Kesuksesan Kenabian dan Ghadir Khum
Nabi Muhammad Saw sebagai penutup kenabian, akhir dari Rasul utusan-Nya, bagaimana kita melihat nilai kesuksesan da’wah beliau kepada umat manusia. Secara defacto semua muslim mengakui bahwa Nabi tidak gagal dalam da’wahnya. Memang benar pada saat periode da’wah beliau, ajaran Islam belum meliputi seluruh permukaan bumi. Sebagian orang tidak mendengar keberadaan ajaran Islam hingga akhir hayat mereka. Namun jelas tidak bijak ketika menilai hal ini hanya dari satu sisi saja. Melihat dari hasil akhir semata. Penilaian harus dilakukan secara subjektif dan objektif serta tanpa dibarengi perasaan tertentu kepada pihak yang dinilai. Berbagai halangan dan kesulitan harus menjadi salah satu pertimbangan dalam memberi penilaian.
Penilaian berdasarkan proses bukan hasil
Umat Islam atau bahkan manusia secara umum diajari untuk fokus pada proses perjalan spiritual masing-masing. Tidak fokus pada hasi akhir yang sudah dicapai oleh orang lain atau pada dirinya sendiri. Islam mengajari untuk fokus dengan bagaimana dan apa proses yang dilakukan. Melakukan penilaian diri semata-mata untuk bisa melakukan proses yang lebih baik pada periode selanjutnya. Belajarlah dari sejak kecil hingga akan masuk liang lahat. Bahwa proses belajarlah yang penting, bukan banyaknya ilmu yang sudah dikumpulkan.
Dalam menilai kesuksesan dakwah Nabi Muhammad Saw pun tidak berbeda. Umat manusia selayaknya melihat proses apa saja yang dilakukan beliau, berapa lama waktu yang beliau butuhkan, seperti apa kondisi awal orang-orang yang dihadapi beliau. Semua sisi ini menjadi bobot dalam menilai da’wah Nabi. Ketika orang yang dihadapi beliau sangat berat, memiliki karakter keras dan pada umumnya sangat sulit dibenahi, lalu dalam prosesnya orang-orang itu mengalami perubahan secara signifikan ini selayaknya mendapat bobot penilaian sempurna. Merubah paradigma, merubah peradaban, merubah kepercayaan yang sudah turun temurun, bukan perkara yang mudah dilakukan.
Contoh keberhasilan da’wah Nabi
Ketika kita melihat peradaban arab sebelum Nabi dibandingkan setelah ajaran Islam dijalankan, penghormatan kepada wanita, awalnya dinilai sebagai materi semata, oleh Islam wanita menjadi sangat mulia, memiliki kedudukan setidak-tidaknya sama dengan kaum laki-laki. Anak perempuan awalnya dibunuh sejak mereka lahir, pada masa islam anak perempuan dinilai sama dengan anak laki-laki. Dan pada awalnya Istri diwariskan dari bapak ke anak, hingga islam mengajarkan bahwa istri bukan benda sehingga bisa diwariskan dari satu orang kepada orang lain. Masih banyak contoh keberhasilan da’wah Nabi namun tidak tepat jika semuanya diungkapkan disini.
Ajaran Islam tidak pernah padam, bahkan setelah kepergian sang Nabi, jumlah orang yang mencintai Nabi bertambah secara besar-besaran. Orang-orang yang sama sekali tidak pernah melihat beliau, hanya mendengar sejarah beliau dan pemikiran-pemikiran ejawantah Al Quran dari beliau berubah menjadi pecinta sejati. Ini juga perlu menjadi titik poin penilaian keberhasilan sang Nabi.
Inti Kesuksesan Nabi Muhammad Saw
Kesuksesan Nabi adalah ketika tuntas menyampaikan Islam sebagai sebuah formula yang utuh. Hal ini terjadi pada kejadian Ghadir Khum, ketika Nabi menyampaikan kepemimpinan sah setelah beliau. Hal ini juga dapat disaksikan dalam sejarah turunnya ayat terakhir Quran, ayat yang menyatakan bahwa hari itu sebagai hari sempurnanya Islam sebagai sebuah ajaran, siap menjadi formula hidup bagi manusia untuk sampai pada kesempurnaan duniawi dan ukhrawi.
Dalam ayat disebutkan bahwa jika Nabi tidak menjalankan perintah untuk mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin setelahnya, Nabi dinilai gagal dalam semua da’wah dan jerih payah yang sudah dilakukan. Hal ini menunjukkan pentingnya perintah ini. Jika hal ini tidak dilakukan maka Islam tidak akan bisa aman, mengingat pemilihan ini sebenarnya bukan oleh Nabi tapi oleh Allah melalui NabiNya.
Pemilihan pemimpin pada hari raya Ghadir Khum adalah pernyataan bahwa
- Islam selalu memiliki dan membutuhkan seorang pemimpin di setiap jaman.[1]
- Pemimpin itu adalah seorang ahli agama Islam, tempat merujuk jika ada permasalahan kehidupan yang tidak jelas. Juga ahli dalam semua masalah yang mungkin dihadapi manusia. Semua aturan yang dibutuhkan manusia dia kuasai secara detail.
- Bukan hanya Islam yang menyatakan pentingnya pemimpin bahkan sekelompok orang yang berjalan bersama ke suatu tempat saja selalu memilih seorang pemimpin diantara mereka (pemimpin karapan), orang yang paling tinggi keilmuan atau kecakapannya. Islam pun sama, Agama ini pada jaman Nabi Saw dipimpin oleh Nabi Saw. Semua orang wajib taat kepada Nabi karena Allah mewajibkan ketaatan ini bagi seluruh Umat Islam. Ketika beliau meninggal maka pemimpin yang memimpin semestinya adalah orang yang juga dipilih oleh Allah SWT, layak mendapat ketaatan sebagaimana mestinya.
- Butuhnya Islam kepada penjaga ajaran Islam yang benar-benar datang dari Allah SWT, menguasai seluruh ajaran agama secara utuh, mengetahui Al Quran secara utuh, memahami semua bentuk jalan hidayah bagi seorang manusia secara utuh.
Hal ini sangat penting bagi tetap adanya Islam. Dan bahwa Islam masih tetap utuh hingga sekarang, sangat berhutang besar kepada para pemimpin yang dipilih Allah ini. Apa yang dilakukan cucunda Nabi Saw di padang Karbala, mendermakan penjagaan dan kesuksesan Islam pada masa masa selanjutnya. Hal ini tidak akan pernah terjadi jika kejadian Ghadir tidak terjadi seperti sudah dicatat kuat oleh para peneliti sejarah Islam.
[1] Dalam surat Fatihah disebutkan Ihdidanshirathal mustaqim, shirathalladzina anamta alaihim, (Tuhan) tunjukkanlah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalannya orang-orang yang sudah engkau beri nikmat. Ucapan permintaan petunjuk ini mengharuskan adanya secara nyata orang-orang yang mendapatkan nikmat, setidaknya satu dari mereka. Orang yang bisa memberikan petunjuk pasti, dimana orang itu benar-benar mendapat legalisisir dari Allah Swt. Sehingga tidak ada sedikit pun keraguan jika ada orang ingin merujuk kepadanya.