, “Sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali” (QS. Al-Baqarah [2]: 156). Ia tegar dan tampak tawakal penuh pada Allah SWT.
Keenam, ketika berdialog dengan Hur bin Adiy, komandan pasukan berkuda Yazid, Imam Husain a.s. mengungkapkan alasan kedatangannya ke Kufah karena banyaknya surat yang ia terima dari warga kota itu, lalu ia membacakan ayat ini, “Maka barangsiapa yang melanggar janjinya, niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri, dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” (QS. Al-Fath [48]: 10)
Ketujuh, ketika memberikan gambaran tentang tentara Yazid, Imam Husain a.s. membacakan ayat berikut: “Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujadalah [58]:19). Ayat ini menjelaskan bahwa kemenangan yang kelak mereka peroleh dari membantai Imam Husain a.s. dan keluarga serta sahabatnya bukan kemenangan sejati, karena hakikat dari kemenangan itu adalah kerugian seperti kerugian abadi yang diderita setan.
Kedelapan, ketika keluarga dan sahabat meminta izin untuk tampil ke medan peperangan dan maju melawan musuh, Imam Husain a.s. membaca ayat ini, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab [33]: 23)
Kesembilan, ketika Ali Akbar meminta izin untuk maju menghadapi musuh, Imam Husain a.s. membacakan ayat berikut: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Imran [3]: 33)
Selain ayat-ayat di atas, terdapat ayat-ayat yang disampaikan Imam Husain a.s. dalam pidato terakhirnya, yaitu berikut ini:
“Maka bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.” (QS.Yunus [10]: 71)
“Sesungguhnya pelindungku Dialah Yang telah menurunkan Kitab (Al-Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS. Al-A’raf [7]: 196)
“Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu, dari keinginanmu merajamku.” (QS. Al-Dukhan [44]: 20)
“Dan Musa berkata. ‘Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari hisab.’” (QS. Ghafir [40]: 27).