Falsafah Azan
Faksafah Azan
Azan selalu on time. Dalam waktunya selalu dikumandangkan secara live. Tak pernah uzur sekalipun dalam meliput perubahan waktu, sehingga siapapun menganut kepercayaan apapun menjadi up to date karenanya. Tidak berlebihan, pengetahuan sebagian orang kapan pagi, siang dan malam adalah produk suara azan. Selamanya dalam setiap hari, azan selalu bangun lebih cepat dari mentari pagi, mengantar geraknya saat tergelincir, dan setelah sang surya pulang, azan mengumumkan bahwa waktu sudah masuk malam. Suara Islam yang suci ini menyatu dengan alam kehidupan.
Setiap amal yang dianjurkan agama Islam tak sekedar merupakan perintah dan mengenai etika dalam pelaksanaannya. Tetapi juga mengandung hikmah yang takkan diketahui rahasianya kecuali disampaikan oleh Sang Pembawa Risalah Suci, nabi Muhammad saw, dan sampai penjelasan beliau kepada umatnya. Beliau lah “Madinah Ilmu”, dan -sebagaimana sabdanya- Ali pintunya, hingga ia sempat berseru, “Tanyakan (tentang apapun) kepadaku!”. Tak terkecuali tentang falsafah azan, dari Ahlulbaitnya Imam Ali bin Musa ar-Ridha menjelaskan kepada kita semua.
Fadhal bin Syadzan meriwayatkan dari Imam Ridha tentang hikmah atau falsafah azan. Imam berkata: “Orang-orang dianjurkan kumandang azan, banyak alasan dan hikmahnya. Antara lain: untuk mengingatkan yang lupa dan menyadarkan yang lalai; mengabarkan waktu shalat kepada orang-orang yang tidak mengetahui waktu dan yang sibuk dengan pekerjaan.
Si muazin mengumandangkan azan, mengajak hamba-hamba Allah ke ibadah kepada-Nya, menyemangati mereka dalam pelasanaan ibadah. Ia memberitahukan pengakuan dirinya akan keesaan Allah Azza wa Jall Yang Mahabenar; dan bahwa waktu shalat telah tiba. Sebab ia disebut dengan “mu`adzin” ialah dengan azannya dia mengumumkan shalat..”
Dengan azan setiap daerah membuktikan keimanan dan keislaman daerah itu serta penduduknya, bahwa mereka adalah orang-orang Islam. Imam Ali bin Musa ar-Ridha melanjutkan penjelasannya bahwa: “Azan dimulai dengan kalimat takbir “Allahu akbar” (الله اكبر) dan ditutup dengan kalimat tahlil “la ilaha illallah” (لا اله الا الله) maksudnya ialah dimulai dengan mengingat Dia dan nama-Nya, dan menyebut “Allah” adalah kata yang pertama dalam takbir dan adalah kata yang terakhir dalam tahlil.
Hikmah Pengulangan Tiap Kalimat Azan
Tiap kalimat dari azan disampaikan duakali ialah untuk pengulangan kalimat di telinga para pendengar (agar lebih membekas dan meninggalkan jejaknya) dan penekanan bagi mereka. Bila dengan kalimat pertama orang belum merasa dan lupa, maka dengan kalimat kedua dia akan merasa dan ingat. Juga bahwa shalat pada dasarnya adalah dua rakaat-dua rakaat, dan oleh karena itu kalimat-kalimat azan disampaikan duakali-duakali.
Kalimat takbir pada awal azan diucapkan empat kali, sebabnya ialah ujuk-ujuk azan tanpa mukadimah sepatah kata (tak ada kesiapan secara di benak) sebelumnya, menghimbau si pendengar. Oleh karena itu, dua takbir yang pertama adalah himbauan dan kesiapan bagi para pendengar untuk menyimak kalimat-kalimat azan berikutnya.
Setelah itu kalimat takbir adalah dua kalimat syahadat. Karena, tahap awal iman adalah tauhid dan pengakuan akan keesaan Allah swt (“asyhadu an la ilaha illallah” sebagai syahadat yang pertama). Kemudian pengakuan akan risalah nabi Muhammad saw (“asyhadu anna muhammadan rasulullah“), dan mentaati Allah dan Rasul-Nya serta mengenal dua kalimat yang berdampingan ini dan hubungan satu dengan lainnya..” Jadi, siapa yang tidak mentaati Rasulullah ia tidak taat kepada Allah, atau tidak mengenal Rasulullah ia tidak mengenal Allah.
Imam berkata, “Sebab, iman adalah dua kalimat syahadat itu.” Yakni, bersaksi akan keesaan Allah swt dan risalah nabi Muhammad saw. “Maka”, lanjut beliau. “Dua kalimat syahadat adalah ibarat dua kesaksian atau dua saksi atas keimanan seseorang. Seperti halnya dalam semua masalah hak, untuk pengukuhan memerlukan dua saksi.
Ketika hamba mengakui keesaan Allah Azza wa Jall dan risalah nabi Muhammad saw, pada hakikatnya adalah pengakuan keimanan yang sepenuhnya. Sebab, iman adalah mengakui Allah dan Rasul-Nya. Selain itu, mengakui apa yang dibawa Rasulullah adalah bagian dari pengakuan akan risalah beliau saw.
Setelah dua syahadat (dalam pengertian di atas) ialah mengajak muslimin shalat. Karena azan disyariatkan pada dasarnya adalah untuk shalat. Kemudian seruan “hayya ‘ala..” ditempatkan di tengah azan, untuk mengajak dan mendorong muslimin menuju kemenangan dan sebaik-baik amal, yakni shalat. Pada bagian akhir azan ditutup dengan nama Allah Azza wa Jall, sebagaimana pada bagian awal dimulai dengan nama suci-Nya.”(1)
Referensi:
1-Islam Quest (https://article.tebyan.net/340910/فلسفه-اذان-چیست-) dan https://www.isna.ir/news/92051206070/فلسفه-اذان-و-اقامه-قبل-از-نماز