Strategi Perang Kebudayaan
Organisasi dan kompetisi
Setiap Kelompok, komunitas, Mazhab, bangsa, atau organisasi memiliki tugas agar organisasi tetap hidup, tumbuh dan berkembang. Agar tetap hidup tumbuh dan berkembang Ia harus memperhatikan faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah tentang kekuatan potensi apa yang dimiliki dirinya. Sumber daya apa yang dimiliki dirinya sehingga dapat bersaing dengan organisasi atau kelompok lain. Sedangkan faktor eksternal adalah berkenaan dengan ancaman apa yang ada di luar dirinya.
Saling berkompetisi antara individu satu dengan yang lain antara kelompok satu dengan yang lain merupakan sesuatu yang bersifat alami dan diperintahkan oleh agama (fastabikul Khoer). Namun jika kompetisi terjadi berupa peperangan yang satu ingin menghancurkan yang lain atau kebatilan ingin menghancurkan kebenaran, tentu ini menjadi masalah.
Peperangan bisa terjadi secara fisik atau psikis atau bisa berupa peperangan budaya atau peperangan militer. Kesemua peperangan memerlukan teknik dan strategi dalam rangka untuk meraih kemenangan. Teknik dan taktis dapat diartikan sebagai sebuah upaya untuk meraih kemenangan yang bersifat sesaat dan mungkin sementara. Sedangkan strategi adalah upaya dalam rangka untuk meraih kemenangan yang berorientasi masa depan dan jangka panjang. Dalam percakapan sehari-hari kita sering dengar ucapan “ini adalah strategi kita untuk menang biarpun kini kita kalah”.
Kebudayaan dan Peradaban
Kebudayaan dapat diartikan sebagai cipta, rasa, dan karya manusia dalam sebuah kelompok atau masyarakat. C. Kluckhohn menyebutkan bahwa unsur-unsur kebudayaan terdiri dari: (a) peralatan dan perlengkapan hidup manusia; (b) mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi; (c) sistem kemasyarakatan; (d) bahasa; (e) kesenian; (f) sistem pengetahuan; (g) religi. Sedangkan secara etimologis arti budaya berasal dari kata sangsekerta budhi yang berarti akal atau intelek sedangkan dalam bahasa Inggris budaya berarti culture yang berasal dari bahasa latin colere yang berarti mengolah tanah atau bertani. Dalam dunia pertanian biasa kita dengar istilah agriculture atau holticulture.
Peradaban berasal dari bahasa arab bisa berarti adat kebiasaan atau kadang dipahami sebagai etiket sopan santun dan juga bisa dipahami sesuatu yang berkenaan dengan bahasa seperti prosa dan syai’r. Sedangkan dalam bahasa Inggris peradaban biasa dipersamakan dengan civilization yang berasal dari kata civic atau kota.
Beberapa ilmuan dan sosiolog kadang membedakan arti antara kebudayaan dan peradaban. Peradaban kadang dipahami sebagai kebudayaan yang lebih maju atau kadang dapat dipahami sebagai kebudayaan orang kota. Effat al-Sharqawi cenderung berpendapat bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang ideal (seharusnya) sedangkan peradaban adalah sesuatu yang bersifat real (kenyataannya).
Tak dapat juga dihindari bahwa kata kebudayaan dan peradaban satu sama lain kadang saling menggantikan posisinya masing-masing. Kata budaya sekaligus bermakna beradab. Orang berbudaya adalah orang yang beradab. Dalam artikel ini kata kebudayaan dan peradaban bermakna sama dan kadang diartikan pada makna yang lebih sempit yaitu kesenian.
Perang Kebudayaan
Pertentangan dan konflik antar ideologi merupakan hal lumrah terjadi. Mazhab atau kelompok dan organisasi memiliki tugas untuk mengembangkan kelompok dan golongannya. Pengembangan organisasi, kelompok atau ideologi kadang dilakukan lewat peperangan yang saling menghancurkan siapa yang kuat dialah yang menang.
Peperangan militer akan berdampak hancurnya berbagai sarana dan prasarana sebuah negara. Perang militer targetnya adalah fisik manusia sedangkan perang kebudayaan targetnya adalah kesadaran manusia. Dampak dari perang kebudayaan dapat berlangsung cukup lama dari generasi ke generasi berikutnya. Perang kebudayaan dapat menghancurkan sebuah negara dalam waktu yang cukup lama dan memulihkannya memerlukan waktu yang lama dan berkesinambungan.
Perang kebudayaan dampaknya kadang tidak dirasakan secara langsung bahkan kadang dirasakan menyenangkan bagi manusia yang sedang diserang atau diperangi. Perang kebudayaan dapat dilakukan lewat film, seni, iklan, mode, gaya hidup, makanan, minuman, dan lewat propaganda lainnya. Adapun alat atau media yang digunakan bisa lewat internet, televisi, lembaga sosial seperti LSM dan lain sebagainya.
Tindakan untuk mencegah terjadinya perang kebudayaan dapat dilakukan lewat kebijakkan pemerintah dan lewat seruan para tokoh masyarakat dan tokoh tokoh agama. Namun demikian upaya yang bersifat teknis dan taktis di era globalisasi tidaklah cukup hanya mengandalkan kekuatan eksternal. Upaya yang perlu dilakukan adalah memperkuat setiap individu agar terjadi resistensi yang kuat sehingga serangan musuh tertolak. Ibarat sebuah tubuh yang mendapat serangan penyakit, bagi tubuh yang memiliki imun yang kuat maka serangan virus atau bakteri penyakit akan tertolak dengan sendirinya.
Strategi Efektif
Setiap tindakan teknis dan taktis hendaknya berpatokan pada rencana strategis. Upaya strategi yang dapat dilakukan adalah lewat media pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang bersifat formal, informal, dan non formal. Pendidikan meliputi pendidikan keluarga, pendidikan persekolahan, dan pendidikan lingkungan. Pendidikan yang dapat memperkuat imun seseorang terhadap serangan budaya dan dapat memperkuat karakter dan prinsip hidup seseorang.
Pendidikan merupakan benteng pertahanan bagi ketahanan dan pengembangan budaya dan ideologi. Jika ingin kuat dan menjadi organisasi yang tumbuh dan berkembang maka perkuatlah pendidikan yang meliputi lembaga, sumber daya, metode, dan lain-lain.. Di era globalisasi kini mau tidak mau pendidikan akan berbasis kualifikasi yang meliputi kualifikasi akademik, moral/karakter, dan keterampilan.
Pendidikan moral yang berbasis nilai-nilai Islam dan Pancasila perlu mendapat perhatian kita jika tidak ingin generasi muda kita kehilangan jati diri sebagai anak bangsa. Model pendidikan yang dikembangkan harus lebih kreatif dan inovatif agar dapat bersaing dengan lembaga pendidikan lain.