Ekonomi Perang; Rusia vs Ukraina
Serangan AS dan NATO
MM-Saat artikel ini di tulis, perang Rusia vs Ukraina masih berlangsung dan sudah melewati minggu pertama. Resolusi PBB disetujui oleh 141 negara untuk menghentikan perang tapi diveto oleh Rusia, 5 negara menolak resolusi, 35 negara abstein. Berbagai sanksi dijatuhkan oleh Amerika dan Eropa, diharapkan melemahkan ekonomi Rusia dan membuat Rusia mundur dari Ukraina.
AS telah memprovokasi Rusia untuk melakukan invasi terhadap Ukraina, memimpin PBB menghasilkan resolusi pengecaman, memelopori sanksi ekonomi, dan memimpin teater perang dengan gambaran desktruktif akibat perang. Sukarelawanpun berdatangan untuk Ukraina termasuk ISIS dari Suriah, dan relawan dari Israel. Amerika sendiri tidak ikut terjun dalam medan perang yang tidak bisa dimenangkan secara militer dan akan merugikan secara ekonomi.
Jika teliti dari data historis, baik AS dan Rusia keduanya pelaku invasi; Afganistan, Libia, Suriah, Iraq, dan Krimea. Debat validitas kriteria “invasi”, baik dari sisi defacto dan dejure (Hukum Internasional) berat sebelah. Invasi Rusia terlalu mudah di adili, sementara invasi Amerika kebal terhadap hukum internasional. Termasuk invasi Israel menduduki dataran tinggi Golan milik Suriah hingga sekarang juga tidak bisa diadili.
Kita fokus pada posisi Ukraina sekarang. Perang sesungguhnya adalah antara Rusia vs AS plus NATO. Bukan Ukraina itu sendiri. Ukraina hanyalah teater kecil bernasib buruk yang dibesar besarkan untuk kepentingan ekonomi AS.
Secara ilmu militer, faktanya Eropa dan Ukraina kini sibuk menjadi pasukan sukarelawan fron terdepan bagi kepentingan ekonomi AS. Artinya, Eropa dan Ukraina hanyalah korban kebijakan ekonomi AS melalui politik perang. Mereka secara faktual kini jadi koban perang, harus mati, menjadi pengungsi dan akan menghadapi gelombang depresi ekonomi.
Rakyat Ukraina harus menjadi relawan patriotis membela tanah airnya tanpa alasan yang kuat. Eropa juga harus membeli senjata AS yang akan membahayakan mereka sendiri. Dengan adanya sanksi, Eropa harus membeli dan membayar harga yang lebih tinggi untuk LNG dan energi AS, membayar lebih banyak untuk biji-bijian dan bahan mentah yang diproduksi Rusia, sementara kehilangan pilihan untuk melakukan penjualan ekspor dan keuntungan dari investasi damai dengan Rusia.
Kita cek fakta politik, Presiden Ukraina sekarang Volodymyr Zelensky adalah mantan pelawak pro AS yang jadi presiden Ukraina hasil dari mengkudeta presiden Viktor Yanukovich pada 2014 yang sebelumnya pro Rusia, berkat bantuan geng Neo Nazi. Jadi Volodymyr Zelensky tidak murni memerankan pembela kedaulatan untuk Ukraina sendiri dalam kondisi normal. Dia aktor teater politik-perang. Masa pakainya sebagai aktor hampir habis. Tapi politik-perang untuk siapa?.
Karena alasan inilah geng Neo Nazi akan dilibas oleh pasukan Putin melalui operasi khusus yang sedang berjalan. Tapi kita harus ingat, tanpa pra kondisi dari AS, intruksi Putin untuk melalukan operasi militer di Ukraina tidak akan terjadi.
Persoalan invasi Rusia ke Ukraina adalah sisa persoalan persaingan rebutan hegemoni AS vs Rusia yang terulang. Persoalan blunder sesama para pemilik senjata nuklir, yang mengontrol para pemiliknya sendiri, sebuah ilusi kekuasaan global.
