Menghapus Duka Cita dengan Doa Jaushan Shaghir
Dewi Yasmine_____ Selama beberapa bulan ini, saya terus bersedih atas wafatnya ibu saya. Saya mencari penghiburan dengan berbagai cara. Sampai suatu hari, seorang ulama Iran yang saya simak ceramahnya di Youtube mengatakan, “Ketika kau bersedih bacalah doa Jaushan Saghir.” Beliau menambahkan, “Ini adalah doa yang terlupakan.” Maksudnya, doa ini jarang dikenal orang dan jarang dibaca.
Saya pun mencoba membacanya, berusaha memahami artinya baris demi baris.
Awalnya, saya merasa bahwa doa ini tidak relevan dengan kehidupan saya sebagai manusia biasa. Misalnya, kalimat ini:
إِلٰهِي كَم مِنْ عَدُوٍّ
ٱنتَضَىٰ عَلَيَّ سَيْفَ عَدَاوَتِهِ
وَشَحَذَ لِي ظُبَّةَ مُدْيَتِهِ
وَارْهَفَ لِي شَبَا حَدِّهُ
وَدَافَ لِي قَوَاتِلَ سُمُومِهِ
وَسَدَّدَ إِلَيَّ صَوَائِبَ سِهَامِهِ
Tuhanku, betapa banyak musuhku yang mengarahkan panahnya padaku, menghunus pedang permusuhannya terhadapku, mengasah ujung belatinya ke arahku, mencampurkan untukku racunnya yang mematikan, mengarahkan panahnya padaku.
Doa ini diajarkan oleh Imam Musa Al Kazhim a.s. Beliau lahir pada tahun 746 M di Madinah dan gugur syahid pada 799 M di Irak, dan dimakamkan di wilayah yang kemudian disebut Kazhimain, Irak. Masa imamah beliau berlangsung selama 35 tahun, seiring dengan berkuasanya Khalifah Mansur, Hadi, Mahdi, dan Harun al-Rasyid yang berasal dari Bani Abbasiyah. Imam Al Kazhim berulang kali dipenjara oleh Mahdi dan Harun; dan akhirnya pada tahun 183 H (799 M) Imam Al Kazhim gugur syahid akibat diracun saat beliau berada dalam penjara.
Karena itulah, di bagian awal doa, isinya permohonan perlindungan dari Allah atas musuh berencana akan membunuh beliau.
Namun, di bagian-bagian selanjutnya, sampai akhir, saya pun menemukan mengapa doa dianjurkan dibaca saat kita merasa sedih. Berikut ini saya kutipkan terjemahan beberapa bagiannya.
Tuhanku, betapa banyak hamba-Mu yang di malam dan pagi hari menderita sakit; ia merintih dan meratap; dia berada dalam kesuraman dan kesedihan; dia tidak menemukan pertolongan; dia tidak bisa merasakan makanan atau minuman…
Sementara itu, kini saya dalam kesehatan yang baik dan dalam keselamatan hidup. Semua itu berasal dari-Mu.
Di sekeliling kita, atau di rumah sakit-rumah sakit, atau di berbagai tempat entah di mana, sangat banyak orang yang menderita sakit. Ada yang bisa mendapatkan perawatan, ada jauh lebih banyak lagi yang tidak. Data dari The Indonesian Institute, infrastruktur kesehatan di Indonesia belum cukup dan belum merata. Bapenas melaporkan bahwa angka kematian balita di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Penyebab utamanya adalah kondisi kemiskinan dan rendahnya pendidikan orang tuanya, serta pelayanan kesehatan yang kurang. Saya membayangkan betapa besar kesedihan para ibu yang harus kehilangan anak-anak balita mereka di tengah penyakit dan kemiskinan.
Mungkin muncul pertanyaan, tapi, bagaimana bila kita sendiri -orang sedang bersedih dan berdoa- justru adalah bagian dari penderita sakit dan tidak mendapatkan layanan kesehatan yang dibutuhkan?
Dengan melanjutkan penelaahan atas doa Jaushan Shagir ini, bisa ditemukan jawabannya. Di bagian-bagian lain, doa itu menyebutkan banyak jenis penderitaan lainnya.
Misalnya:
Tuhanku, betapa banyak hamba-Mu yang di malam dan pagi berada dalam keadaan berperang; ia melawan musuh sendirian, ia dikelilingi oleh musuh di semua sisi, dengan pedang, tombak, dan alat perang; ia gemetar di dalam baju besinya, dan berusaha mati-matian untuk melakukan segala kemungkinan. Dia tidak dapat menemukan jalan keluar; dia mengalami luka berat, berlumuran darahnya; dia ingin minum air; atau melihat keluarganya dan anak-anaknya; tapi dia tidak bisa melakukannya.
