Semangka Resistensi
Annisa Eka Nurfitria, Lc ____Seperti yang telah diungkapkan, semangka telah menjadi simbol yang sangat kuat dalam ekspresi perlawanan di wilayah pendudukan Palestina. Warna-warnanya yang mencerminkan bendera Palestina telah menjadi simbol visual yang kuat dalam mengekspresikan identitas, kebanggaan budaya, dan perlawanan terhadap penindasan yang dilakukan oleh rezim Israel.
Selama beberapa dekade, semangka Palestina telah diabadikan dalam seni sebagai lambang perlawanan terhadap kebijakan apartheid Israel. Dari dinding-dinding batu di Gaza hingga galeri seni di Ramallah, semangka tersebut telah menjadi bagian dari karya seni yang mencerminkan perjuangan kolektif serta identitas budaya.
Melalui penggunaan media online, simbol ini telah mengatasi batas fisik dan berhasil menyatukan warga Palestina di seluruh dunia dalam sebuah tradisi baru. Hal ini menggambarkan warisan gerakan sebelumnya yang memperjuangkan kebebasan berekspresi. Terutama setelah protes yang dipicu oleh kekerasan Israel di Sheikh Jarrah, kisah tentang semangka ini, yang diilustrasikan dalam bentuk yang minimalis seperti layar semangka, kembali mendapatkan perhatian berkat generasi seniman muda.
Kembalinya simbol semangka dalam ekspresi seni kontemporer menjadi pengukuh dari narasi tentang identitas Palestina, ketahanan, serta perjuangan yang terus berlanjut menuju kebebasan dan penentuan nasib sendiri. Ini menegaskan peran seni dan simbolisme dalam menyatukan komunitas serta memperkuat suara dalam menghadapi cobaan.
Tindakan larangan pengibaran bendera Palestina dan warnanya oleh pemerintah Israel setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967 telah memaksa warga Palestina untuk menemukan cara-cara kreatif dan halus untuk mengekspresikan identitas nasional mereka. Menggunakan semangka, yang memiliki warna mirip dengan bendera Palestina, menjadi simbol yang kuat untuk menunjukkan kebanggaan nasional, terutama ketika tindakan pengibaran bendera resmi dilarang.
Pada 1980-an, upaya pemerintah Israel dalam menekan ekspresi seni politik Palestina terungkap melalui penutupan galeri seni besar di Ramallah dan penangkapan tiga seniman: Nabil Anani, Sliman Mansour, dan Isam Bader. Mereka ditangkap karena mewujudkan warna bendera Palestina dalam karya seni mereka. Sliman Mansour menceritakan bagaimana kepala polisi Israel mencoba memberikan suap pada mereka agar mengurangi aspek politik dari karya seni mereka. Upaya tersebut melibatkan ajakan untuk tidak menciptakan seni politik, dan malah melukis objek yang lebih netral seperti bunga atau figur telanjang.
Selain itu, polisi memerintahkan para seniman untuk meminta izin kepada IDF (Israel Defense Forces) sebelum memamerkan karya seni mereka. Setiap karya seni akan diberi cap baik atau buruk, dan yang dianggap “buruk” akan disita.
Tindakan tersebut merupakan contoh konkret dari upaya pemerintah Israel untuk menekan ekspresi seni politik Palestina dan membatasi karya seni yang dianggap “terlarang” atau “provokatif” dalam konteks politik. Ini mencerminkan upaya keras pemerintah untuk mengendalikan narasi dan ekspresi budaya serta politik di wilayah yang dikuasai mereka. Sliman Mansour juga mengungkapkan bahwa petugas mengancam bahwa bahkan jika para seniman membuat karya seni berbentuk semangka, karyanya juga akan disita. Mansour menyatakan bahwa gagasan untuk menggunakan semangka sebagai simbol sebenarnya berasal dari petugas penegak hukum, bukan dari mereka sebagai seniman.
Sebelum terjadinya Nakba pada tahun 1948, Palestina dikenal di kancah internasional karena produksi semangka yang lezat di daerah Jenin, Lembah Jordan, dan Arabet Al-Batouf. Namun, ketika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mulai mengambil alih wilayah Palestina, pihak otoritas pemukim membawa perusahaan benih mereka sendiri ke daerah tersebut dan membanjiri pasar lokal dengan bibit-bibit mereka, yang pada akhirnya membuat petani Palestina kalah dalam persaingan. Meskipun demikian, para petani dan ahli pertanian masih memuji ukuran yang mengesankan dari semangka Palestina dan popularitasnya yang diekspor ke negara-negara seperti Lebanon, Yordania, dan Suriah. Orang Palestina membedakan dengan jelas antara semangka lokal dan yang ditanam di rumah kaca Israel, menyimpan yang pertama untuk dikonsumsi dan menggunakan yang terakhir untuk dilemparkan ke tank IDF sebagai bentuk protes.
Dalam beberapa dekade berikutnya, warga Palestina menggunakan semangka sebagai simbol protes terhadap tindakan teror Israel. Setelah terjadinya Intifada Kedua, seniman Khaled Hourani menciptakan sebuah serial karya seni berjudul “Kisah Semangka” (2007) yang merupakan layar pertama yang lucu namun penuh makna, yang kemudian ditampilkan dalam Atlas Subjektif Palestina. Karya satir ini mendapat perhatian karena kesederhanaan yang subversif. Dalam posisinya yang tegak, irisan semangka tampak sangat berpiksel, menampilkan sifat polos namun memancarkan kebanggaan yang cerah dengan latar belakang putih bersih. Hourani juga memasukkan garis tipis biji hitam dan bayangan untuk memberikan ilusi tiga dimensi pada kulitnya dan memberinya judul “Warna Bendera Palestina” (2013).
Hourani merupakan mantan Direktur Seni Rupa Kementerian Kebudayaan Palestina dan merupakan tokoh kunci dalam menghidupkan kembali diskusi seni Palestina. Bersama dengan Mansour dan Anani, ia berkontribusi dalam pendirian Akademi Seni Internasional Palestina. Hourani juga menciptakan lukisan semangka dalam skala besar untuk pameran di Toulouse, Prancis, dan varian lainnya dipamerkan di Darat Al Funun di Amman, Yordania, serta di Pusat Seni Kontemporer, Glasgow.
Dalam beberapa bulan terakhir, menurut klaimnya, serangan terhadap Gaza telah membangkitkan semangat generasi sebelumnya melalui karya seni mereka. Hourani menjelaskan kepada Hyperallergic bahwa seni hadir secara kuat dalam konfrontasi ini dalam bentuk lagu, logo, dan grafis. Ia menyatakan bahwa seni kini ditarik kembali dari sejarah dan media masa lalu. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang di Palestina, tetapi juga oleh individu di berbagai tempat. Peningkatan ini tercermin dalam kampanye solidaritas besar yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Palestina dan perjuangan mereka.
Sumber :
https://hyperallergic.com/666111/how-watermelon-became-a-symbol-of-palestinian-resistance/