Hoax dan Prasangka Buruk
Menurut keterangan Menteri Kemenkinfo (29/12/2016) penyebaran berita palsu alias hoax di internet sudah mencapai hampir 800 ribu situs. Luar biasa memprihatinkan betapa kebohongan dan fitnah begitu gampang dilakukan. Dan kabar hoax ini terjadi karena dimulai oleh suu zhan (prasangka buruk). Sebab, tidak mungkin berita bohong tersebar dari seseorang yang berpikir positif dan berhati-hati dengan terlebih dahulu mengklarifikasi (proses tabayun) tentang kebenaran dan ketidakbenaran suatu berita atau peristiwa.
Ada yang menisbahkah bait syair ini kepada Imam Syafi’i—rahmatullah ‘alaih:
Pandangan ridha (cinta) akan tumpul saat melihat kekurangan, sedangkan pandangan benci akan senantiasa memotret keburukan-keburukan
Ya, hati yang berisi bara benci akan menumpahkan kebencian dan menebar bau kebusukan. Dan prasangka buruk adalah bersumber dari hati maridh (hati yang kesakitan). Islam sebagai agama yang menekankan kebersihan, sangat mempedulikan persoalan kebersihan hati. Sebab, hati yang bersih (qalbun salim) akan memancarkan dan memproduksi kecintaan dan kedamaian.
Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mengangkat harkat dan martabat manusia setinggi-tingginya. Tidak ada suatu ajaran yang selengkap dan seindah Islam dalam menjelaskan tentang hak asasi manusia. Betapa, tidak Islam dengan tegas “membunuh” dan memerangi pada level embrio dan benih dosa. Ya, prasangka buruk terhadap sesama adalah potensi dosa yang mengundang kerugian dan petaka bagi pelaku dan korbannya dan Islam sejak dini berusaha mematikannya.
Luar biasanya adalah Islam menganggap prasangka baik itu sebagai identitas keislaman dan keimanan seseorang. Dengan kata lain, orang yang hidupnya dipenjara oleh prasangka buruk dan mengadili orang lain (pasangan, sahabat dan siapapun) dengan perasaannya tanpa berdasarkan bukti dan fakta adalah orang yang “cacat” keimanan dan keislamannya. Mestinya semakin meningkat kualitas keislamanan dan ibadah seseorang maka prasangka baiknya pun menguat. Tapi, ironisnya justru sebaliknya, kita sering lihat bahwa suatu peperangan dan pertumpahan darah secara sia-sia terjadi karena tuduhan “salah”, “sesat” dan “kafir” kepada seseorang tanpa tabayun dan dialog.
Apa Sich Prasangka Buruk Itu (Negative Thinking )?
Prasangka buruk adalah bentuk penyakit pikiran dan moral yang mendatangkan aura negatif pada seseorang atau pada sesuatu. Orang yang berprasangka buruk selalu menarik kesimpulan yang negatif dan tidak benar terhadap orang lain, padahal kemungkinan sebaliknya (kesimpulan dan pemahaman yang positif) tetap ada.
Prasangka Buruk dalam Ayat
Prasangka buruk bersumber dari pemikiran negatif seseorang dan akan membawa dampak “yang menghancurkan” bagi pelaku dan korbannya. Oleh karena itu, Al-Qur’an Al-Karim dan hadis Nabawi melarang keras supaya kaumMuslimin menghindari praktik prasangka buruk.
Allah Swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa….”
Para ahli hukum dunia berteriak dan menyuarakan pembelaan terhadap hak-hak asasi manusia, tapi hebatnya Islam memperhatikan masalah tamaskhur (mengejek), tahqir (penghinaan), tajassus (memata-matai) dan ghibah (menggunjing) yang sama sekali dilalaikan dan diabaikan oleh mereka.
Pesan dan Pelajaran dari Ayat di Atas,
- Prasangka buruk bukan cermin keimanan seseorang. Artinya, prasangka buruk itu timbul karena kurang keimanan atau keimanan yang labil.
- Al-Qur’an berupaya memadamkan potensi dosa (prasangka buruk), karena ia berkemungkinan berlanjut pada dosa yang pasti.
- Ciri khas masyarakat yang beriman itu adalah memiliki tiga pondasi kehidupan bersosial:
- Prinsip i’timad (rasa saling percaya)
- Prinsip karamah (kemuliaan inheren sebagai manusia)
- Prinsip bara’ah (asas praduga tak bersalah).
Prasangka Buruk Kepada Sesama Muslim dalam Riwayat
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Swt mengharamkan darah dan harta orang Muslim serta buruk sangka kepadanya“.
Rasulullah saw juga bersabda:
”Dosa paling besar di antara dosa-dosa besar adalah berburuk sangka kepada Allah Swt” Nabi saw bersabda juga: ”Sesungguhnya Allah Swt telah mengharamkan membunuh dan merampas harta dan Ia tidak mengizinkan untuk berprasangka buruk dan negatif kepada seorang Muslim.”
Dalam riwayat lain, beliau bersabda:
“Carilah alasan (untuk membenarkan) tindakan saudaramu, dan kalau tidak kamu temukan alasan tersebut maka, Anda harus berusaha lagi untuk menggalinya.
Imam Ali berkata:
“Prasangka baik termasuk karakter yang paling utama dan anugerah terbesar“
Dalam kesempatan lain, Sayidina Ali berkata:
“Prasangka positif menenangkan hati dan menyelamatkan agama“.
Ali bin Abi Thalib juga menegaskan:
”Berprasangka buruk dan negatif terhadap manusia saleh dan baik, adalah seburuk-buruknya dosa dan kezaliman paling tercela“.
Sayidina Ali juga bertutur:
”Buanglah jauh-jauh (dari diri Anda) prasangka buruk terhadap orang lain itu, karena Allah Swt Yang Maha Agung telah melarang hal itu”.
Riwayat-riwayat di atas menilai prasangka buruk sebagai dosa yang sangat berpotensi menghancurkan keimanan dan keislamanan seseorang, sehingga karena itu ia dianggap sebagai dosa besar. Maka, seharusnya kita berhati-hati dalam bersikap dan menilai orang lain. Jangan gampang kita mengadili orang lain tanpa berdasarkan fakta dan tidak dalam kapasitas untuk menghukuminya. Kita harus berbaik sangka kepada siapapun tapi dengan tetap bersikap hati-hati dan tidak ceroboh.
Islam menghukum secara zahir dan urusan hati hanya Allah Yang Maha Tahu. Jadi, jangan pernah masuk wilayah hati seseorang karena hakikat keimanan dan kesalehan seseorang hanya Allah dan Rasul-Nya yang Maha Tahu.
Oleh: Syeikh Ghazali
Pengamat Sosial Keagamaan