Nama Saya Qasim Sulaimani
Kurang lebih tiga tahun yang lalu, di Qom selepas ziarah maqam Sayidah Fatimah Ma’shumah, berjalan kaki melewati toko demi toko, kedai demi kedai, di sebuah jalan ke arah tempat penginapan. Setiap melewati toko buku, saya (penulis) berhenti sebentar melihat-lihat dari luar buku-buku yang dipajang di balik kaca. Lalu berjalan lagi, sampai di salah satu toko buku, saya pun berhenti dan terpikat oleh buku bersampul photo sesuai judulnya, “Haj Qasem”. Saya masuk, dan membelinya.
Buku yang disusun oleh Ali Akbari Muzdabadi ini, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul “al-Hajj Qasim Sulaimani”, dan bisa diunduh PDFnya secara gratis melalui: http://books.almaaref.org/book.php?=558.
Di bagian mukadimah dikatakan, nama “Qasem Sulaimani” sebelum kemudian meroket di dunia dan media, jarang hinggap di telinga politikus atau militer Barat. Popularitasnya kian melambung bagai aktor utama di balik layar dalam memerangi ISIS selama di Suriah maupun di Irak.
Setidaknya dua poin yang dapat ditarik dari mukadimah penyusun, berikut:
1-Di mata kawan; Haji Qasem seperti kawan-kawan seperjuangannya yang rendah hati, tidak pamer (riya`) dan jihad akbar-nya lebih banyak dari jihad ashghar-nya.
Demikian merupakan ciri pejuang muslim yang sejati. Namanya sebagai pahlawan yang mengorbankan seluruh jiwa dan raganya demi nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan, harum dan melekat tak hanya di hati bangsanya saja. Beliau sosok nyata (bukan tokoh khayalan seperti di film-film aksi holywood) dengan patriotisme tinggi, yang mendambakan mati syahid di medan perang. Sepertinya benar yang dikatakan oleh penyusun buku tersebut dua tahun yang lalu, bahwa seorang pejuang seperti beliau akan melegenda di negerinya, kini menjadi nyata.
2-Di mata lawan; beliau dipandang sangat kuat dan misterius, sebagaimana hal ini diakui oleh petinggi CIA, Jhon Maguire: “Ia petugas rahasia terkuat di Timur Tengah.. Tak ada orang satu pun mengenalinya.” Menunjukkan kehadiran Qasem Sulaimani di kawasan menjadi penghalang besar bagi eksistensi ISIS dan kelompok pemberontak radikal semacamnya. Bagai satu misdaq bagi “jâ`al haqqu wa zahaqal bâthil” (QS.al-Isra 81). Sangat ditakuti, namun musuh yang intelejen sekalipun tak mengenali beliau.
Dua poin tersebut dengan kata lain, syahid Qasem Sulaimani menjadi contoh yang meneladani QS.Al-Fath 28:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَ الَّذينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَماءُ بَيْنَهُمْ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka..
Saya Qasim Sulaimani
Ada keinginan -tetapi semoga saja dari sahabat-sahabat kami yang lebih berkompeten- untuk menerjemahkan buku tersebut, karena yang menarik darinya, merupakan riwayat yang dinukil langsung dari lisan Sang Martir sendiri di masa hidupnya. Seakan beliau dengan senang hati bisa berbagi pengalaman dan berbuat hal yang bermanfaat bagi orang lain.
Di bagian pertama, penyusun memulai dengan menukil riwayat hidup singkat -yang disampaikan langsung oleh- Syahid Qasem Solaimani dan tentang awal pengalamannya setelah menjadi anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran:
“(Nama) Saya : Qasem Sulaimani.
Jabatan : Komandan Korps “Shahibuz Zaman” VII bagian provinsi Kerman.
Tempat/tanggal lahir : Desa Qanat Malak, Kerman, 1958 M.
Pendidikan : Sarjana Muda.
Status : Menikah
Jumlah anak : 2 (perempuan dan laki-laki)
Pengalaman : Sebelum Revolusi Islam Iran, saya bekerja di Perusahaan Air, Kerman. Sesudahnya pada awal bulan Mei 1980, saya bergabung di Garda Revolusi.
Ketika Irak memulai invasinya ke bandar udara Iran, saya bertugas menjaga pesawat-pesawat di Bandara Kerman. Dua atau tiga bulan kemudian saya ditugaskan ke medan Susangerd untuk memimpin Densus dari Kerman dengan 300 an personel.
Sampai di medan tempur, mulanya saya pikir musuh bisa berbuat apa saja. Namun, pada serangan pertama kami, ternyata kami mampu memukul mundur dari arah Susangerd sampai ke Hamidiyah. Musuh telah kami buat menanggung banyak kerugian. Maka musnahlah bayangan sebelumnya tentang musuh di benak saya.
Malam harinya sesudah serangan itu kami melakukan penyusupan ke tempat-tempat mereka. Seorang kawan saya, Hamid Fida`i, kemudian gugur dalam operasi ini.