Pembedahan Dada Nabi saw dalam Kitab Maulid Simthu Dhurar
Salah satu peristiwa yang dinisbahkan kepada Nabi saw adalah pembedahan dada. Beberapa laporan sejarah menukil kisah ini, demikian juga beberapa kitab Maulid seperti Barzanji dan Simthu Durar juga menyebutkan kejadian ini.
Dalam hadis disebutkan, sebelum Rasulullah SAW melakukan Isra dan Mi’raj, dadanya dibedah. Beliau bersabda, “Kemudian hatiku dikeluarkan, lalu dicuci dengan air zamzam, lalu dikembalikan ke tempatnya, dan diisi dengan keimanan dan hikmah.…” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).
Muhammad Al-Ghazali dalam Fiqih Sirah-nya berkomentar, ini melambangkan persiapan yang harus dilakukan sebelum beliau berangkat menjalankan Isra dan Mi’raj. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan, pembedahan dan pencucian hati ini terjadi tiga kali.
Pertama, saat beliau masih kanak-kanak, hidup di kampung dalam asuhan Halimatus Sa’diyah. Kedua, ketika beliau menerima wahyu untuk diangkat menjadi nabi dan rasul. Dan, ketiga saat beliau hendak melakukan Isra dan Mi’raj. (Fathul Bari Juz 11 Bab Mi’raj hal 216)[1]
Peristiwa Pembedahan Dada
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menggembalakan kambing milik keluarga Halimah binti Abi Dzuaib dari Kabilah as Sa’diyah, tiba-tiba beliau dihampiri dua malaikat, lalu keduanya membelah dada Nabi saw dan mengeluarkan bagian yang kotor dari hatinya. Peristiwa ini telah dijelaskan oleh Anas bin Malik dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim.
Terdapat hadis yang melaporkan kisah tersebut:
… فَبَيْنَمَا أَنَا مَعَ أَخٍ لِي خَلْفَ بُيُوْتِنَا نَرْعَى بِهِمَا لَنَا إِذْ أتَانِي رَجُلاَنِ – عَلَيْهِمَا ثِيَابٌ بِيْضٌ- بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مَمْلُوْءٍ ثَلْجًا ثُمَّ أَخَذَانِي فَشَقَّا بَطْنِي ثُمَّ اسْتَخْرَجَا قَلْبِي فَشَقَّاهُ فَاستخْرَجَا مِنْهُ عَلَقَةً سَوْدَاءَ فَطَرَحَاهُ ثُمَّ غَسَلاَ قَلْبِي وبَطْنِي بِذَلِكَ الثَّلْجِ حَتَّى أَنْقَيَاه ُ…
“Ketika aku sedang berada di belakang rumah bersama saudaraku (saudara angkat) menggembalakan anak kambing, tiba-tiba aku didatangi dua orang lelaki-mereka mengenakan baju putih- dengan membawa baskom yang terbuat dari emas penuh dengan es. Kedua orang itu menangkapku, lalu membedah perutku. Keduanya mengeluarkan hatiku dan membedahnya, lalu mereka mengeluarkan gumpalan hitam darinya dan membuangnya. Kemudian keduanya membersihkan dan menyucikan hatiku dengan air itu sampai bersih”.[1]
Imam Ahmad juga meriwayatkan:
فَأَقْبَلاَ يَبْتَدِرَانِي فَأَخَذَانِي فَبَطَحَانِي إِلَى الْقَفَا فَشَقَّا بَطْنِي ثُمَّ اسْتَخْرَجَا قَلْبِي فَشَقَّاهُ فَأَخْرَجَا مِنْهُ عَلَقَتَيْنِ سَوْدَاوَيْنِ
“…… keduanya lalu bersegera mendekati dan memegangiku. Kemudian aku ditelentangkan, kemudian membedah perutku. Kedua malaikat itu mengeluarkan hati dari tempatnya dan membedahnya. Selanjutnya mereka mengeluarkan dua gumpalan darah hitam darinya ……” [2]
Disebutkan dalam kitab Madarij ash-Shu’ud disebutkan bahwa peristiwa pembedahan tesebut terjadi saat beliau berusia 4 tahun.
Dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyyah juz 1, halaman 58 dijelaskan: “Sayyidah Halimah Ra. berkata: “Pada saat beliau Saw. bersama dengan saudaranya, Abdullah, menggembala kambing di sekitar rumahku, tiba-tiba Abdullah lari dengan sangat kencang mendatangiku dengan muka yang sangat pucat dan keringat dingin bercucuran menunjukkan kecemasan dan ketakutan, sambil menangis dia berteriak-teriak: “Wahai Ibuku, wahai Bapakku, cepat tolonglah saudaraku, jangan sampai terlambat. Aku tak ingin beliau Saw. celaka.”