Ingat krisis Kuba 1963, AS tidak bisa menerima Kuba menjadi negara nuklir, karena dianggap mengancam AS, meskipun Kuba memiliki hak. Sekarang Rusia melakukan hal sama. Ukraina juga haknya memiliki nuklir harus dianggap tidak ada karena akan menjadi ancaman Rusia.
Kita sekarang coba berbicara penyebab Rusia menyerang Ukraina, Siapa sebenarnya pencipta prakondisi perang? untuk kepentingan siapa?.
Secara tegas Michael Hudson menyebut para pelakunya adalah oligarki industri AS. Pendapat Hudson ini cukup kredibel. Hudson adalah seorang profesor periset Ekonomi di University of Missouri, Kansas City. Hudson meneliti fundasi ekonomi US dalam bukunya “Global Fracture: The New International Economic Order”.
Sekarang kita bicara estimasi efek perang Rusia vs Ukraina dilihat dari ekonomi. Apakah perang ini akan memberi keuntungan peningkatan perdagangan dan investasi China dan Rusia. Atau peningkatan ekonomi akan berpihak pada AS dan Eropa. Inilah yang ditanyakan Hudson.
Dunia mengakui secara transparan, salah satu pilar utama ekonomi Amerika adalah industri senjata. Kepentingan keuntungan industri senjatalah yang menentukan program Partai Republik dan Demokrat di AS. Demokrasi AS tidak bisa dilihat dari denyut nadi pemerintahan pusat melalui perwakilan para senator yang mewakili distrik (konstituen rakyat Amerika). Karena aspirasi konstituen ada di tangan para pelaku oligarki industri.
Setidaknya ada tiga oligarki bisnis Amerika yang mengendalikan kebijakan ekonomi, pertahanan dan luar negeri AS. Pertama industri militer, dikenal sebagai industri militer yang komplek atau (Military-Industrial Complex (MIC), kedua industri gas dan minyak, dan ketiga, industri perbangkan dan real estat.
Oligarki industri produsen senjata diantaranya Raytheon, Boeing dan Lockheed-Martin. Industri ini telah secara luas bertugas mendiversifikasi pabrik dan pekerjaan di hampir setiap negara bagian, terutama di distrik Kongres di mana kepala komite Kongres utama dipilih.
Menurut data dari OpenSecrets, Biden saat kampanye pilpres menerima jutaan USD dari lima perusahaan senjata terbesar yang telah mengeluarkan dana untuk lobi politik tahun 2020, diantaranya: Lockheed Martin, Boeing, Northrop Grumman, Raytheon Technologies, dan General Dynamics. Secara keseluruhan menggelontorkan $60 juta.
Mimpi panjang para petualang perang AS adalah memecah Rusia, atau minim mengembalikan kleptokrasi manajerial “Yeltsin/Harvard Boys”, meprivatisasi di pasar saham Barat. OGAM masih bermimpi membeli kendali mayoritas Yukos dan Gazprom.
Basis ekonomi AS adalah monopoli, penjualan senjata ke NATO, eksportir minyak Timur Dekat dan ke negara lain dengan neraca pembayaran surplus. Saham perusahaan oligarki ini melonjak saat serangan Rusia ke Ukraina. Jaringan media dunia menutupi dengan kata sakti “invasi Rusia”.
Para senator dan perwakilan kongres dari daerah California dan Washington dan daerah selatan secara tradisional telah mewakili kepentingan MIC.
Eskalasi militer Rusia telah dan sudah memicu lonjakan penjualan senjata ke NATO dan sekutu AS lainnya, artinya memperkaya industri militer dan para politisi AS. Sementara Jerman bergerak cepat setuju untuk meningkatkan pengeluaran senjatanya menjadi lebih dari 2% dari PDB.
