Pidato Nasrullah dan Ancaman Tumbangnya Proyek Kolonial di Timur Tengah
MM-Sabtu 11/11/203 sekjen Hizbullah, Sayyid Hasan Nasrullah akan berpidato untuk kedua kali. Sementara sabtu, 3/11, pemimpin karismatik ini telah berpidato sebelumnya. Merespon eskalasi genosida Israel di Gaza dan memberi ragam dimensi makna operasi badai Aqsa, 7 oktober 2023. Beragam komentar muncul, baik kawan dan musuh. Ada yang merugikan pihak Palestina dan ada juga yang menguntungkan Israel. Artikel ini adalah bagian dari sekian banyak respon terhadap pidato bersejarah tersebut.
Sebagian besar mengharapkan Hasan Nasrullah mengumumkan perang besar, sehingga korban pembantaian warga Gaza oleh bom US ini bisa di cegah. Ada yang menganggap Nasrullah melakukan deeskalasi. Bahkan ada sebagian yang menganggap Nasrullah sedang bermain, memanfaatkan situasi untuk kepentingan pengaruh Iran di tingkat regional. Sebagian pendukungnya menyimak berbasis kondisi realistis di lapangan dan bersabar akan rangkaian tahap yang masih misterius akan datangya kepastian kemenangan. Hal yang pasti, tentunya Israel menginginkan Hisbullah tidak mengganggu operasi darat di Gaza oleh Central Command (CENTCOM) AS di Timur Tengah.
Perlu untuk di catat sebelum memberi komentar, pastikan bahwa ulasan kita terbatas, termasuk tulisan ini. Komentar dan analisa kita hanya mewakili sebagian, tidak mencerminkan realitas secara utuh pidato Nasrullah. Lebih dari itu, tentunya orang yang paling mengetahui adalah para aktor di lapangan. Kelompok perancang dan operator Badai Aqsa, Hizbullah, Hamas, Jihad Islam, PLPF, warga Gaza dan Tepi barat, serta tentunya pihak musuh, Israel, USA, dan NATO.
Ada beberapa hal penting berkenaan dengan pidato Nasrullah ;
Penyingkapan wajah asli politik zionis-kolonial
Makna pidato Nasrullah yang pertama adalah penyingkapan wajah asli politik zionis-kolonial. Warga dunia, tanpa perbedaan pendapat yang berarti telah dipertontonkan genosida warga Gaza oleh Israel. Kita tidak perlu mencari data-data video, testimoni untuk memahami Holocoust Nazi, dan peristiwa genosida di seluruh dunia. Dunia makin percaya, wajah asli “zionis Israel” adalah contoh nyata Holocous, sejak deklarasi Balfour 1917, peristiwa Nakba sebelum dan sesudah 1948 hingga 2023.
Pidato Nasrullah diawali dengan penghormatan para korban “Genosida, Nakba, Holocous” Gaza adalah para syahid, harga mahal pengorbanan demi kemerdekaan Palestina dan penyelamatan Masji Aqsa. Nasrullah ingin menggambarkan karakter Islam.
Pembantaian apokalipstik warga Gaza adalah film Hollywood nyata, yang di sutradarai Netanyahu dan Biden. Pewaris garis politik zionisme-kolonial; Arthur Balfour, Lord Rothschild, dan Woodrow Wilson dll.
Penyingkapan Pelaku Utama dan Dikte Tak terlihat
Makna pidato Nasrullah kedua adalah menunjukkan pada dunia, sutradara genosida Gaza adalah presiden US, dan Israel adalah eksekutornya.
Perancang dan komando serangan darat Israel ke Gaza sebenarnya adalah USA dan anggota NATO di timur tengah. Tepatnya dibawah Jendral Michael E. Kurilla-US Central Command.
Selain itu, tujuan politik Netanyahu adalah memindahkan semua warga Gaza ke Sinai, dan warga Tepi Barat ke Yordania. Rencana ini sudah ada sejak 1948, momentum serangan darat dipakai untuk menuntaskan ambisi tersebut, juga untuk menutup kesuksesan operasi badai Aqsa.
Sementara sekian permainan rentetan narasi solusi dua negara selama dua dekade adalah di tujukan untuk menutupi rencana jahat tersebut.
Netanyahu ingin perang regional, US yang di permukaan tidak ingin perang regional, safari Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Yordania, Iraq, Qatar, Turki sebenarnya hanya kamulfkase saja.
