Kritik Spinoza Terhadap Anthropomorphism (Bag. 1)
Pondasi dasar prinsip teori kebahagiaan Spinoza berlandaskan konsep yang berlawanan dengan anthropomorphism[1] (conception of non-personal God). Oleh karena itu, dengan menganalisa faktor-faktor corak-corak anthropomorphism di bidang teologi, khususnya aspek ketuhanan, Spinoza menyampaikan kritikannya terhadap personal God.
Makalah ini berupaya untuk membedah kritik Spinoza terhadap anthropomorphism dengan konsep dan metode yang sistematis. Dan makalah ini membuktikan bahwa menurut Spinoza akar anthropomorphism terletak pada insufficient ideas about God (gagasan yang tidak mencukupi tentang Tuhan).[2]
Dengan melemparkan kritikan terhadap gagasan “khalq” (creator God/ciptaan) dan “huduts” (kebaruan/creatio ex nihilo), Spinoza menolak atribut akal, kehendak dan kebijaksanaan (having end in action/bertujuan dalam bertindak) dari Tuhan. Dan melalui hal itu, Spinoza menilai ketidakbermaknaan penyebutan baik dan buruk secara moral serta pengaruh-pengaruh emosional yang dinisbahkan kepada Tuhan.
Pengantar
Istilah anthropomorphism mengisyaratkan penciutan konsep Tuhan ke dalam dimensi dan batas-batas kemanusiaan pada segala sesuatu. Dan secara khususn di bidang filsafat dan pengenalan agama, anthropomorphism bermakna penggambaran wujud-wujud non-material (metafisik), utamanya Tuhan dalam bentuk/rupa manusiawi.
Dalam pelbagai konsep dan gambaran yang diberikan tentang Eksistensi Kudus Tuhan dapat disaksikan secara jelas bahwa terdapat suatu kecenderungan umum untuk memperlihatkan visualisasi manusiawi pada Tuhan yang terkadang ditampilkan dalam bentuk rupa-rupa fisik dan terkadang pula dimunculkan dalam dimensi-dimensi emosional dan idraki atau konsep/pengetahuan (Jevons, 1908: 573-578). Secara umum, unsur-unsur kudus anthropomorphism dan kritik terhadapnya memiliki sejarah yang panjang (Scholem, 2007: 188-191; Van Ess, 2000: 341-344).
Xenophanes menceritakan bahwa penduduk Yahudi mengasumsikan bahwa Tuhan adalah wujud yang hitam, sedangkan orang-orang Tarakiya menilai bahwa Tuhan memiliki mata yang biru dan rambut yang merah. Kemudian ia menambahkah:”Bila mereka saat memiliki sapi dan kuda lalu mereka menggambar maka pasti mereka akan melukis Tuhan dalam bentuk kuda dan sapi (Khurasani, 1387: 162- 163, 165-168).
Bersambung…..
Daftar Pustaka
Bennett, Jonathan (1984) , A Study of Spinoza’s Ethics, Indianapolis.
Curley, Edwin (1988) , Behind the Geometrical Method, Princeton.
Curley, Edwin. 1990. Spinpza on Teleology. In Edwin Curley (ed.).
Spinoza: Issues and Directions(39-52). New York.
Delahunty, R. G (1985). spinoza, routledge.
Descartes (1984-85), The Philosophical Writings of Descartes, Trans by Cottingham, Vol I & II, Cambridge.
Descartes (1991), The Philosophical Writings of Descartes, Trans by Cottingham, Vol III, Cambridge.
Garrett, Don. 1999. Teleology in Spinoza and Early Modern Rationalism. In Gennaro (ed.). Essays on the Rationalists(310-335). Oxford.
Hampshire, Stuart (1951), Spinoza, Penguin Books.
Hume, David (2007), Dialogues Concerning Natural Religion & Other Writings, Edited by Dorothy Coleman, Cambridge.
Jevons, F. B. 1908. Anthropomorphism. In James Hastings(ed.). Encyclopedia of Religion and Ethics(573-578). Vol I.
Joachim, H. H (1901), A Study of the Ethics of Spinoza, New York.
Mason, Richard (1997), The God of Spinoza, Cambridge.
Nadler, Steven. 2011. Spinoza, Leibniz, and the Gods of Philosophy. In Carlos Fraenkel (ed.). The Rationalists(167-182). Springer.
Plato (1989), Collected Dialogues, Vol I&II, trans by Edith Hamilton, Princeton.
Scholem, Gershom. 2007. Anthropomorphism. In Fred Skolnik(ed.). Encyclopedia Judaica(188-191). New York.ا
Spinoza, Benedict (2002), Complete Works, trans by Samuel Shirley, Cambridge.
Strauss, Leo (1997), Spinoza’s Critique of Religion, trans by E. M. Sinclair, Chicago.
Van Ess, J. 2000. Tashbih wa Tanzih, In P Bearman(ed.). Encyclopedia of islam(10.341-344). Brill.
Viljanen, Valtteri (2007), Spinpza’s Dynamics of Being, Finland.
Werblowsky, Zwi. 1987. Anthropomorphism, In Lindsey Jones(edi.).Encyclopedia of Religion(1.388-392). New York.
Wolfson, Harry (1934), The Philosophy of Spinoza, Vol I & II, Harvard.
Zac, Sylvian. 1991. On the Idea of Creation in Spinoza’s Philosophy. In Y Yovel(ed.). God and Nature: Spinoza’s Metaphysics(231-242). Jeruzalem.
Hamid Talebzadeh dan Hossein Saberi Varzaneh
[1] Kata anthropomorphism adalah bahasa Inggris yang berasal dari Yunani anthropos (manusia) dan morphe (bentuk).
Anthropomorphism memiliki beberapa makna/pengertian:
- Gambaran tentang Tuhan, dewa/dewi, atau kekuatan-kekuatan alam sebagai memiliki bentuk dan ciri-ciri manusiawi. Memberikan sifat-sifat manusia kepada yang ilahi. Allah atau para dewata dipahami dalam bentuk manusia.
- Keyakinan bahwa Tuhan, atau dewa/dewi, memiliki ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri manusia. Misalnya, kesadaran, maksud, kehendak, emosi, pencerapan. Tuhan memiliki kemampuan untuk membeda-bedakan penilaian, mengambil keputusan dan pilihan yang bertanggung jawab, dan kemampuan untuk melaksanakan tujuan jangka panjang. Suatu bentuk ekstrem dari antropomorfisme mempertahankan bahwa Tuhan atau dewa/dewi ada dalam bentuk manusia tetapi lebih sempurna dan lebih berkuasa.
- Seringkali mengacu kepada keyakinan bahwa hewan memiliki kemampuan dan sifat manusiawi seperti pikiran, daya komunikasi, perasaan, motivasi.
- Istilah ini juga dapat digunakan apabila manusia memberikan gambaran tentang Tuhan dalam istilah yang bersifat pribadi atau berbentuk pribadi manusia.
- Memindahkan bentuk dan ciri-ciri manusia kepada kekuatan- kekuatan luar alam dan mempertalikannya dengan makhluk- makhluk mistik (para dewa, roh-roh, dst).
- Sifat-sifat manusiawi dari Allah yang dilukiskan dalam Kitab Suci tidak dimaksudkan untuk menciutkan konsep Tuhan ke dalam dimensi dan batas-batas kemanusiaan, akan tetapi justru untuk menjelaskan bahwa Tuhan itu bukan sesuatu melainkan seorang.
Sumber:http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-arti-antropomorfisme
[2] Istilah lainnya نقص معرفتی (kekurangan epistemologis).