Eskalasi perang Rusia vs Ukraina juga membuat blok oligarki industri gas, minyak dan pertambangan (OGAM) AS akan menjadi penyuplai dan pengekstrak sektor minyak dan gas. Tujuan utama sektor industri OGAM adalah untuk memaksimalkan harga energi dan bahan baku.
Disisi lain, oligraki industri perbankan dan real estate bertugas memaksimalkan ekonomi rentenir dan keuntungan modal untuk perumahan dan aset lainnya.
Sebenarnya upaya penggagalan pemotongan jalur jalur pipa Nord Stream 2 yang menghubungkan ekonomi Eropa Barat dan Rusia dilakukan oleh AS selama lebih dari satu tahun. Biden telah menuntut selama lebih dari setahun agar Jerman membatalkan pipa Nord Stream 2 yang memasok industri dan perumahan jerman dan segera beralih ke pemasok AS dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Para pejabat AS telah mencoba menghentikan pembangunan pipa agar tidak selesai. Perusahaan-perusahaan yang membantu pembangunannya diberi sanksi, tetapi akhirnya Rusia sendiri yang menyelesaikan pipa itu.
AS tidak terima. Tekanan AS kemudian menyasar kepada para politisi Jerman yang secara tradisional lunak, mengumumkan bahwa Jerman dan seluruh Eropa menghadapi ancaman Keamanan Nasional dari Rusia. Setelah itu Jerman akhirnya takluk, memutus ijin Nord Stream 2 beroperasi secara resmi.
Presiden Biden tidak bisa dibantah, secara terang terangan sepenuhnya mengatur eskalasi militer Rusia vs Ukraina, memancing beruang keluar dari sarangnya, setelah mengamuk di rumah Ukraina, semua orang dilibatkan untuk mengadili beruang.
Opini dunia dibikin ramai bicara kedaulatan negara di ruang hampa, tetapi sekali lagi ini bukan soal murni kedaulatan Ukraina dalam kondisi normal. Biden berjanji sejak awal bahwa tidak ada pasukan AS yang akan terlibat. Artinya AS hanya mau mengambil keuntungan ekonomi dari politik perang yang dia ciptakan. Saat anggota PBB di suruh mengadili Rusia dan menegakkan kedaulatan Ukraina, pada saat ini juga AS masih menduduki Idlib- Suriah dan mencuri minyaknya.
Tujuan utama perang Rusia vs Ukraina adalah untuk memonopoli pasar pengiriman gas alam cair (LNG) AS. Sejak di bawah pemerintahan Donald Trump, Angela Merkel telah diintimidasi untuk berjanji menghabiskan $ 1 miliar membangun fasilitas pelabuhan baru untuk kapal tanker AS.
Kemenangan pemilihan Demokrat pada November 2020, diikuti oleh pengunduran diri Merkel dari panggung politik Jerman, menyebabkan pembatalan investasi pelabuhan ini, meninggalkan Jerman benar-benar tanpa banyak alternatif untuk mengimpor gas Rusia,
Sebenarnya rakyat Jerman butuh gas Rusia untuk kebutuhan rumahan, memberi daya pada utilitas listrik, menyediakan bahan baku untuk industri pupuk dan memelihara produktivitas pertanian.
Jadi, tujuan strategis AS yang paling mendesak dari konfrontasi NATO dengan Rusia adalah melonjaknya harga minyak dan gas, terutama yang merugikan Jerman. Selain menciptakan keuntungan pasar saham bagi perusahaan minyak AS, harga energi yang lebih tinggi akan mengambil banyak tenaga dari ekonomi Jerman.
Harga bensin, pemanas, dan energi lainnya yang lebih tinggi juga akan merugikan konsumen A.S. dan konsumen negara lain (terutama defisit ekonomi energi Global Selatan) dan menyisakan lebih sedikit anggaran keluarga A.S untuk pengeluaran barang dan jasa domestik.