US sedang memobilisasi kekuatan NATO di timur tengah. Kekuatan monarki pro US di timur tengah akan di paksa perang melawan Iran dan aliansinya. Komando Pusat US di Asia Barat diaktifkan. Kapal induk nuklir USS Gerald R. Ford dan USS Dwight D. Eisenhower masuk wilayah tersebut. Pusat Komando AS memang di desain untuk mempromosikan kepentingan kolonial AS di 20 negara di Timur Tengah, Asia Tengah dan Selatan, serta jalur perairan strategis yang mengelilinginya.
Singkatnya, fokus dunia di Palestina-Gaza akan digeser dan diarahkan untuk perang dengan Iran. Kelompok ISIS, Jabat Nusro sedang diaktifkan di Suriah. Secara kasar bisa terlihat arahnya akan berpihak pada Israel dan NATO.
Akan tetapi sebagaimana dikatakan Nasrulah, pasukan Hisbullah akan bertindak secara militer-bertahap sebanding dengan agresifitas Israel di Gaza. Hizbullah akan fokus ke Palestina dan sekaligus menunjukkan ketidaktakutanya pada NATO.
Hasilnya, seperempat tentara IDF di parkir di perbatasan utara Israel, 65.000 pemukim mengungsi, 9 tank Merkava hancur, 120 tentara IDF mati.
Berhasil menghancurkan “peralatan jaringan komunikasi” di 42 lokasi militer Israel sejak 8 Oktober. Diantaranya kamera termal, night vision dan kamera pengintai serta peralatan yang mendeteksi kendaraan udara tak berawak.
Dampak ekonominya, Israel sedang berusaha mendatangkan 100,000 tenaga kerja murah dari India untuk mengganti 90.000 tenaga kerja murah Palestina.
Sementara Iran juga tidak terkecoh isu perang regional, justru bersama warga dunia mendekte US untuk gencatan senjata, berusaha memasukan bantuan kemanusiaan ke Gaza atau pangkalan militer US di Iraq dan Suriah, teritori Israel akan terus di serang oleh seluruh kelompok perlawanan Islam selama genosida di Gaza tidak dihentikan.
Konflik internal
Nampaknya rencana Netanyahu membawa US- NATO, Uni Eropa dan Monarki menggempur Iran tidak akan terjadi, bukan karena faktor takut menghadapi Rusia dan bantuan Cina. Iran dan kelompok perlawanan Islam lebih memilih bertempur secara bertahap sambil menunggu momentum perpecahan puncak di internal Israel dan US.
Nampaknya dukungan publik internasional makin besar untuk gencatan senjata dan masuknya bantuan kemanusiaan searah dengan politik kelompok perlawanan. Semakin agresif USA dan Israel mempercepat genosida warga Gaza, maka akan semakin mengisolasi US dan Israel. Bolivia sudah memutus hubungan diplomatik, sebagian negara menarik para diplomatnya dari Israel, seperti Kolombia, Cile, Turki, dan Yordania.
Tetapi jika Israel dan USA setuju gencatan senjata, maka pasukan Delta Force dan IDF pamornya akan menurun dan akan malu karena tidak bisa mengalahkan gerilyawan pasukan perlawanan Islam di Gaza. Kedepan, kemungkinan negosiasi pertukaran tawanan Israel dan Palestina bisa saja terjadi.
Nampak pula dari situasi sekarang, Israel dan USA tidak memiliki masa depan yang menguntungkan bagi negara Israel. Baik meneruskan perang maupun genjata senjata. Bahkan sekalipun pilihanya perang regional, keuangan US dan Eropa berikut dukungan mesin perangnya tidak akan mampu menyelamatkan Israel.
Gaya Muhammad Ali, bukan Mike Tyson
Makna pidato Nasrullah yang terahir adalah kemenangan perang bukan dengan sekali pukul tetapi bertahap. Ibarat petinju, gaya perang Hisbullah lebih mirip Muhammad Ali. Berputar, berlari, maju, mundur, tetapi tetap memberi pukulan jab-jab yang kelihatanya sepele, tetapi terus tetap memberi akumulasi poin kemenangan di akhir pertandingan. Sebaliknya, publik dunia mengaharapkan gaya tinju ala Mike Tyson, secepat mungkin bisa mengalahkan lawan dengan KO. Sebagaimana janji Nasrullah, kemenangan ada di tangan Palestina.
