ALAM AL MITSAL (ALAM IMAJINAL)
Alam al Mitsal (alam imajinal) merupakan alam yang berada di antara alam Jabarut, alam Mulk dan alam Syahadah. Alam al Mitsal merupakan alam ruhaniah yang pada satu sisi dari segi adanya bentuk dan ukuran dapat terinderai mirip dengan substansi jasmani, dan pada sisi lain, dari segi pancaran cahannya, mirip dengan substansi intelek. Alam al Mitsal, dari sisi keterpisahannya dari materi, merupakan alam ruhaniah, dan dari sisi adanya ukuran dan bentuk, mirip dengan alam yang memiliki hukum kejadian dan kehancuran (al kawn wa al fasad).
Para penganut mazhab filsafat Peripatetik, khususnya Syekh al-Rais Ibn Sina, mereka mengingkari keberadaan alam mitsal. Karena bagi mereka, pada diri manusia tidak terdapat alam antara; diri manusia merupakan gabungan dari materi dan ruhani sehingga tidak menyisakan ruang bagi adanya alam di antara keduanya. Sedangkan Syekh Isyraq, Syekh Syuhrawardi, di samping mengakui keberadaan alam ini, beliau pun mengemukakan dalil-dalil untuk menetapkan alam tersebut. Demikian juga Shadru al-Muta’allihin Syirazi. Bahkan Mulla Shadra melampaui Syekh Israq dan Ibn Arabi dalam mensistematisasi dan mengembangkan prinsip ini. Di tangan Mulla Sahdra-lah argumentasi rasional terhadap keberadaan alam ini dipaparkan.
Mulla Shadra, seperti halnya Ibn Arabi membagi alam Mitsal menjadi dua bagian: alam mitsal mutlak atau imajinal terpisah (mitsal al mutlaq aw munfasil) dan alam mitsal tidak mutlak atau imajinal bersambung (mitsal al muqayyad aw muttasil). Alam imajinal mutlak dan terpisah merupakan alam imajinal yang independen dan hakiki, yang merupakan forma dari segala sesuatu yang terwujud dalam satu kondisi yang sama di antara kehalusan ruhaniah dan kepadatan materi, sedangkan alam mitsal yang tidak mutlak atau bersambung merupakan alam imajinal yang tidak terpisah dari jiwa seseorang dan menampilkan forma yang berasal dari alam mitsal mutlak atau terpisah.
Mulla Shadra menyebutkan bahwa alam mitsal, dari sisi posisinya berada, baik pada kurva naik maupun kurva turun: pada kurva naik, tidak lain, merupakan alam barzakh yang merupakan tempat keberadaan bagi jiwa pasca berpisah dari raga, sedangkan alam mitsal pada kurva turun merupakan alam yang berada di antara alam ruhaniah dan materi.
Jadi, alam mitsal adalah alam ruhani dan terdiri dari substansi ruhani, di mana di satu sisi, ia berisi atau terkait dengan substansi materi, sehingga karena itu muatannya memiliki dimensi dan ukuran. Tetapi di sisi lain ia mengandung substansi intelek dan immaterial, sehingga karena itu, tabiatnya berasal dari cahaya murni. Maka, alam ini tidak murni material dan tidak juga berupa substansi intelek yang independen, sehingga ia layak untuk disebut sebagai bentuk dari Barzakh, yaitu alam pertengahan dan pembatas, di mana ia memisahkan antara dua hal, yakni yang merupakan alam pertengahan antara substansi immaterial yang halus/murni dan substansi materi yang kasar dan kotor.
Alam Misal adalah alam ruhani yang dari satu sisi karena dia memiliki ukuran dan karena dia dapat dirasakan seperti substansi jasmani, tetapi dari sisi lain, karena dia memiliki cahaya, maka ia menyerupai substansi immaterial ‘aqli. Alam Misal dilihat dari sisi karena ia immaterial, maka dia disebut dengan alam ruhani dan mengandung pengetahuan, tetapi di sisi lain, karena ia memiliki bentuk dan rupa, maka ia dianggap menyerupai dengan alam wujud dan alam yang bisa rusak (fasad). Jadi, alam mitsal, karena ia bukan materi, maka ia menyerupai alam arwah. Tetapi dari sisi ia memiliki bentuk dan gambar serta ukuran, maka ia menyerupai alam ajsam.
Para urafa’ mengatakan, karena makna-makna itu datangnya dari Allah Swt, maka pada tahapan Alam Misal, ada bentuk fisik dan inderawi seperti rupa khayali kita lalu ia turun ke Alam Mulk. Oleh karena itu, alam mitsal mereka namakan dengan khayal munfashil.
Qaisari dalam syarah mukadimahnya terhadap Khusush al-Hikam, mengatakan, seluruh makna-makna dan hakikat-hakikat maujud yang ada di alam, baik yang pada kurva naik dan pada kurva turun itu memiliki gambar mitsali yang sesuai dengan kesempurnaan-kesempurnaannya. Sebab, mitsal merupakan tempat manifestasi hakikat-hakikat, dan setiap hakikat itu muncul dalam sebuah asma’. (MA).