Hal ini akan menekan pemilik rumah dan investor yang terpinggirkan. Mengarah pada konsentrasi lebih lanjut dari kepemilikan perumahan dan properti komersial yang tidak hadir di Amerika Serikat, bersama dengan pembelian pemilik real estat yang tertekan di negara lain yang menghadapi kenaikan biaya pemanas dan energi. Tapi hal itu dianggap sebagai kerusakan tambahan dari gumpalan masalah paska-industri.
Harga pangan juga akan naik, dipimpin oleh gandum. Kita tahu, Rusia dan Ukraina menyumbang 25 persen dari ekspor gandum dunia. Akibatnya akan menekan banyak negara-negara Timur Dekat dan Selatan akan mengalami defisit pangan, memperburuk neraca pembayaraan dan mengancam gagal bayar utang luar negeri.
Serangan Balik Rusia
Sepertinya AS dan Eropa terlalu percaya diri dapat menghentikan invasi Putin dengan sanksi. Sementara Rusia disisi lain berpotensi dapat melakukan perlawanan balik akibat sanksi yang masif dari AS dan Eropa.
Ekspor bahan mentah Rusia dapat diblokir oleh Rusia sebagai tanggapan terhadap mata uang dan sanksi SWIFT. Hal ini akan menyebabkan putusnya rantai pasokan untuk bahan-bahan utama, termasuk kobalt, paladium, nikel, dan aluminium (yang produksinya menghabiskan banyak listrik sebagai biaya utamanya-yang akan membuat logam lebih mahal).
Jika China memposisikan sebagai negara berikutnya yang terancam dan bergabung dengan Rusia dalam melakukan perang perdagangan dan keuangan AS, kemungkinan besar ekonomi Barat akan mengalami kejutan serius.
Wall Street berusaha keras menciptakan kembali ledakan pasar saham Rusia. Para investor MIC terus memompa kenaikan penjualan lebih banyak senjata untuk membantu mewujudkan semua program ini.
Putin memang bukan seorang ekonom tapi petarung dan begawan intelegen. Membiarkan dirinya seolah dapat di pukul pada ronde awal dengan sanksi. Memberi medan laga bagi prajurit prajurit kamerad berhadapan dengan rezim pro barat dan jika perlu berhadapan dengan pasukan NATO di perbatasan Rusia dengan semangat anti Nazi.
Dengan adanya sanksi barat terhadap ekonomi Rusia, justru Putin bisa memberi peluang Cina mengganti sistem Dolar secara cepat. Menjadi penampung dan agen penjual energi Rusia keseluruh dunia. Menggerakkan ekonomi Rusia dan dunia dengan cadangan kekayaan berlipat dengan sistem transaksi non dolar.
Menciptakan tatanan dunia multipolar baru dengan China yang berpusat pada Eurasia yang terintegrasi secara ekonomi. Rusia kemungkinan akan bergabung dengan China membentuk Bank alternatif yang lebih kuat mengganti IMF dan Bank Dunia yang didominasi AS.
Kalau berhasil, itulah New World Order versi terbaru, mungkin lebih multilateral. Deret negara yang terkena sanksi barat akan makin membesar, justru menjadi kekuatan ekonomi-politik baru. Korea Utara, Libanon, Venezuela, Kuba, Iran, Suriah, Yaman, Palestina, dll akan masuk dalam sistem ini.
Tujuan pamungkas Putin sebelum pensiun, mungkin akan membubarkan NATO dan sistem Dolar. Memanfaatkan agresifitas industri militer Amerika menjadi peluang munculnya sistem New World Order baru. Mempromosikan kebijakan perlucutan senjata dan denuklirisasi bersama Iran, Cina berikut aliansinya.
Strategi ini jika berhasil, akan menurunkan market penjualan senjata AS. Dengan begitu petualangan politik-militer AS di masa depan sepi pembeli. Akibat baiknya membuat Amerika kurang memiliki kemampuan untuk mendanai operasi militernya karena de-dolarisasi semakin cepat.