Jika kita menengok perang Hisbullah dan berbagai kelompok perlawanan melawan ISIS di Suriah dan Irak, maka akan memahami dengan baik perang Palestina melawan Israel sekarang. Ketika pertama kali ISIS di deklarasikan di Suriah dan Irak, dan di dukung pasukan udara USA, banyak terjadi pembantaian di lakukan oleh ISIS. Dunia dibikin shock dan marah pada ISIS. USA juga berdalih memerangi ISIS.
Hisbullah dan kelompok perlawanan tidak menghadapi ISIS dan USA dengan sekali pukul. Tetapi dengan jalan bertahap. Tentunya pertempuran sekarang lebih monumental dan strategis, karena yang dilawan kepalanya bukan ekor. Langsung ke pusat kejahatan dunis Islam, menusuk ke benteng pertahanan kepentingan kolonial AS dan Eropa di timur tengah.
Kelompok Perlawanan Islam VS NATO
Sebenarnya yang terjadi bukan perang Israel vs Hamas, tetapi NATO melawan kelompok perlawanan Islam. Nasrullah pada poin ini berhasil menunjukkan kelemahan internal politik dan militer Israel, sekaligus membuktikan teori laba-laba. Dukungan negara-negara NATO secara cepat kepada Israel, membuktikan lemahnya kemandirian Israel.
AS segera mengambil alih kendali politik dan militer Israel, setelah operasi badai Aqsa 7/10. Banyak menganggap manuver AS berlebihan. Bagaimana mungkin kumpulan ormas perlawanan Islam dilawan kekuatan penuh NATO. Akan tetspi, hal tersebut sebenarnya mencerminkan relitas sesungguhnya, bahwa keberhasilan operasi tersebut akan berdampak pada ancaman nyata eksistensi Israel dan tanda runtuhnya hegemoni US di timur tengah secara serius.
Washington telah memperkuat pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Arab Saudi, Patriot di Kuwait, Yordania, Irak, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA). Mengirim kapal selam nuklir ke Terusan Suez.
Angkatan Darat Australia telah ikut serta dalam setiap perang besar yang dilancarkan Amerika Serikat sejak Perang Dunia I, termasuk perangnya terhadap Irak, Afghanistan, dan Vietnam. Australia kini juga berpartisipasi dalam pertempuran di Gaza dan kemungkinan perang regional.
Australia mengerahkan “kontingen besar” pasukan dan pesawat ke Timur Tengah, kata Menteri Pertahanan Australia Richard Marles pada Rabu.
Pemerintah Australia mengatakan pasukan tambahan dan dua pesawat angkut militer akan bergabung dengan Angkatan Darat Australia di wilayah tersebut.
“Ini adalah situasi yang mudah berubah. Kami berharap hal ini hanya terjadi di Israel dan Gaza,” kata Marles, sambil menambahkan, “Kami ingin memastikan bahwa kami siap jika keadaan menjadi lebih buruk.”
Marles juga memperingatkan seluruh warga Australia di Timur Tengah, mendesak mereka untuk meninggalkan wilayah tersebut sesegera mungkin.
Angkatan Darat Jerman mengirimkan unit Komando Pasukan Khusus (KSK). Pemerintah Jerman dan Belanda telah mengerahkan unit Pasukan Khusus ke Siprus, Pasukan Khusus Angkatan Laut (KSM), dan Pasukan Khusus Polisi Federal (GSG 9), serta dua pesawat angkut militer.
Reaksi pergerakan pasukan dan alustista NATO yang masif ke timur tengah tersebut, menandakan bukti ancaman nyata bagi keamanan Israel dan manifestasi kekuatan militer regional Hisbullah.
Negara-negara Barat tersebut telah mengerahkan pasukan khusus mereka ke Asia Barat setelah pasukan pendudukan Israel mengalami kekalahan telak, 7 oktober. Kenapa Israel begitu di bela oleh negara Barat secara cepat, jawabanya karena Israel itu sendiri diciptakan oleh kekuatan politik dan militer blok barat sejak perang dunia 1 dan 2. Kekalahan Israel, artinya kekalahan seluruh kepentingan hegemoni blok Barat-NATO, Uni Eropa di Timur Tengah. Sekaligus keuntungan bagi Rusia dan Cina.