Sedangkan aku, diriku aman dari semua itu.
Ada banyak tempat di dunia ini yang dipenuhi konflik bersenjata, di mana orang-orang yang tertindas seringkali harus berhadapan dengan senjata musuh yang jauh lebih kuat. Salah satunya, di Palestina. Baru-baru ini, Israel menyerbu habis-habisan kamp pengungsi Jenin, di Tepi Barat. Kamp itu hanya seluas 0,42 kilometer persegi dan dihuni 24.000 orang. Jadi bisa dibayangkan betapa para pengungsi Palestina hidup berdesakan di tempat sempit.
Selama dua hari di awal bulan Juli 2023, Israel menyerang kamp itu dengan pasukan darat dan udara; menghancurkan bangunan-bangunan, mengusir ribuan warga keluar dari kamp. Sekitar 900 bangunan rumah hancur dan tidak bisa ditempati lagi.
Kaum muda Palestina melawan serangan Zionis ini dengan persenjataan yang tidak seimbang; mereka akhirnya syahid, atau dipenjara oleh rezim Zionis.
Sementara kita, di Indonesia, alhamdulillah aman dari semua itu.
Atau, kisah saudara-saudara Muslim kita, etnis Rohingya yang diusir dan dizalimi oleh rezim Myanmar. Mereka hidup dalam kamp-kamp pengungsian yang kondisinya amat sangat buruk. Banyak pula dari mereka yang berusaha mencari nasib baik di negeri-negeri lain dengan menaiki perahu. Pada Desember 2022 saja, ada sekitar 200 orang Rohingya yang tewas di lautan Andaman. Berita tentang penderitaan dan kematian “manusia perahu” ini terus muncul di tahun-tahun sebelumnya.
Dalam doa Jaushan Shagir, ada bagian yang relevan dengan nasib mereka ini.
Tuhanku, banyak hamba-Mu, yang di malam dan pagi hidup dalam kegelapan lautan, dalam badai angin, dan dalam kengerian dan gelombang; bersiap tenggelam dan binasa; dia tidak memiliki sarana apa pun dalam dirinya; ia terancam terkena petir, kehancuran [kapal], atau ditelan bumi.
Sedangkan aku aman dari semua itu.
Setiap bagian dari doa ini diakhiri dengan kalimat berikut ini:
فَلَكَ ٱلْحَمْدُ يَا رَبِّ
مِنْ مُقْتَدِرٍ لاَ يُغْلَبُ
وَذِي انَاةٍ لاَ يَعْجَلُ
صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ
وَٱجْعَلْنِي لِنَعْمَائِكَ مِنَ ٱلشَّاكِرِينَ
وَلآلاَئِكَ مِنَ ٱلذَّاكِرِينَ
Maka segala puji bagi-Mu, ya Tuhan; Engkaulah yang kuat dan tidak bisa dikalahkan; Engkaulah yang panjang kesabaran dan tidak terburu-buru. Limpahi shalawat-Mu pada Nabi Muhammad dan keluarganya. Masukkan aku dalam golongan orang-orang yang bersyukur atas karunia-Mu dan dalam golongan orang-orang yang secara konsisten menyebut-nyebut rahmat-Mu.
Setelah menyebutkan berbagai jenis penderitaan yang dialami umat Muslim di berbagai penjuru dunia, lalu diakhiri dengan kalimat-kalimat kesyukuran, kalimat paling akhir di doa adalah “Sesungguhnya Engkau yang paling memiliki kekuasaan atas apapun dan cukuplah bagi kami Allah sebagai sebaik-baik pelindung.”
Dalam pemahaman saya yang masih sangat dangkal, melalui doa ini, kita diingatkan bahwa seberat apapun musibah dan kesulitan yang kita hadapi, masih ada kesulitan orang lain yang lebih besar; sehingga selayaknya kita bersyukur atas kondisi kita saat ini.
Puncak dari musibah dan tragedi kemanusiaan terbesar adalah pembantaian di Karbala terhadap cucu Rasulullah SAWW, Imam Husain a.s. beserta keluarganya. Namun, menghadapi musibah yang sedemikian besar ini, Sayidah Zainab a.s. tetap berkata, “Tidak ada yang kulihat selain keindahan.” Keindahan yang beliau maksud tentu yang terkait dengan keagungan-keagungan spiritual yang muncul dalam musibah ini dan kehidupan indah para syuhada di akhirat, sebagaimana dijanjikan oleh Allah swt.
Semoga renungan singkat ini bermanfaat. Wallahu a’lam bish-shawab.