Kemudian aku (Halimah Ra.) berkata: “Apa yang terjadi wahai anakku?”
Abdullah menjawab: “Saat kami menggembala kambing, tiba-tiba datang dua orang yang berpakaian putih-putih, kemudian membawa beliau Saw. ke atas bukit.”
Dengan spontan Sayyidah Halimah Ra. dan suaminya bangkit lari mengejar keberadaan beliau Saw. sambil berteriak-teriak meminta bantuan orang-orang di kampungnya. Peristiwa tersebut juga pernah diriwayatkan sendiri oleh beliau Saw., sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab tersebut halaman 61, bahwa beliau Saw. bersabda: “Sesungguhnya pada saat terjadinya peristiwa tersebut, ibuku (Sayyidah Halimah Ra.) dan suaminya bersama para rombongan berlari menuju arah keberadaanku di atas bukit yang mana pada saat itu Malaikat Jibril As. dan Malaikat Mikail As. sedang membelah dadaku yang tanpa aku merasakan cemas ataupun sakit, dengan tujuan untuk mengisi ke dalam jiwaku berbagai macam anugerah yang sangat agung.”
Perbandingan Penjelasan Kitab Barzanji dan kitab Maulid Simthu ad-Durar
Dalam kitab Maulid Simthu ad-Durar, karya al-Habib Ali al-Habsyi, beliau menjelaskan peristiwa ini dengan cukup hati-hati dan elegan dengan menekankan:
وما أخرج الأملاك من قلبه أذى ولكنهم زادوه طهرا على طهر
“Sesungguhnya para malaikat tersebut tidaklah mengeluarkan sesuatu dari diri beliau Saw. Akan tetapi sesungguhnya mereka telah menambah kesucian di atas kesucian pribadi beliau Saw.”
Al-Habib Ali al-Habsyi tidak menolak peristiwa pembedahan dada tersebut namun yang menarik beliau memberi catatan penting atasnya supaya tidak disalahpahami dan tidak mengurangi kedudukan mulia Baginda Nabi Muhammad saw. Yang bisa ditangkap dari keterangan beliau tersebut adalah tidak ada “penyakit” fisik, apalagi penyakit batin yang dikeluarkan dari hati Rasul saw namun justru peristiwa itu menunjukkan keagungan Nabi saw karena para malaikat justru menambahkan kesucian kepada beliau.
Sikap kehati-hatian dan upaya untuk tidakmelanggar kemaksuman Nabi saw serta keagungan akhlak beliau yang dilakukan oleh Al-Habib Ali al-Habsyi dalam kitabnya tersebut barangkali sejalan dengan klaim di bagian kitabnya yang disebutkan bahwa kitab Maulid Simthu ad-Durar diimla langsung oleh Rasululah saw.
Keterangan Al-Habib Ali al-Habsyi di atas coba kita bandingan dengan uraian kitab Barzanji berikut ini saat menjelaskan peristiwa yang sama:
وشق الملكان صدره الشريف لديها وأخرجا منه علقة دموية * وأزالا منه حظ الشيطان وبالثلج غسلاه * وملئاه حكمة
ومعاني إيمانية * ثم خاطاه
Di saat itu juga ada dua Malaikat melakukan pembedahan pada dada beliau yang mulya dan mengeluarkan segumpal darahnya, yang mana darah itu merupakan bagian setan, lalu membasuhnya dengan salju. Keduanya mengisinya dengan hikmah dan keimanan. Kemudian keduanya menjahitnya…
Bahwa ada bagian setan di badan Nabi saw—dengan penafsiran apapun—adalah keterangan yang sulit dipahami dan tentu sulit untuk diterima, utamanya bagi kalangan awam. Apalagi ditegaskan dalam Al-Quran bahwa al-mukhlashin adalah orang-orang yang lolos dari gangguan setan dan perangkapnya. Dan kita yakin bahwa Nabi saw termasuk al-mukhlashin dan Muttaqin yang terkecualikan dari tipu muslihat setan, sebagaimana pernyataan dan kesaksian setan sendiri:
قال فبعزتك لأغوينهم اجمعين الا عبادك منهم المخلصين
Artinya : Iblis bersumpah ”Demi sifat keagunganMu Tuhan, niscaya aku pasti akan membujuk anak cucu Adam semua. Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlish di antara mereka. (QS. Shaad: 82-83)
Wallahu a’lam bi shawab.
[1] http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/05/29/n6c8qe-pembedahan-dada-nabi-saw
[2] Sumber: https://almanhaj.or.id/2286-pembelahan-dada-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html